Pada dinding bagunan terdapat gambar prisai, dengan tiang obor dan pancaran obor, di luarnya terdapat tangkai padi dan kapas di antaranya terdapat tulisan Rastra Sewakottama disertai tiga bintang diatasnya, gambar itu sangat besar sehingga bisa di lihat dari jarak lima puluh meter jauhnya.
Bangunan itu di dominasin dengan warna crem dan coklat, pada salah satu dinding dalam ruangan itu terdapat gambar presiden dan wakilnya, terdapat juga sebuah meja dan komputer, serta beberapa kursi dalam ruangan itu, ada juga lemari yang tampak di penuhi berkas-berkas dan beberapa piala. Sebenarnya ruangan itu sangat nyaman, lengkap dengan pendingin ruangan, tapi tetap saja bagi sebagian besar orang ruangan itu sangat mengerikan.
***
Kantor polisi tampak ramai Hermawan duduk dengan kedua tangan terborgol.
“Pak saya tidak malakukan apa-apa.” Hermawan membelah diri.
“Bohong pak! Dia memaksa dan menyeret saya.” Dean yang duduk tidak jauh dari Hermawan.
“Tenangkan dirimu nak,” ucap laki-laki paru baya di sampingnya sambil mengelus rambut Dean, gadis itu menunduk tampak prustasi penampilannya masih kacau sama seperti saat ia pergi meninggalkan apartemen tadi, hanya saja sekarang bagian depan tubuhnya di tutupi jas yang Hermawan yakin adalah milik laki-laki paru baya itu.
Hermawan juga bisa melihat kaki wanita itu sudah di pasang gips berwarna merah mudah.
“Pak, saya saja tidak mengenalnya, gadis itu tiba-tiba datang dan melamar saya dan saya menolak!” Hermawan menjelaskan dengan jujur, tidak ada waktu untuk berbohong, karena ini kantor Polisi, ia tidak mau di penjara atas keterangan palsu, sudah cukup dia di bawah ke tempat ini dengan alasan yang tidak dimengerti Hermawan.
“Anda menolaknya bukan berarti anda bisa bertindak kasar dan seenaknya pada klien saya.” potong laki-laki paru baya yang tadi menenangkan Dean, tanganya dari tadi tidak henti mengelus punggung gadis itu dengan lembut.
“Tenang semuanya, ini bisa di selesaikan dengan cara baik-baik.” salah seorang polisi menenangkan, ia sedang menyelidiki kasus yang baru saja di laporkan korban dan pengacaranya.
“Cara baik-baik? bahkan hasil visum menjunjukan bahwa itu tindak kekerasan. Klien saya mengalami cedera di pergelangan tangannya dan lututnya, belum lagi trauma psikis yang akan di tanggung klien saya seumur hidupnya.” laki-laki paru baya itu menatap tajam ke arah Hermawan. Ia tetap pada pendirianya, ia sangat marah mengetahui klienya mengalami tindak kekerasa.
Hermawan menarik napas dalam berpikir sejenak ‘Baiklah aku akan ikut permainan kalian,’ “Apa yang anda inginkan?”suara itu terdengar datar.
“Saya akan menuntut anda dengan tuduhan tindak kekerasan dan pencobaan pelecehan seksual, dan saya pastikan anda akan di hukum seberat-beratnya. Saya pastikan semua karir anda akan berakhir disini!” jawab laki-laki paru baya itu dengan tegas.
Hermawan tercengang mendengar itu semua, pikiranya mulai di penuhi dengan bayangan yang tidak-tidak ‘Berakhir semua?’
“Ini bisa di selesaikan dengan cara baik-baik paman.” Dean membuka suara, setelah tadi hanya diam melihat perdebatan Paman dan Hermawan, laki-laki yang menyakitinya dan menolaknya. Dean tersenyum lembut pada Hermawan yang sedari tadi menatapnya tajam, bencin dan marah.
‘Kenapa gadis ini sekarang malah membela ku? bukankah tadi ia yang laporkan kejadian ini dengan keterangan palsu.’ pikir Hermawan yang terus menatap tajam ke arah Dean, bahkan sekarang dia ingin memakan gadis itu hidup-hidup, andai saja di sini tidak ada orang pastilah Hermawan sudah melakukanya.
“Benar apa yang nona Dean ucapkan, kita bisa menyelasaikan semua ini dengan cara kekeluargaan.”
Ucap seorang polisi dengan bintang pangkat tiga di kedua bahunya, laki-laki itu hampir seumuran dengan Paman Dean. Selain itu, sosok polisi tersebut tegas dan sangat mengayomi, Dean bisa merasakan itu dari nada bicaranya, raut wajah serta sikap yang di tunjukannya dari tadi, laki-laki itu tidak langsung memihak salah satu diantara mereka, tapi dia lebih memilih memperlajari masalah tersebut, baru mengambil keputusan.
“Baiklah saya minta maaf.” ucap Hermawan tampak tidak tulus.
Dean menatap laki-laki itu dengan datar lalu tersenyum lembut, mendadak Hermawan merasakan hal yang aneh, jantungnya serasa tersengat listrik dengan cepat ia memalingkan mukanya.
“Saya akan memaafkan anda, asal anda menikahi saya, saya yakin tidak akan ada laki-laki yang akan menikahi saya setelah tahu kejadian ini.” Dean kemudian menangis sambil merengek, pengacaranya segera menenangkan Dean sambil memeluknya dengan sayang. Polisi tadi bahkan menarik napas dalam melihat Dean yang menangis.
‘Akting yang bagus!’ gumam Hermawan dalam hati, tapi itu tidak akan mempan untuk Hermawan, “Saya tidak akan menikahi anda, lebih baik saya di penjara!” Hermawan tegas dengan keputusanya.
“Baiklah jika itu keputusan anda, kemungkinan anda akan di penjara paling ringan lima tahun dan mungkin akan mencapai lima belas tahun penjara, bila terbukti anda melakukan pelecehan seksual pada nona Dean. Kami akan menyiapakan pengacara untuk anda, karena anda di tuntut dengan pasal berlapis tindakan kekerasan dan pelecehan seksual.” Jawab sang polisi menjelaskan sanksi yang akan di dapat Hermawan menurut pasal yang berlaku di negara ini.
Hermawan menelan ludahnya dengan susah paya tenggorokanya terasa tercekik. ‘Mimpi apa semalam, mengapa ini semua terjadi, gadis ini benar-benar gila, jika aku di penjara bagaimana Aulia nanti?’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Gita Risnawati
haduh ada² aja dean
2022-12-23
1
siti fauziah
penasaran sama si Dean d
2021-12-12
1
Alfi Al Lina
seru bangt debatnya
2021-05-13
0