Farhan telah sampai di tanah air, Riki juga telah pergi meninggalkan tanah kelahiran demi menjemput atau malah mengikhlaskan orang yang berani mengambil hatinya.
Ia berangkat di jam 4 Shubuh dan sampai di sana mungkin akan malam, selama di perjalanan ia hanya memilih untuk tidur agar tak berekspektasi nantinya setelah bertemu dengan Caca.
Di lain sisi, seorang wanita tengah bersiap-siap untuk pulang dari tempat ia bekerja karena jam sudah menunjukkan pukul empat sore.
Perbedaan waktu Indonesia dan Amerika mencapai lebih dari 10 jam. Dengan Letak astronomis yang berbeda pada setiap negara kemudian menjadi penyebab terjadinya perbedaan zona waktu meski terdapat beberapa negara dengan zona waktu yang sama dikarenakan luas wilayahnya yang kecil. (SC; Goggle)
Caca memasukkan peralatan yang dibawanya tadi ke dalam tas selempang berwarna cream miliknya itu.
Setelah dirasa selesai, ia keluar dari ruangan miliknya dan meninggalkan gedung tempat ia membantu para orang-orang yang membutuhkan bantuannya.
Masalah wanita tadi, Caca sudah menyuruh suster untuk menjaga wanita itu. Takutnya, ia terkena baby blues.
Dari rumah sakit, Caca hanya perlu berjalan saja tak memerlukan transportasi lainnya. Dia berada di lantai 3, cukup dekat karena ada sekitar 10 lantai.
Tas di lempar ke tempat tidur, pintu sudah dikunci dengan baik dan kartu diletakkan pada tempatnya. Caca merebahkan tubuhnya yang lengket akibat keringat berlari tadi.
"My mother is tired," ujar Caca melihat langit-langit kamarnya itu.
Menyebut panggilan untuk Milda, Caca langsung bangkit dan mencari handphone di tas miliknya tadi.
Ia segera mencari nomor Milda karena tadi juga telah berjanji bahwa akan menelpon Milda kembali jika kerjaannya telah selesai.
"Assalamualaikum, Bunda?" salam Caca melihat panggilan telah tersambung.
"Waalaikumsalam, Nak," jawab Milda yang sepertinya baru bangun.
"Bunda apa kabar? Caca kangen Bunda," ucap Caca dengan suara kecil menahan isak tangis.
"Bunda juga kangen sama kamu, kapan akan pulang?"
"Belum tau, Bunda. Tapi, pasti nanti akan pulang, kok. Bagaimana pun juga Indonesia 'kan negara kelahiran Caca. Pasti akan kembali di tempat di mana Caca dilahirkan."
"Iya, cepat pulang, ya. Bunda udah rindu banget sama kamu."
"Iya, Bun."
"Yaudah, kamu lanjut beres-beres sana."
"Kok Bunda tau kalo Caca belum beres-beres? Bunda dukun, ya?"
"Hahaha, ho'oh tenan!"
"Hahahaha, Bunda!'
Setelah selesai bertelepon dengan Milda dan mencurahkan kerinduan, sore ini Caca akan keluar untuk membeli makanan.
Ia keluar dari apartemen dan berjalan ke seberang apartemen yang sudah ada salah satu tempat perbelanjaan.
Memilih dua makanan cepat saji yang nantinya hanya perlu di panaskan saja, Caca membayar nominal belanjanya dan keluar dari gedung itu.
Kembali masuk ke apartemen dan membereskan apartemen yang berantakan, merapikan tas dan mengeluarkan barang-barang dari dalam tasnya.
Meskipun sudah menjadi dokter tak membuat Caca berhenti memakan-makanan cepat saji itu, padahal seharusnya dirinya menjaga makanan cepat saji seperti itu.
Bahkan kadang, Caca masih sering memakan mie instan jika memang malas membuat makanan. Di apartemen telah disediakan kompor juga rice cooker meskipun tidak besar.
Namun, tetap saja. Caca bukanlah ahli dalam hal masak-memasak. Akan tetapi, dia tetap bisa memasak meskipun tak seenak milik orang-orang.
Shalat isya telah tertunaikan, bulan dan bintang sudah memenuhi langit serta suasana kendaraan yang semakin bersahut-sahutan terdengar jelas.
Caca duduk di balkon sambil makan malam, memakan makanan saji yang tadi sore ia beli dari sebrang.
