Papa Pengganti Buat Altaf
"Ratih!"
"Iya buk." Ratih datang dengan tergopoh-gopoh mendengar panggilan ibu mertuanya.
"Ratih! Ini anakmu gimana sih? Kamu bukannya menjagain malah dibiarkan main disini!" Hardik Bu Tias menunjuk Altaf anak Ratih yang masih berusia tiga tahun itu.
Altaf kecil terlihat menangis neneknya marah-marah karena kakinya terlilit kain penutup meja . Hingga sebagian hidangan untuk tamu di hari ke -3 lebaran, tampak berserakan di lantai.
"Astagfirullah... Altaf." Ratih langsung mengambil Altaf ke dalam gendongannya.
Kasian bocah itu menangis karena ketakutan neneknya marah-marah. Sebagian tubuhnya juga kotor terkena tumpahan makanan. Tentu saja para tamu bu Tias menjadikan mereka pusat tontonan karena suara mertua Ratih cukup kencang dan gaduh.
"Makanya jadi ibu itu yang becus, anak malah di biarin keliaran di sini. Bukannya di jagain atau gimana biar anteng. Gimana sih kamu, ini Tih?" Hardik mertuanya dengan mata melotot dan muka merah karena marah menunjuk wajah Ratih.
"Ratih kan lagi cuci piring buk. Di belakang dah banyak itu cucian nggak selesai-selesai. Gimana mau jagain Altaf." Jawab Ratih masih menggendong Altaf sambil mengusap rambut bocah berusia tiga tahun itu. Lelah juga setiap hari hanya terus di maki mertuanya yang tak mau tau dengan pekerjaan rumah yang menumpuk.
Ratih mencoba menenangkan bocah yang masih menangis cukup kencang sembari menggoyangkan tubuh pelan.
"Halah, kamu ini alasan saja." Sela Bu Tias masih ingin menyalahkan Ratih, menantu yang sangat tidak dia sukai karena miskin dan jelek, atau kumel atau dekil, karena tak bisa merawat diri seperti menantu dan anak gadisnya yang lain. Padahal itu semua karena kesibukannya di dapur dan membereskan rumah mertua yang tiada habisnya.
"Bukan alasan buk, emang cucian Ratih banyak di belakang. Ratih nggak bisa kalau nyuci skalian jagain Altaf, dia masih kecil juga lagi aktif-aktifnya di usia segini. Kalau ibuk mau Ratih jagain Altaf, Ratih mundur dari cuci piring." Ucap Ratih mengatakan yang sebenarnya, ia sudah cukup lelah dan malu ibu mertuanya bicara dengan nada yang cukup keras dan merendahkan di depan para tamu yang masih cukup banyak berkumpul di rumah.
"Apa? Enak aja kamu jadi mantu. Udah miskin, dekil, nggak kerja, males lagi. Alasan aja bilang jagain Altaf padahal cuma mau malas-malasan. Inilah kenapa ibuk nggak suka sama kamu. Indra ini udah di kasih tau kok ya ngeyel. Milih istri kok kayak gini." Sentak Bu Tias melipat tangannya di depan setelah menunjuk-nunjuk pada wajah Ratih dengan arogan.
"Ada apa sih ini ribut-ribut?" Tanya Indra yang baru muncul dari pintu depan. Ratih membuka mulutnya hendak bersuara namun,
"Bagus kamu datang, Ndra. Ini binimu ini, di bilangin mbantah terus, gara-gara dia nggak jagain anaknya meja prasman jadi awut-awutan kek gini. Kalau sudah begini kan mubazir malu juga sama tamu. Suruh ganti juga nggak punya uang pun dia." Cepat-cepat Bu Tias memotong sebelum mantunya itu membuka mulut dan mengadu yang tidak-tidak.
Indra yang menyimak ucapan ibunya, jelas terpengaruh. Ia berganti memandang istrinya jengah.
"Kamu gimana sih dek, bukannya jagain Altaf, malah ngapain sih?" Indra menatap protes pada Ratih dengan nada kecewa.
Ratih kembali membuka mulutnya hendak bersuara, namun sudah keduluan Bu Tias lagi.
"Ia itu tuh istri kamu, malas-malasan, nggak bisa jagain anak sampai bikin berantakan kek gini. Rugi ibuk kalau kek gini. Rugi... Mubazir.. Angel wes angel."
Bu Tias menggelengkan kepalanya dengan bibir Yang terus Manyun ke depan.
"Ya udah buk, nanti Indra ganti." Ucap Indra menenangkan ibunya."Ratih cepat minta maaf sama ibuk." Kata Indra dengan nada perintah tak mau dibantah.
Ratih hanya diam menatap ibu dan suaminya bergantian, ia bahkan tak di beri kesempatan untuk membela diri.
"Tapi mas, Ratih..."
"Udah cepetan minta maaf. Biar selesai masalah, Nggak enak kalau di lihat para tamu. Lagi rame gini juga." Tukas Indra dengan nada menyuruh yang menyudutkan. Ratih menghela nafasnya mengusir beban sesak di dada.
"Iya, maafin Ratih." Ucap Ratih lirih, akhirnya mengalah juga. dijelaskan pun toh suaminya tak akan perduli .
