Seperti keinginan Caca kemarin malam, hari ini dirinya sudah dengan gamis putih dan juga jilbab syari berwarna biru muda.
Dirinya ingin berjalan-jalan di taman kota sambil melihat-lihat keadaan di sana, rasanya terlalu bosan jika menunggu waktu kerja hanya di apartemen saja.
Caca menggunakan tas selempang berwarna coksu dan sepatu putih, ia mengunci pintu apartemen dan berjalan ke arah lift.
Karena jika menggunakan tangga akan sangat terasa meskipun dirinya tak berada di lantai atas sangat, ia masuk ke dalam lift yang hanya ada dirinya.
Saat sudah menekan tombol ke bawah, Caca mengambil handphone dan melihat ada seseorang menahan tertutupnya lift.
Beberapa detik Caca menatap dengan intens orang yang sekarang masuk ke dalam lift yang sama dengannya. Caca yang tadinya ingin melihat-lihat handphone beralih menatap orang di depannya dengan handphone di pegang.
"Om Riki?" tanya Caca sambil menatap orang yang di depannya. Laki-laki yang menggunakan kemana abu-abu lengkap dengan kacamata yang tetap bertengger di hidung mancungnya itu tak menghiraukan ucapan Caca.
"Om Riki?" tanya Caca lagi kini berpindah ke samping pria itu.
"Sorry what is, it?" tanya orang tersebut menatap Caca. Caca yang mendongak dan menatap beberapa detik akhirnya mengerjap-ngerjap matanya.
Mencoba stabilkan diri bahwa dia berada di Amerika bukan Indonesia, pastinya tak ada Riki dan laki-laki yang berpakaian seperti itu bukan hanya Riki melainkan begitu banyak di negera ini.
"Oh sorry i got the wrong person," jawab Caca dengan tersenyum dan kembali ke posisi awalnya yaitu di belakang orang tersebut.
Laki-laki di depannya hanya mengangguk paham, pintu lift terbuka. Laki-laki tersebut segera pergi dengan tangan dimasukkan ke saku celana.
Caca segera berjalan ke luar gedung apartemen, 'Lagian lu aneh batt Ca, kalo itu beneran Om Riki pasti dia akan nyapa lu. Masa, dia gak kangen sama lu,' batin Caca sambil berjalan di trotoar.
Ia sedikit mempercepat langkah, disaat sudah akan sampai di taman kota. Caca mampir lebih dulu ke perbelanjaan untuk membeli sarapan pagi.
Penduduk di perutnya sudah mulai berdemo karena tak diberi haknya, untungnya Caca adalah pemimpin yang langsung sigap memberi hak.
Bukan yang acuh dan tak peduli meskipun telah terjadi berbagai hal di perutnya itu. Ia mengambil roti dan juga susu, lalu berjalan ke kasir untuk membayar makanannya itu.
Setelah selesai, Caca langsung melanjutkan perjalanan. Ia tak makan atau minum dengan berjalan karena itu di larang dalam agama Islam.
Sekitar 30 menit, akhirnya dia telah sampai di taman yang sekarang tengah banyak didatangi anak-anak.
Karena di taman juga menyediakan beberapa permainan anak-anak seperti; ayunan, perosotan dan lainnya.
Caca duduk di bangku taman yang di belakangnya ada bunga juga depannya langsung terlihat anak-anak tengah bermain yang di awasi mungkin dengan orang tuanya atau baby sister.
Mengambil susu lebih dulu dan membukanya, tak lupa membaca bismillah sebelum meminum. Caca membuka bungkus roti dan tersenyum menatap pemandangan di depannya.
"Ternyata banyak yang berubah, ya," ucap seseorang yang membuat Caca kaget dan langsung menatap ke atas.
Orang yang sama waktu di lift tadi, Caca mengerutkan keningnya dan menatap dengan aneh ke arah orang tersebut.
Laki-laki itu membuka kacamata dan langsung membuat Caca menunduk bergeser setelah melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang.
"Boleh saya duduk?" tanya laki-laki itu yang kembali menggunakan kacamatanya.
Caca mengangguk, "Boleh." Riki langsung duduk di samping Caca dan menatap ke arah depan.
