Chap 2 - Siapa Dia?

"Ratih."

"Iya mas,"

"Ini uang bulanan buat kamu."

Ratih menatap uang biru yang Indra sodorkan padanya, lalu berganti menatap wajah suaminya.

"Itu jatahmu."

"Kok cuma lima puluh mas?" Protes Ratih,"mana cukup? Buat susu Altaf aja kurang."

Indra mendengus kesal. "Ini karena kamu juga, Altaf sampai tumpahin makanan buat para tamu. Jadi mas harus ganti kan."

Ratih menghela nafasnya mencoba sabar."Mas, makanan tadi kan juga sisa. Ibuk bahkan nggak kekurangan. Lagian aku tadi nyuci piring sendirian mas, sebanyak itu, nggak ada yang bantuin.

Belum lagi masak dan cuci baju serumah, punya mbak indah sekeluarga, punya mas Gafar, mana mereka keringetan dikit ganti lagi. Gimana Ratih bisa jagain Altaf juga?" Ucap Ratih merasa sangat lelah, tak pernah sedikitpun ia di hargai di rumah itu.

"Halah, kamu itu Ratih. Bener kata ibuk, kamu tu bantah terus. Masih syukur mas masih kasih kamu uang ini. Kalau nggak mau ya udah. Mas ambil lagi buat beli rokok." Dengus Indra dengan kesal mengulurkan tangannya hendak mengambil lagi uang yang dia letakkan di atas kasur kamarnya.

Ratih menghela nafasnya lagi. Lalu mengambil uang yang belum sempat Indra ambil balik.

"Hemat-hematlah itu buat sampai akhir bulan."

Indra keluar dari kamar mereka, ikut bergabung dengan keluarga besar yang berkumpul di ruang tengah.

Sementara Ratih yang baru saja menidurkan Altaf hanya menatap pintu yang tertutup setelah suaminya pergi. Selama empat tahun pernikahannya dengan Indra, dan dua tahun tinggal di rumah Mertuanya yang bagai neraka itu.

Tak urung membuat Ratih diam dihina-hina oleh mertuanya yang jelas tak menyukainya itu.

Ratih berjalan mendekati lemari tempat di mana dia menyimpan android nya.

Satu-satunya harta yang dia punya sejak masih gadis dulu. Indra, tentu saja tak akan punya cukup uang untuk membelikan nya hp. Ratih mulai membuka aplikasi dan menulis semua Yang ada hati dan otaknya.

Selama hampir setengah jam lamanya ia berkutat pada hpnya, pintu kamar di buka dengan kasar, membuat Ratih terlonjak kaget. Hingga hape nya hampir lepas dari pegangan.

"Ya ampuunn... Ternyata malas-malasan di sini mainan hp. Bukannya beresin itu cucian yang dah numpuk malah santai-santai mainan hp." Hardik ibu mertua Ratih dengan suara yang sangat keras.

"Buk, Altaf lagi tidur loh, nanti terbangun. Kasihan..."

"Halah, kamu ini banyak kali membantah. Ini nih yang bikin aku nggak setuju Indra nikah sama kamu kemarin. Kok ya dia itu ngeyel. Mantu satu ini malesnya minta ampun. Udah tinggal gratis, makan gratis.." Sewot Bu Tias sembari berjalan menjauh.

"Nggak ngratis buk, Ratih juga kerja di rumah ini. Semua Ratih kerjain sendiri tanpa ada yang membantu." Balas Ratih tak mau rasanya terus di salahkan dan disudutkan mertuanya.

"Masih berani bicara balik sama ibuk, kamu?" Sahut Bu Tias datang lagi mendengar ucapan Ratih."Kamu tuh nggak keluar uang sama sekali, masih bilang nggak gratis?"

"Tapi Ratih keluar tenaga buk."

"Ya itu, kalau miskin nggak punya uang ya cuma bisa keluar tenaga."

Suara nylekit dari Bu Tias yang marah-marah masih Ratih dengar hingga Indra muncul diambang pintu kamar."Udah miskin, males, belagu lagi keluar tenaga aja...."

"Kamu kenapa lagi sih dek? Sehari aja, bisa nggak sih, nggak bikin ibu marah-marah. Malu mas ada tamu mas di depan. Buruan cuci piring sana, udah abis piring di depan. Teman-teman mas sudah pada mau makan nggak ada piring." Ujar Indra dengan nada kesal yang memerintah. Lagi.

"Emangnya nggak ada yang lain mas? Ratih capek mas sedari pagi nggak istirahat. Kan masih ada Mbak indah dan mbak Maya. Gantian dulu nggak papa kan?"

"Masha Alloh, benar-benar nggak tau diri banget ya? Nggak tau terima kasih kamu ya? Indah sama Maya itu ada tamu di depan. Teman mereka banyak, kamu ini yang nganggur nggak ada kerja malah mau nyuruh mereka. Mereka juga sudah banyak kasih uang sama ibuk. Punya pangkat, kaya, cantik. Nggak kucel, bau, miskin kayak kamu. Kamu mau iri sama mereka? Nggak pantes!" Sela Bu Tias menimpali yang tiba-tiba muncul di balik punggung Indra melotot kearah Ratih."Ngaca dong, ngacak."

