Chapter 5 - Flashback

Ratih menahan nafasnya, lalu ia mencoba menenangkan diri.

"Apapun yang mas Indra kirim dan katakan, aku akan lapang dada menerimanya." Gumam Ratih dengan tangan yang bergetar menekan jempolnya pada layar gadget.

Jantung Ratih berdetak kencang, rasa lemas seperti tiba-tiba menyerangnya.

"Bismillahirrahmanirrahim..."

Ia membuka pesan itu matanya langsung panas an berair. Pesan itu berisi sederet makian dari Indra suaminya, bahkan kata talak tertulis beberapa kali di sana.

Ratih menarik nafas lalu menghembuskannya mencoba mengusir rasa sesak di dada. Sepertinya ia memang terlalu berharap akan sikap lembut suaminya walau sudah sangat jelas pada siapa dia memihak dan sudah dengan jelas berkata memiliki calon madu untuk nya.

Ratih menyakinkan diri lagi, tak ingin ada sesal, ini memang Keputusan nya. Lebih baik pergi daripada tinggal di rumah yang bagai neraka itu dengan perlakuan yang sangat tidak adil diantara para mantu dan anak. Di tambah lagi Indra sudah tak ada lagi cinta untuknya. Cinta itu sudah diberikan pada wanita lain yang lebih cantik dan kaya.

Dengan begini, Ratih setidaknya menyadari, bahwa semua pengorbanan dan pengabdiannya tidak pernah dianggap. Ia justru dipandang sebagai babu.

["Kamu pergi nggak pamit, istri macam apa kamu ini? Durhaka! Bikin malu aja. Nggak tanggung jawab. Ninggalin kerjaan rumah yang bertumpuk. Kamu tu tinggal di sini gratis. Makan di sini juga gratis. Masih tak tau terima kasih. Malu mas sama ibu, sama keluarga besar. Kamu main kabur-kaburan gini. Ibuk marah besar. Cepat balik."]

["Kamu masih nggak mau balik juga? Ya sudah. Kalau itu mau mu. Ibuk juga sudah nggak mau Nerima kamu lagi. Mas juga sudah membuat keputusan untuk menalakmu."]

["Karena kamu yang berjalan keluar sendiri dengan membawa Altaf, jangan harap nafkah dari ku untuk kalian berdua. Tunggu saja panggilan dari pengadilan agama. Karena aku akan mendaftarkan talak cerainya besok begitu masa cuti selesai."]

Begitulah isi pesan dari Indra. Sakit? Tentu saja, perih? Jelas. Meski begitu, tak mengapa merasakannya sekarang, setidaknya ia tak perlu menambah panjang sakit hatinya dengan bertahan di rumah itu. Yang tak seorang pun menghargai dan menganggapnya manusia.

Ratih hanya membaca pesan dari indra tanpa membalas. Buat apa? Hanya buang-buang tenaga dan quota. Ratih lalu melihat pesan lain dari seorang bernama Foanoita Zai.

Seorang editor yang dulu menawarinya untuk menulis di salah satu platform online, karena tertarik dengan tulisan yang ia unggah di aplikasi biru beberapa bulan yang lalu.

Flash back dikit:

Ratih saat itu dalam kondisi yang sangat sulit dan tertekan, ia mungkin akan gila jika tak menumpahkan semua yang dia rasakan saat itu. Ratih pun memutuskan untuk menggunakan akun anonim.

Dengan tujuan untuk menulis sebuah cerita di aplikasi biru. Tentang kehidupannya, yang sangat menyesakkan. Namun, dengan sangat luar biasa tanggapan yang dia dapat. Hingga beberapa hari kemudian, seseorang mengirim pesan lewat messenger. Ia memperkenalkan diri sebagai editor di salah satu platform online.

["Maaf, tapi aku nggak punya quota untuk download. Jujur saja itu semua hanya curhatanku semata."] Balas Ratih mengungkapkan yang sebenarnya, karena ia hanya menggunakan mode gratis.

["Nggak papa. Kasih aku nomor wasap mu, kita komunikasi lewat itu aja."]

