Milik Tuan Kulkas Season 2
"Dokter, Chantika," panggil seseorang dan menghentikan langkah wanita yang tengah berjalan ke arah koridor ruangan pasien.
"Iya, Sus? Panggil, Caca aja. Gak usah Chantika, ya," jawabnya dan tersenyum ke arah suster tersebut.
"Akan ada oprasi, dan Dokter ditunjuk untuk membantu."
"Baik, terima kasih informasinya," pamit wanita yang menggunakan rok plisket, sepatu pansus tanpa tumit serta kaos kaki, juga baju tunik tak lupa dengan baju putihnya juga hijab segiempat yang dibentuk menutup dada.
Wanita tersebut langsung berjalan dengan cepat ke ruang oprasi membantu pasien yang sudah sangat membutuhkan pertolongan.
Ya, Chantika Azizah atau yang kerap dipanggil Caca sekarang telah menjadi seorang dokter di salah satu rumah sakit terbaik di Amerika.
Ronald Reagen UCLA Medical Center, Los Angeles. Tempat ia baru beberapa bulan bekerja, setelah selesai mengenyam pendidikan 4 tahun lamanya.
Kini, Caca sudah diterima di rumah sakit terbaik. Di Amerika, ia harus mengenyam pendidikan sekitar 4-6 tahun lamanya.
Sedangkan di Indonesia, sarjana kedokteran ditempuh kurang lebih selama 3,5 hingga 4 tahun dengan gelar S. Ked.
Jika ditanya berapa biaya kuliah yang sudah dikeluarkan oleh Caca, maka untuk S1 saja ia harus mengeluarkan sekitar 25.000 - 70.000 US Dollar.
Jika dijadikan rupiah maka sekitar 350 juta - 1 Miliar. Beruntungnya, di sana Caca juga mengambil pekerjaan paruh waktu di saat kosong jadwal kuliahnya.
Sedikit meringankan beban Milda yang berada di Indonesia, selama 4 tahun lebih Caca di Amerika. Milda baru sekali ke sini disebabkan biaya yang tak murah.
Ia tak bisa untuk tiap tahun menjenguk anaknya tersebut, lebih baik uangnya ia simpan untuk biaya kuliah Caca nantinya.
Sekarang, Caca menjadi wanita yang lebih sholehah dan cantik di umur 23 tahunnya. Setelah lulus kuliah, dirinya sebenarnya sudah dipaksa pulang oleh Milda.
Namun, Caca bersikeras mau tetap di sini karena sudah merasa nyaman meskipun ia tak bisa berbohong masih sering rindu dengan Indonesia.
"Dokter, apa yang terjadi dengan pasien?" tanya Caca masuk ke ruangan sudah dengan pakaian oprasi dan juga masker.
"Dia tidak kuat untuk melahirkan secara normal hingga harus segera di oprasi demi segera menyelamatkan anaknya," ujar dokter yang memang menjadi langganan pasien tersebut.
Lampu ruangan di matikan, suami dari pasien terlihat tak hadir menemani. Caca menguatkan wanita itu dan berkata bahwa tidak ada apa-apa yang akan terjadi.
Sekitar satu jam lamanya, akhirnya oprasi berhasil dilakukan dan sang buah hati keluar dari perut ibunya itu.
Suster langsung pergi untuk membersihkan sedangkan Caca dan lainnya menjahit kembali perut bekas oprasi tersebut.
"Ibu, silahkan tidur terlebih dahulu, ya," perintah Caca terhadap wanita yang sudah lemas tersebut.
Dia hanya mengangguk dan membiarkan serta mempercayai dirinya dan anaknya ke dokter yang sedang bekerja.
"Dokter, kenapa suaminya tidak menemani?" tanya Caca menggunakan bahasa Inggris yang sudah fasih (Tapi, Author translet aja, ya)
"Memang dia tidak pernah ditemani oleh suaminya, ini bukan kelahiran yang pertama kali."
Caca hanya terdiam dan menatap ke wajah yang pucat akibat kelebihan dan menahan sakit luar biasa, Caca melirik ke arah pintu sekilas terlihat ada laki-laki yang sedang menatap mereka.
"Dokter, apakah itu suaminya?" tanya Caca menatap dokter yang sudah lebih lama di sini. Dokter tersebut melihat ke arah pintu sebentar dan fokus kembali pada pekerjaannya.