"Bener kata ibuk, Ratih. Udah, sana kerjain. Mas mau nemenin tamu mas dulu. Malu kalau di denger ibuk marah-marah terus karena kamu males." Ucap Indra lagi dengan nada memerintah tanpa mau di bantah. Indra berlalu ke ruang tamu, ikuti ibu mertua Ratih yang ikut meleos judes.

"Kamu itu kenapa sih Ndra, istri kayak gitu kok di pelihara." Gerutu Bu Tias yang suaranya makin pelan tak terdengar."Udah cari yang lain aja, yang lebih guna."

Sementara Ratih hanya menghela nafasnya mencoba bersabar. Ia sudah sangat lelah karena kerjaan tak kunjung usai di rumah itu, apa lagi di hari besar seperti ini. Di saat tamu-tamu sangat banyak. Tak ada satupun yang membantu. Semua Ratih kerjakan sendiri.

Ratih bahkan di larang ikut berkumpul karena malu, yah, ibu mertuanya malu karena Ratih dari keluarga miskin dan Kumal. Tidak bekerja, hanya pantas di jadikan pembantu saja. Tidak bisa di banggakan pada tamu dan keluarga besar.

"Istrinya Indra mana buk?" Suara itu Ratih dengar saat ia baru saja keluar dari kamarnya, sengaja Ratih menguping ingin tau saja apa yang di katakan mertuanya di depan tamu.

"Oohh lagi di belakang. Ya, memang di situ cocoknya buat dia." Jawab Bu Tias dengan diselingi tawa menghina.

Ratih tertawa getir, memang ia sangat sadar, seperti itulah dia di mata mertuanya.

"Jangan gitu ah buk Tias sama mantunya," suara tamu wanita bu Tias.

"Ya mau gimana lagi buk, si Indra ini salah pilih bini, udah jelek, miskin, tuh, sekarang malah males-malesan di kamar. Jadi, ku suruh aja beres-beres di belakang, biar berguna dikit, di sini loh udah numpang makan dan tinggal gratis."

Suara Bu Tias membuat Ratih mengelus dada. Sudah jadi kewajiban bagi suami untuk menyediakan tempat tinggal dan makanan yang layak untuk anak istrinya. Tak seharusnya Bu Tias berkata seperti itu. Apalagi, Ratih juga tau, jika Bu Tiaslah yang memaksa Indra suaminya untuk tinggal di rumah ini.

Ratih menarik nafasnya, lalu menghembuskan, begitu terus untuk mengurangi sesak di dadanya. Ia sebenarnya sudah nggak kuat untuk tinggal lebih lama lagi di rumah itu. Namun tetap bertahan karena Indra tak pernah mau pindah dengan alasan berhemat dan tak punya uang untuk ngontrak lagi.

Ratih berjalan ke arah dapur, dengan perasaan sakit yang menghimpit. Ratih ingat, Dulu pernah ibu dan adiknya berkunjung ke rumah mertua, malah hinaan yang di dapat. Sejak itu tak pernah lagi ibu dan adiknya datang. Mereka sebenarnya sangat prihatin dengan nasip Ratih yang menikah dengan Indra.

Padahal dulu, Indra tidak begitu, ia mencintai dan mengejar-ngejar Ratih sampai akhirnya mereka menikah. Namun, kini semua berubah. Ia tak lagi mendukung istrinya, bahkan nafkah lahir dan batin seolah Indra abaikan. Entah apa yang membuat Indra berubah, mungkin juga karena hasutan ibunya yang tak menyukai Ratih.

.

.

Malam itu usai mencuci piring, Ratih memijit-mijit lengan nya yang terasa pegal. Ia duduk mencari angin di samping rumah tepat di pintu bagian belakang Dapur.

Ia melihat kearah jalan, dari sana akan terlihat sebagian halaman depan yang di tumbuhi tanaman hias dan gerbang rumah milik mertuanya. Saat itu ia melihat beberapa orang tamu yang keluar. Juga keluarga besar Indra yang ikut mengantar. Ratih menajamkan matanya, terlihat semua orang tertawa bahagia. Ada satu pemandangan yang menarik perhatiannya.

Sosok pria yang dia tau pasti Indra, sedang berjalan berdua dengan seorang wanita dengan pakaian gamis tanpa penutup kepala, hingga menampakkan rambut panjang yang bergelombang di ujungnya terlihat sangat indah dan cantik.

"Siapa dia? Kenapa terlihat sangat akrab dengan mas Indra?" Gumam Ratih dengan dada berdegub kencang. Tubuhnya serasa lemas seketika.

__________

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

kurang ajar emang

2022-10-05

0

Anonymous

Anonymous

bagus.... lwn Ratih!!!!

2022-10-05

0

Rinnie Erawaty

Rinnie Erawaty

mending cerai aja daripada gak di anggap, apalagi nampak suami udah mulai gak bener. udah mertua kayak Mak Lampir... 😟😥 wes emosi jiwa

2022-10-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!