Bruno seorang detektif. Sekalipun dia kejam namun pria itu tidak sanggup melihat wanita menangis di depannya.
''Hentikan tangismu,'' bentak Bruno.
''Paman es, kau licik ternyata ini alasan tadi kau meminta ku menutup mata, kau mengikatku.'' Lea sama sekali tidak takut dengan tatapan Bruno, ''Sekarang lepaskan aku.'' Lea mulai mencari pistol di pinggangnya, lalu ia menarik pelatuknya dengan cepat dan membidikkan didahi Bruno.
Bruno tersenyum geli. Dia sama sekali tidak takut dengan ancaman pistol dari Lea. George yang melihat itu hendak melepaskan timah panas nya tepat di kepala Lea. Namun, dengan cepat Bruno mengangkat tangannya ke atas meminta George tidak perlu ikut campur urusan dia dan wanita ini.
Bruce tersenyum sinis, dia tidak percaya wanita yang diincar. Ia pikir wanita itu akan terlihat lembut, pemalu. Tapi, perempuan didepanya ini justru berdiri tegak dengan tatapan tajam menatapnya. Walaupun kakinya sudah di ikat, Lea masih berdiri dengan baik. Mata mereka saling mengunci dan wanita itu memiliki bibir yang paling indah yang pernah dilihatnya. Bruno tidak tau menggambarkannya, karena bibir atas Lea melengkung dan sangat menarik untuk___Bruno berdesis.
Apa dia salah menangkap? Wanita yang dia lihat sering bersama Roberto? Wanita yang datang ditengah malam dan pulang subuh melalui lorong rumah Roberto dan melewati kebun anggur ini? Tapi, Setiap malam dia melihat wanita ini? Ataukan Lea memiliki kembaran? Ini pertama kali Bruno dan George melakukan kesalahan jika Lea bukan wanita incaran dia selama ini? Lalu kemana wanita itu?
Lea, mengusap kasar air matanya. Dia tidak boleh menangis dihadapan pria pembohong ini. Wajahnya saja tampan tapi kelakuannya sungguh tidak berkemanusian. Ia menatap Bruno penuh emosi.
''Turunkan pistolmu, kau bukan penembak jitu.'' Bruno tersenyum sinis.
''Kau, salah paman es! Aku bisa melakukan dengan baik.'' Kali ini Lea mulai mengokang pistolnya.
Bruno mengambil tas ranselnya yang tadi ia geletakkan dibawah. Lalu, ia berdiri lagi dan ransel itu sudah berada dengan baik dibelakangnya.
''Bisa, 'kah kau mengarahkan pistolmu ke arah lain?'' ujar Bruno.
"Tidak! Kau harus melepaskan ikatan dikakiku maka aku pun akan mengarah pistolku kearah yang lain, kita impas." tegas Lea.
Bruno masih memikirkan lengkungan bibir atas Lea.
Kretek..
Lea mengongkang lagi.
''Baik, jika ini yang kau inginkan. Tapi, kau harus tau aku punya pendapat sendiri tentang pistol.Pistol bagus di gunakan untuk beberapa hal, seperti untuk berburu atau menangkap musuh.'' Ia berkata sembari mengamati Lea. Gadis ini semakin di lihat dari dekat dan seksama, dia sangat anggun memiliki rambut ikal panjang berwarna coklat ciri khas wanita Spanyol, bola matanya cerah kehijauan.
"Sekarang kau musuhku!" Lea menggerakkan kakinya agar tali dikakinya terlepas tapi oh God...Pria ini sangat cerdik sesuai perkataannya tadi. 'Dia selain licik tapi dia juga cerdik'.
Bruno melirik sekilas lalu tersenyum menyeringai. Kenapa tali ini tidak bisa terlepas? Lea mulai gusar. ''Paman es, lepaskan aku. Aku harus pergi menjauh dari kota ini. Aku harus mencari pekerjaan untuk melanjutkan hidupku.'' Lea harus mendrama siapa tau Bruno mau melepaskan talinya.
Memang benar Lea butuh pekerjaan, dia sudah memikirkan akan menjadi pengasuh agar bisa memiliki tempat tinggal dan makan gratis. Lea, berencana uangnya akan dia gunakan untuk membalas__.
''Hei paman dingin apamkau tidak mendengar perkataan ku? Mengapa kau masih saja diam?'' bentak Lea. Kakinya sudah tergores semua, karena gesekan tali yang dilakukan untuk bebas dari jebakan pria dingin ini.