"Om, Riki. Sekarang kamu gimana, ya? Caca rindu sama, Om," ujar Caca menatap langit tanpa sadar air mata turun begitu saja.
Segera ia menghapus jejak air mata itu dan memakan kembali, angin malam tak terlalu baik. Dirinya segera menghabiskan agar cepat masuk dan tidur.
Besok masih ada kerjaan lainnya yang harus Caca urus, besok dirinya bisa datang sedikit lama sekitar jam satu siang.
Ia memang berharap jadwal siang dirinya dapatkan, karena ingin bermain di taman kota melihat-lihat keramaian yang ada.
Selama Caca kerja, dirinya belum pernah berjalan-jalan melihat suasana di sini. Baru kali ini dirinya mendapatkan jadwal masuk siang.
Jadi, sebisa mungkin di manfaatkan sebaik-baiknya. Caca masuk ke kamar dan menutup pintu balkon tadi.
Dirinya tak langsung tidur karena tidur setelah makan itu tidak baik, mencoba duduk di meja belajar dan menulis kata-kata yang tak bisa dia ungkapkan kepada sang empu.
Di lain sisi, ada seseorang yang baru keluar dari pesawat. Menggunakan baju hitam dengan kemeja yang tak lupa serta kacamata hitam.
"Saya sudah sampai," ucapnya pada seseorang yang berada di sebrang.
"Baik, Pak," jawabnya mematikan panggilan terlebih dahulu.
Riki berjalan sambil membawa koper keluar bandara dan menunggu jemputannya, sebenarnya Farhan sudah memberi tahu bahwa lebih baik Riki menyewa rumah saja.
Namun, Riki menolak karena alasan ingin tetap dekat dengan Caca. Dan beruntungnya, pas di depan pintu apartemen Caca kosong dan dengan sigap Farhan booking apartemen tersebut.
Mobil yang menjemput Riki telah tiba, sopir langsung memasukkan koper Riki ke bagasi mobil dan Riki masuk ke tempat duduk belakang.
Ia membuka handphone dan berselancar di situ, jarinya tampak lincah seolah mengotak-atik di atas gadget tersebut.
Dari bandara ke apartemen cukup menyita waktu sekitar dua jam lamanya, memang cukup lama tapi jika jalanan tak macet maka akan cepat sampai.
Sepanjang jalan, Riki sesekali melirik jalanan menuju apartemennya. Ia melihat toko-toko yang dilewati dan suasana malam ini.
Mobil telah sampai, sopir menurunkan koper dan Riki langsung masuk ke dalam apartemen. Ia registrasi ulang agar pihak apartemen juga mengetahuinya dan akhirnya ia sudah bisa masuk ke apartemen miliknya.
Dirinya berjalan dengan kacamata yang tetap nangkring di matanya itu, berjalan dengan gagah membuat beberapa wanita yang masih ada berkeliaran menatap dirinya mungkin dengan terpesona.
Riki membuka pintu apartemennya dan langsung memasukkan koper, menutup kembali pintu dan langsung berberes-beres.
Dirinya sangat tak suka dengan tubuh yang penuh keringat akibat kepanasan tadi, ia langsung masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuh mengganti pakaian dengan baju santai.
Merapikan isi koper dan menepuk-nepuk kasur agar bersihnya lebih maksimal, ia merebahkan tubuh setelah merasa semuanya telah selesai disusun.
"See you in the morning, Dear," ucap Riki dan langsung masuk ke dalam mimpinya.
Caca yang mendengar suara pintu depan apartemennya seolah terbuka tadi, mengerjap-ngerjapkan mata merasa apakah itu hanya pendengaran saja.
Ia segera meletakkan tablet yang tadi dirinya genggam dan menutup seluruh tubuh menggunakan selimut.
"Tadi itu suara apa, ya? Apa emang ada penghuni di depan? Tapi, kalo enggak ada kenapa suaranya besar banget tadi. Ini 'kan belum jam 12 malam kenapa udah pada berkeliaran aja tuh hantu?" tanya Caca berada di dalam selimut dan berkata sambil berbisik-bisik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Alia Azahra
next kilat
2022-10-07
0
Muhammad Ilham
Lnjut,..
2022-10-06
1
Dhilla Aliansyah Lekang
lanjut kak
2022-10-05
0