Hening. Tak ada yang membuka suara di antara mereka, kecanggungan pun hadir tanpa di pinta. Bahkan Caca orang yang dulunya sangat ribut kalau sudah bersama Riki. Kini, mendadak menjadi wanita yang sangat pendiam.
Riki memegang kaleng susu Caca, "Kenapa dingin?" tanya Riki saat merasa susu milik Caca dingin.
Caca menatap sekilas ke arah Riki dan menunduk kembali, "Elektrolit dalam susu dingin juga bisa digunakan melembabkan kulit sehingga membuat kulit nampak segar dan kenyal. Jadi, secara tidak langsung, kita bisa menyimpulkan bahwa susu dingin lebih cocok dikonsumsi di pagi dan siang hari," jelas Caca.
Dua tepukan tangan diterima oleh Caca, Caca langsung menatap orang yang ada di sampingnya dan tanpa sengaja tatapan mereka bertemu.
"Ternyata, gak sia-sia kamu ninggalin saya."
"Om, gak gitu," kata Caca yang mulai sudah paham apa yang akan terjadi.
"Gak papa, saya ke sini juga bukan demi kamu. Tapi, ada kerjaan yang harus saya selesaikan."
"Om kerja di mana?" tanya Caca menaikkan alisnya.
"Buat apa kamu tau?"
Caca hanya diam dan tak tahu apa yang akan dia jawab, memang tak ada gunanya juga dia tahu tentang Riki lagi sekarang.
Bahkan, sekadar bertanya kabarnya saja Caca belum berani berucap. Riki sedikit merapikan jasnya dan berdiri dari bangku itu.
Ketika ingin melangkah pergi, Caca berdiri, "Om!" panggil Caca dan membuat langkah tersebut terhenti.
Caca berjalan ke posisi dekat dengan Riki agar apa yang ingin dirinya katakan mampu di dengar oleh Riki.
"Om baik-baik aja 'kan?" tanya Caca menatap Riki dari samping.
"Ya," kata Riki dan langsung meninggalkan Caca begitu saja. Sedangkan yang ditinggalkan hanya melihat punggung gagah yang semakin jauh tersebut.
Meskipun hampir mendekati kepala tiga, tak ada yang berubah dengan Riki. Mungkin, karena rutin olahraga membuat tubuhnya tetap terjaga.
Caca kembali duduk, dan mencoba memasukkan roti kembali ke mulutnya itu. Wajah yang sendu tak bisa ia pungkirkan, namun senyuman tetap harus tercipta.
Setidaknya, sekarang dirinya tahu bahwa Riki baik-baik saja hingga mampu sampai ke sini meskipun ia belum tahu sebenarnya ada apa dan kenapa Riki bisa sampai ke sini.
'Kalo itu tadi Om Riki, berarti yang di lift tadi Om Riki juga dong. Artinya, dia juga satu apartemen sama aku? Atau ... dia yang di kamar depan aku itu? Yang aku kira hantu?' batin Caca bertanya tentang kejadian kemarin malam serta tadi pagi di lift.
'Udahlah, biarin aja. Bisa jadi di sini Om Riki mau ketemu sama pacarnya atau apanya gitu, jangan ganggu dia. Biarin dia bahagia, deh.'
Caca memakan semua makanannya tadi, dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikannya tanpa ia ketahui.
Dari dalam mobil, ia tersenyum meskipun tak selebar dulu lagi, "Pak, jalan?" tanya sopir yang sudah beberapa menit mereka di sini.
"Nanti, Pak. Saya mau ngikutin dia dulu," jawabnya dengan tetap menatap wanita itu.
"Baik, Pak."
Setelah selesai, Caca membuang sampah di tong yang tersedia. Matahari mulai muncul, Caca bergegas pergi dari taman karena takut semakin panas.
Di perjalanan pun nanti dirinya bisa sekalian berjemur, tak perlu menentang panas di taman ini. Caca mulai berjalan ke luar taman dan mengarah ke apartemennya.
"Ikuti dia, Pak!" perintah orang tersebut kala melihat Caca sudah berjalan menjauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Rini Alif
aduuuuh thorrrr serunya keren bkin tmbh gemes dech am mrka br2
2022-10-06
1
Nur Adam
lnjht
2022-10-06
0
⭐️asteri
Riki sok jual mahal hahaha
2022-10-06
0