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Ratih memberi nomor telpon nya. Karena ia tak memilik quota untuk membuka wasap. Sejak tinggal bersama mertua, Indra benar-benar memangkas uang jatahnya. Tak disangka, editor yang sangat baik itu justru membelikannya Quota. Walau tak banyak tapi cukup untuk sekedar berbalas pesan wasap.

["Apa? Embak mau mempublikasikan cerita ku?"]

["Iya, kalau kamu kasih ijin."] Balasan dari Foa editornya.

["Tapi kenapa mbak?"]

["Cerita kamu itu bagus, aku yakin bakal banyak peminatnya. Ini juga bisa jadi ladang buat kamu cari uang."]

["Tapi aku nggak pede mbak. Aku juga nggak punya aplikasinya."] Balas Ratih jujur tentang keadaannya, tanpa niat apapun.

["Tenang aja, semua biar aku yang urus. Aku cuma butuh ijin dan kepercayaanmu saja."]

Ratih terus menimbang-nimbang, tentu saja dia takut jika itu adalah penipuan. Apa lagi ia di minta KTP dan lain sebagainya. Ditambah dia juga baru kenal dari aplikasi biru.

["Aku bingung mbak, kalau harus kasih kartu pengenalku. Maaf, aku orang miskin dan nggak punya uang, aku takut jika..."] Sengaja Ratih tak meneruskan isi pesannya. Takut menyinggung, walau ia yakin si penerima pesan pun tau maksudnya.

["Aku nggak akan pakai untuk pinjaman online kok.

Aku hanya ingin membantu. Jika kamu belum percaya masalah identitas nggak papa. Kasih aku ijin aja buat publis tulisan kamu. Nanti aku atur sisanya."]

Pesan dari Foa membuat Ratih akhirnya mengiyakan. Dan Ratih beberapa kali di minta mengirimkan naskah cerita pada Editor Foa.

Suatu ketika, karena desakan ekonomi, Ratih meminta undur diri. Ia benar-benar tak punya uang untuk membeli susu Altaf, hingga Ratih bermaksud menjual hpnya.

["Mbak Foa, maaf sebelumnya, ini mungkin terakhir kalinya aku kirim naskah."]

["Kenapa?"]

["Susu Altaf habis, dan aku tak punya uang. Jadi, aku berencana untuk menjual hp saja."]

Agak lama Ratih tak menerima balasan. Ia tak ambil pusing, toh tujuannya hanyalah untuk pamit fakum sementara waktu, sampai ia bisa membeli hp baru lagi, yang entah kapan.

["Nggak usah jual hp, itu buat kamu nulis, jangan sampai putus. Aku kirimkan susu buat Altaf bagaimana?"]

["Apa merek susu nya?"] Satu pesan lagi dikirim oleh Foa.

Ratih merasa tak enak hati, sudah terlalu banyak Foa membantunya. Ia terdiam cukup lama. Bingung harus bagaimana jika sudah begini. Niat hati hanya ingin pamit malah Foa berniat mengirimkan susu.

["Jangan jual hp nya Ratih. Jangan sampai kamu menyesal. Jangan putus menulis. Aku kirim random saja ya."]

Akhirnya, Ratih mengiyakan juga, setelah didesak berulang kali oleh editornya itu. Hingga sehari kemudian paket susu untuk Altaf sampai. Ratih tersentak karena itu jenis susu yang paling mahal dipasaran. Berbeda dengan susu yang biasa Altaf konsumsi.

["Jika kamu butuh apapun, katakan padaku, sebisa mungkin aku akan membantu. Jangan sungkan. Dan atu lagi, bisa kah kamu mulai percaya padaku? Aku butuh identitasmu untuk tindakan lebih lanjut terhadap naskah mu."]

Pesan dari editor Foa membuat Ratih gamang. Dia sangat takut dan bimbang. Bagaimana jika orang yang mengaku editor itu menggunakan identitas nya untuk hal yang tidak baik?

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

lanjutkan thor

2022-10-05

0

Rinnie Erawaty

Rinnie Erawaty

aku suka Thor.... gambaran wanita jgn mau di tindas terus SEMANGAT

2022-10-03

0

👑yosha💣

👑yosha💣

habis hujan dan petir maka pelangi mulai nemperlihatkan keindahannya.....

2022-10-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!