Terikat

Pria itu tersenyum menyeringai, dia pun melangkah satu langkah lebih dekat dengan Lea. Lea memutar badannya, ia menggigit kuku jarinya memikirkan ide bagaimana dia kabur dari pria dingin ini? Lea mulai bersiap-siap untuk berlari. Tangannya memeluk erat tas usangnya yang terdapat surat-surat penting itu.

"Satu, dua, tiga...Lea kabur!!" dia menghitung dalam hati.

Namun, baru saja Lea melebarkan kakinya untuk berlari .Pria itu dengan cepat menarik rambut ikal panjangnya.

"Mau kemana?" tanya Pria itu.

"Kabur, Tuan!" Lea masih berusaha lari dengan kepala mendongak keatas rasanya rambut ikalnya hampir terlepas dari kulit kepalanya.

"Tidak bisa! Kau sudah berhasil sampai disini lalu mengapa kau ingin masuk kembali lagi ke tempat terkutuk itu?" Pria itu seperti tahu siapa Lea. sementara temannya hanya diam menatap tajam Lea seakan ingin menerkam Lea utuh-utuh.

"Ku mohon, lepas,'kan aku. Jangan perko**sa aku. Aku tidak pintar bergoy**ang!" Lea menggigit jarinya semakin keras seraya menggeleng.

"CK..kau pikir aku suka tubuhmu? Kau tidak enak di makan, kau banyak tulang bisa-bisa aku kesakitan." Pria itu mengamati tubuh Lea dari kaki hingga ujung rambut.

"Lalu, jika kau tidak memakanku. Mengapa kau menahan aku disini? Aku harus segera pergi." Lea menatap sinis Pria dingin itu.

"Karena, kau berarti untuk aku." Pria itu menarik kasar tubuh kecil Lea. Lea yang ketakutan kini sudah bersender di dada pria itu.

"Hei... Tuan salju. Aku bukan pencuri." tegasnya.

"Bawel! Ikut aku." balas pria itu.

"Tapi, Tuan sungguh aku tidak mencuri anggur mu." Lea mulai berkaca-kaca. Dia pikir pria ini pemilik dari kebun anggur ini. 'Tapi, oh Tidak jika di lihat dari penampilannya pria ini cukup tampan tidak pantas menjadi seorang petani anggur. Lalu, siapa dia.' batin Lea. Dia menggelengkan kepalanya menyadarkan diri dari lamunan tidak pentingnya.

"Kau pencuri!" Pria itu menaikkan sudut bibir atasnya.

Lea yang melihat wajah pria itu semakin ketakutan.

"Kau mau ikut dengan aku atau terpaksa aku harus menggendong paksa kau?" Pria itu berujar sembari bersiap-siap menggendong Lea.

"Aku berani bersumpah, demi Tuhan aku tidak mencuri. Lalu, mengapa kau tidak membiarkan aku pergi?" Lea merasa ini tidak adil .Dia tidak mengenal pria ini lalu pria ini terus memaksa dia ikut bersamanya?

"Anggap saja begitu. Ini bukan permintaan tapi ini perintah." bentak pria es itu lagi.

"Begitu apanya?" Lea melebarkan matanya.

"Mencuri," Pria itu tersenyum sinis.

"Oh Tuhan..saya gadis baik-baik saya buka pencuri, Tuan." Lea tidak terima dia dituduh pencuri.

"Pokoknya begitu," pria itu menarik tangan Lea.

"Ikut aku," tandas pria itu lagi.

"Kemana? Aku tidak mau jika disidangkan aku tidak ada uang untuk membayar denda." Lea pikir, dia akan dibawa dan disidangkan atas tuduhan pencurian.

"Kau ini badan kecil tapi banyak bicara," bentak pria itu.

"Tapi sumpah aku tidak mencuri," Lea terus membela diri.

"George, kenapa kau hanya diam saja!" bentak Bruno.

George akhirnya mengikuti Lea dan Bruno. Dia bingung kenapa Bruno membawa gadis ceroboh ini. George, bisa menilai dari Lea berjalan memasuki ke kebun anggur tadi, sudah bisa ditebak gadis ini sangat ceroboh dalam bertindak. Ya, George dan Tuan salju, adalah agen intelijen handal dari kota Barcelona.

Namun, saat Lea ingin melepas diri dari cengkraman tuan salju. Lea mendengar ada suara anjing menggonggong.

"Roberto?" batin Lea.

"Tuan salju, aku bersedia ikut dengan anda." Lea kehabisan ide. Percuma kabur Robert bisa menemukan dia disini. Lea tidak mau disiksa lagi, atau dipaksa menikah dengan Albert.