''Diam!!!'' bentak Bruno.
Lea, kaget dia menutup mulut dengan kedua tanganya.
''Di catat di otakmu namaku Bruno. Bru--no.Sekali lagi aku dengar kau memanggilku' Paman Es' seluruh tubuhmu akan ku ikat.'' Bruno menekan lagi ucapannya. Dia, ingin tertawa tapi jujur dia tidak menyukai nama yang dipanggil Lea.
Bruno masih belum menikah memang usianya saja yang tua, tiga puluh delapan tahun terpaut dua puluh satu tahun dengan Lea. Gadis itu baru berusia lima belas tahun tapi sudah merasakan berbagai macam kehidupan dan kekerasan dalam hidupnya.
''Tapi kau tua, wajahmu sangat dingin.'' gumam Lea.
''Apa aku setua itu?Sejak kapan aku menikahi bibinya jadi seenaknya dia memanggilku paman? Menikah saja belum.'' gerutu Bruno.
George yang melihat kelakuan Bruno menjadi kesal. Bruno bukan pria pelawak, dia pria dingin nan kaku tidak pernah dalam hidupnya ada tawa atau canda. Bruno setiap hari hanya melakukan penyelidikan kasus yang dia dapat lalu mengerjakan dengan baik. Karena, itu wajar jika ia kaku dan dingin. Wajahnya terlihat tua karena banyak berpikir.
"Tadi, kau bilang kau butuh pekerjaan. Aku ada pekerjaan yang cocok dengan kau.'' Bruno menatap Lea. Lalu, dia bergegas mendekati George mereka terlihat sedang membicarakan hal serius.
Lea, begitu kesal melihat percakapan dua pria misterius itu, Dia menaikkan sudut bibir atasnya lalu memaksa berjalan dengan dua kaki terikat. Kakinya perih, goresan dikaki mulusnya mulai mengeluarkan darah. Masa bodo, Lea tidak peduli dengan sakitnya yang dia inginkan segera menghilang dari pria es ini.
Namun, Lea tidak menyadari walaupun Bruno berbicara serius dengan lawan bicara, ekor matanya terus mengawasi Lea.
''Jangan lari! Aku perintah kan berhenti, disitu.''
Lea, menghentikkan langkahnya, dia menoleh, melirik kearah Bruno dan Georgre. Dia mengernyit. Bruno sedang tidak melihat dia. Argh...mungkin itu hanya halusinasi dirinya saja.
Lea, mengabaikan. Dia melanjutkan langkahnya. Tapi, kenapa tiba-tiba ada yang menarik tanganya. Lea memejamkan matanya.
''Oh God, Paman lepaskan aku?''
Bruno masih berdiam, dia tidak bersuara matanya mengamati rambut coklat ikal panjang ini. Semakin memikat hati dengan gaya Lea yang mengikat cepol genit anak-anak remaja. Pipi Lea berwarna merah muda, wajahnya mulus dan ahh...
Tangan Bruno mulai menyentuh tulang beralaskan kulit halus nan lembut, Bruno mulai menuju ke jemari Lea. Naluri Bruno yang terlatih baik mengambil alih. Lengan kirinya melesat dengan kecepatan mengejutkan, menjauhkan tangan Lea dari pistol.
Brugh...
Benar saja Pistol itu terjatuh dari tangan Lea, dan menjatuhkan tubuh Lea ke bawah dengan berat tubuhnya dua kali lipat dari Lea.
Oh sungguh sakit...
Keduanya sudah terjatuh dan kini tubuh Bruno menindih tubuh kecil Lea, yang berada diatas tanah dengan posisi Lea dibawah. Kulit tangan Bruno yang kasar menyentuh tubuh halus nan lembut kulit Lea. Tapi, logam keras pistol dipinggangnya menggangu Bruno. Perlahan tangan Bruno mengambil pistol Lea yang terjatuh tidak jauh dari tangan Bruno. Dia menyelipkan dipinggangya, setelah mengamankan pistol Lea, Bruno kembali berdiri membiarkan Lea masih tergeletak diatas tanah. Bruno yang awalnya meragukan identitas Lea kini sirna.
''Sangat ceroboh kau, sayangku.'' desis Bruno. Dia berkedip.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
arie
hati hati Bruno dengan tatapan Lea....
2023-03-03
1
adrian
bruno mulai ada rasa
2022-10-10
1
Leeonel
bruno jangan kasar kasar...
2022-10-06
3