"Laki-laki itu memang selalu menemaninya setiap kali periksa kandungan, tapi wanita ini tak pernah memberi tahu hubungannya dengan orang tersebut."
Caca melihat ke arah pintu kembali, namun orang tersebut sudah tidak ada lagi di pintu. Entah ke mana perginya, dirinya pun tak tahu.
Setelah selesai dengan tugasnya di jam 11 siang ini, Caca langsung ke kantin untuk mengisi perutnya terlebih dahulu.
Tadi pagi, ia hanya makan roti di apartemen miliknya. Ketika akan mengambil makanan di kantin, gelang Caca tersangkut di meja yang ada.
"Aww ...," ujar Caca saat merasa sakit akibat gelang yang sedikit tertarik. Caca langsung menatap gelang yang ada di tangan kirinya itu, ia menatap dan mengusap gelang pemberian Annisa.
'Umi sekarang apa kabarnya, ya?' batin Caca yang termenung.
"Dokter?!" panggil seseorang di belakang Caca yang juga ingin mengambil makan siangnya.
"Oh, iya? Maaf-maaf," ucap Caca sadar di belakangnya sudah ada tiga orang suster yang mengantri makanan juga.
Untuk menjadi perawat di rumah sakit ini bukanlah suatu hal yang mudah, namun beruntungnya Caca juga merupakan lulusan university terbaik.
Juga dengan nilai terbaik dan sudah lihai dalam melakukan pekerjaan bahkan tak jijik atau takut dengan darah, itu sebabnya ia bisa keterima di rumah sakit ini.
Makan siang gratis dari rumah sakit, hari ini Caca pulang sedikit cepat karena memang pasiennya sedikit.
Caca duduk di meja yang dipilihnya dekat dengan jendela dan bisa langsung menatap jalanan dari atas rumah sakit.
'Kok jadi rindu sama orang-orang di Indonesia, ya?' batin Caca beralih menatap gelangnya.
Ia merogoh kantong dan mencari handphone, ia mengetik di aplikasi berlogo kamera nama Aldy. Tak terlihat ada postingan baru, yang ada hanya postingan 4 tahun yang lalu.
Entah memang Aldy ganti akun atau memang dirinya yang sudah tak seaktif dulu lagi, sekarang Caca beralih ke akun Riki.
Sebenarnya sedikit takut untuk melihat akun laki-laki yang sekarang sudah berusia kurang lebih 28 tahun itu.
Namun, rasa penasaran tak bisa ditepis oleh Caca lagi. Terlihat ada postingan yang belum pernah dilihat olehnya.
Postingan yang mampu membuat mata Caca berembun dan hatinya menjadi sakit, ia membaca caption di foto tersebut.
[Maaf karena tak mengetahui isi hatimu sejak awal, aku laki-laki yang tak peka ini akhirnya kehilangan orang yang begitu tulus dan sayang kepadaku. Sekarang, akankah manusia sepertiku ini bisa mencari pengganti selainmu? Oh, tentu tidak. Kau tahu, aku akan menunggumu meskipun penantian ini akan berbuah kekecewaan sekalipun aku tak pernah takut akan hal itu. I really love you, Bocil!]
Foto cincin permata yang berada di kotaknya berwarna merah menjadi hiasan di caption tersebut.
Di posting tepat di hari kepergian Caca, air mata tanpa sadar telah terjatuh dan menjadi perhatian suster yang mengenal Caca.
"Dokter, apa kau baik-baik saja?" tanya suster yang duduk tak jauh dari meja Caca.
Caca yang mendengar seseorang menyebutnya langsung menatap ke arah suara dan menghapus air matanya, "Ya, saya baik-baik saja," jawab Caca tersenyum.
Caca mematikan handphone dan memasukkannya kembali ke jas dokter yang dipunya, lama-lama mengingat masa lalu juga tak baik bagi kejiwaan.
Ia mulai memakan apa yang diambilnya tadi, baru satu suapan masuk ke mulutnya seseorang yang berlari dengan nafas terengah-engah datang ke mejanya.
"Dokter, pasien tadi marah-marah di ruangannya," ucap suster tersebut.
Caca langsung bangkit dan berlari ke ruangan oprasi, "Dokter yang lainnya mana?" tanya Caca kepada suster yang berlari di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Sofi Sofaki Saefuddin
ditunggu thoor ..lope
2022-10-06
1
Muhammad Ilham
Akhirnya up jga
2022-10-02
0
Nur Adam
lnjht
2022-10-02
0