"Huuh, minta maaf aja musti di suruh." Cibir Bu Tias dengan melengoskan kepalanya."Udah kamu bersihkan itu lantai yang kotor ulah anakmu."
"Iya..."
"Sini, Altaf biar mas bawa." Indra mengambil Altaf dari gendongan istrinya, walau masih menangis, Indra mencoba menenangkan bocah itu dengan membawanya pergi.
Ratih menatap ke atas sebentar, agar air matanya tak jatuh. Ia menghela nafasnya, untuk mengusir sesak di dada atas perlakuan mertua dan suaminya yang seolah berat sebelah, hanya mendengarkan dari sudut ibunya, tanpa menanyakan apa yang Ratih rasakan dan alami.
Dengan sigap dan telaten Ratih membersihkan lantai yang kotor. Oleh tumpahan hidangan besar sendirian. Hari ini adalah hari raya ke -3 meski begitu rumah besar itu tetap ramai.
Hal yang biasa jika Bu Tias memiliki banyak tamu mengingat bu Tias di kenal sebagai orang yang lumayan kaya di komplek itu. Ditambah lagi memiliki tiga orang anak yang terbilang sukses.
Anak pertama bernama Indah, sudah menikah dengan seorang ASN. Sudah pasti sangat terpandang, dan membuat ibu mertua Ratih girang. Anak kedua bernama Gafar, juga sudah menikah dengan seorang wanita karir. Gafar sendiri juga seorang pekerja kantoran berpangkat cukup tinggi. Tentu saja itu pun membuat Bu Tias makin senang.
Walau sebenarnya mereka juga punya banyak utang di bank untuk menutupi gaya hidup beli ini dan itu. Tidak apa yang penting orang lihat, Bu Tias memiliki mantu dan anak sukses.
Sementara Indra anak bungsu Bu Tias, hanya pekerja kantoran biasa dengan gaji minimal tujuh juta, itupun masih di potong untuk cicilan mobilnya. Ratih sendiri tidak bekerja karena mengurus Altaf dan Indra memang meminta Ratih untuk tidak bekerja saja sembari mengurus Altaf dan membantu ibu di rumah.
Membantu, yaahh, karena mereka memang tinggal serumah dengan ibu Tias. Membuat Ratih terpaksa menyanggupi mengurus semua di rumah itu sendirian. Mulai dari masak, bersih-bersih, mencuci, sampai ke pasarpun Ratih juga yang kerjakan.
Sebelumnya, Ratih keberatan saat Indra mengajaknya tinggal di rumah ibu mertua. Karena Ratih juga sadar. Ia orang tak punya, mertuanya pun juga menunjukan gelagat tak suka, mau semenurut apapun dia mau sebagus apapun yang ia kerjakan. Selalu tidak pernah membuat mertuanya itu puas, semua bisa jadi alasan Bu Tias untuk marah-marah dan terus menyudutkan Ratih. Berbeda dengan dengan dua anak mantunya yang selalu disanjung.
Namun, Indra terus membujuk dan bersikeras untuk tinggal di rumah ibunya. Katanya sih demi penghematan, karena ia mengambil kredit mobil yang perbulannya tidak sedikit, apalagi masih biaya kontrak rumah dan makan.
Sehingga memaksa Indra untuk kembali ke rumah walau Ratih keberatan. Dengan Dalih, istri harus nurut suami. Akhirnya, Ratih pun mengiyakan. Demi baktinya pada sang suami.
Namun di rumah itu, justru Ratih seperti dijadikan pembantu. Mengerjakan semua pekerjaan rumah, dan belum lagi menjaga Altaf yang masih kecil. Karena mereka tinggal gratis di sana. Indra juga jarang memberi nafkah pada Ratih, karena sudah tidak ada biaya yang lain-lain, seperti saat ngontrak. Yang harus bayar kontrakan, bayar token listrik masak dan lain sebagainya.
Gaji Indra Bu Tias yang pegang. Karena dia yang mengatur semuanya, Bu Tias tidak suka jika Ratih yang pegang, takut boros katanya. Padahal, selama Ratih pegang nggak pernah tiap akhir Bulan kelimpungan mau makan apa.
Ratih hanya diberi untuk belanja saja. Itu pun pas-pasan. Apalagi di akhir bulan, mungkin cuma cukup buat beli garam. Hingga Ratih selalu meminta nota pada pemilik warung. Agar ia tidak di tuduh menyelewengkan uang belanja yang sedikit itu.
Hanya kadang-kadang saja Indra memberi Ratih uang untuk kebutuhannya, itupun hanya 200 ribu, masih dibagi dua untuk keperluan Altaf.
____
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
" sarmila"
kyknya ini krya nya melow dh semngat
aku msih lnjut baca setia2 judulnya
2023-11-06
0
Agustina Kusuma Dewi
ihhsss... kog ga ada syukurnya, sblh mana coba minimal 7jt..
suami gue aja, gaji ga segitu, umr Alhamdulillah msh bs makan, yg penting ga ada utang sama org lain.
ya Allah, kapan nih pegang gaji segitu, 5jt aja.. ga papa. 😟😞😖 biar ga binun stp blnnya mengolah anak 4, bi idznillah.. aamiin
2023-02-08
0
dara manisku
nyesek gua bc nya
2022-10-09
3