"Kenapa, kau berubah pikiran?" tanya tuan salju. Dia menaikkan sudut bibirnya.

"Apa kau tidak dengar suara anjing menggonggong? Percuma saja memiliki wajah tampan tapi pendengaranmu terganggu." gerutu Lea.

Pria salju itu menarik tubuh Lea bersembunyi dibalik gubuk kebun anggur.

"Menunduk!" perintah Bruno.

Lea masih menatap Bruno. Mata keduanya saling mengunci sesaat. Bruno tersenyum dia merasakan sesuatu yang aneh, untuk menghindari perasaan aneh itu. Bruno menekan turun kepala Lea untuk bersembunyi dibalik gubuk itu, agar tidak terlihat oleh Roberto.

"Tuan, kau sangat kasar." bisik Lea.

"Kau susah diatur." balas Bruno.

Lea mendelik kesal. Pria ini baru pertama kali bertemu tai mulutnya berkata semaunya. Sementara George bersembunyi dibalik pohon besar. Dia bersiap untuk melepas timah panasnya.

Lea semakin ketakutan, dia tau benar anjing Roberto sangat cerdas. Mereka bisa mencium aroma sesorang dari jarak dua kilo meter.

"Tuan es, aku tidak ingin ditangkap pria tua itu." Lea mendongakkan kepala menatap Bruno. Bukannya menjawab Bruno meletakan jari telunjuknya di bibir kecil Lea.

"Sekali lagi kau berbicara, aku akan memakan bibir kecilmu itu." ancam Bruno.

Lea akhirnya diam, daripada bibirnya dimakan Bruno. jarinya menyentuh pelan bibirnya. "Kau hewan buas." gumam Lea.

Mendengar gumaman Lea, Bruno tersenyum gemas.

"Lea...kau jangan sembunyi. Keluarlah, anjing-anjingku sudah mengetahui dimana kau bersembunyi." teriak Roberto.

Bruno tersenyum melihat langkah Roberto yang sempoyongan. Bruno mengambil sebuah botol kecil dari dalam kantong celananya. Dia tahu harus berbuat apa untuk menghalau anjing-anjing itu.

"Tutup matamu, mulut dan hidungmu.Jangan pernah membuka matamu dulu sebelum ada perintah dari aku." Bruno mulai menyemprot cairan dari botol kecil itu di sekitar mereka bersembunyi. Lea, menatap kagum Bruno lalu ia pun menuruti perkataan Bruno. Setelah sepuluh menit aroma itu mulai menghilang, Bruno menepuk punggung Lea.

"Sudah.Sekarang kau boleh buka matamu." perintah Bruno.

Lea, membuka matanya, dia pun melepas tangan dari mulut dan hidungnya. Lea, tersenyum kagum.

"Tuan, usiamu tua tapi otakmu cukup cerdik." Puji Lea.

"Bukan hanya cerdik aku juga licik." celetuk Bruno.

Benar saja, anjing-anjing itu yang tadi hampir mendekati Lea dan Bruno.Tiba-tiba berlari ketakutan kembali ke rumah Roberto. Sementara pria berambut uban itu bingung kenapa anjing-anjing miliknya seperti ketakutan.

Dia pun akhirnya menyerah dan kembali ke rumahnya. Lea menghela napas panjang, dia patut berterima kasih kepada pria dingin ini. Perlahan dia menegakkan tubuhnya, kedua tangannya masih memeluk tas usang berwarna hijau itu.

"Terima kasih, Tuan. Karena, urusan kita sudah selesai aku harus pergi." Lea bergegas hendak pergi dari hadapan Bruno.

Namun, entah bagaimana kaki Lea tidak bisa digerakkan, dia menunduk betapa terkejutnya Lea ketika melihat kedua kakinya sudah terikat. Lea jatuh diatas rerumputan.

"Tuan, apa yang kau lakukan?" tanya Lea berusaha melepas diri dari ikatan tali itu.

"Kau tidak tau berterima kasih. Setelah aku menolongmu, mengapa kau ingin pergi?" Bruno menatap tajam Lea.

"Urusan kita sudah selesai. Aku harus pergi dari sini, walaupun aku tidak tahu harus kemana." Lea menitikkan air matanya.

Bruno menghembuskan napas kasar.

"Kau..." Bruno menatap dingin Lea.Dia tidak sanggup melihat wanita menangis didepan dia.

Terpopuler

Comments

arie

arie

jangan takut Lea karena Bruno itu orangnya baik hati dan tidak sombong......

2023-03-03

1

adrian

adrian

kenapa harus kasar sama cewe bruno klo memang suka ya langsung ngomong aja

2022-10-10

2

Alvares

Alvares

semangat Lea

2022-10-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!