Selingkuh Hati Menjadi Benci
"Prang!"
"Prang!"
Dua piring kaca terbang hampir mengenai wajah Zena. Tubuhnya terasa bergetar hebat dan shock. Ia tidak menyangka bisa mengalami ini di hari pertamanya sebagai seorang istri.
"Istri macam apa kamu! Baru menikah saja sudah membuatku murka! Makanan apa yang kamu suguhkan? Apa kamu tidak pernah diajarkan memasak? Oiya, aku lupa, masakan yang kamu ketahui hanyalah makanan kampung! Pantas!" Rey terengah-engah larut dalam emosinya.
Baru saja semalam mereka bermesraan di malam pertama. Walau sebenarnya Zena sudah merasakan perlakuan kasar itu sejak semalam. Rey merengut kesuciannya dengan paksaan, kasar dan membabi buta. Jauh dari impian Zena, malam pertama yang indah di isi dengan kemesraan, kelembutan dan kasih sayang. Ternyata hanya tinggal impian, pernikahan indah itu sirna begitu saja.
Zena diam sejenak dan berjalan mendekati Rey. Tidak sengaja kakinya menginjak beberapa pecahan kaca yang berserakan di lantai. Ia mengiris kesakitan dan terlihat darah mulai menetes keluar dari telapak kakinya. Sekuat mungkin ia menahan rasa sakit dan mulai berjalan ke arah Rey.
"Maafkan aku Mas. Aku belum tau sama sekali apa makanan kesukaan Mas. Kalau dari awal aku tau, pasti aku akan belajar dulu," Zena bicara sambil menunduk, ia tidak sanggup menatap suaminya yang terlihat seperti monster.
Rey mundur beberapa langkah dari Zena dan berteriak.
"Arrgh..! Persetan! Apa aku harus beritahu dulu, apa saja makanan orang kota?! Kamu harusnya pakai otak dong, kamu menikahi siapa! Huh! Mood aku hari ini rusak gara-gara kamu!" Rey membentak Zena tanpa henti.
Zena berjalan ke ruang tengah mencari kotak P3K. Darah di telapak kakinya tidak berhenti menetes dan berceceran di lantai.
"Heh! Siapa suruh kamu pergi?! Aku belum selesai bicara!" Rey menarik kuat bahu Zena, hampir membuatnya terjatuh.
"Maaf Mas, kakiku kena pecahan kaca. Aku obati dulu," Zena meringis kesakitan di bagian kaki dan bahunya.
"Maaf! Maaf! Apa hanya kata itu yang bisa kamu lontarkan?! Lihat lantai ini, darah di mana-mana! Kamu harus segera bersihkan, aku jijik melihat darah!"
"Baik Mas,"
"Aku makan di luar saja! Lama-lama bisa kelaparan menunggu kamu belajar masak! Huh!" Rey pergi begitu saja sambil meracau. Tanpa ada rasa iba sedikitpun dengan istrinya yang sedang terluka.
Blam!
Zena terkejut mendengar suara bantingan pintu dari ruang tamu. Ia segera membersihkan luka dengan memakai alkohol, meneteskan obat merah dan menutupi luka dengan perban. Setelah lukanya sudah di tutup, ia berjalan sedikit pincang dan berhati-hati menuju ke dapur. Lalu ia langsung membersihkan pecahan kaca yang berserakan.
Tak terasa air mata mengalir deras di pelupuk matanya. Zena teringat seorang pria yang pernah hadir dalam hidupnya. Pria itu pemuda yang baik dan penyayang. Hubungan mereka terjalin hanya sebentar saja dan berakhir tanpa penjelasan apapun saat itu. Tiga tahun sudah berlalu, tidak terdengar kabar lagi mengenai pria itu.
Zena selalu mengingat pria itu di setiap masalah yang sedang ia hadapi. Sebagai penguat diri, bahwa dihidupnya pernah ada seorang yang betul-betul memperlakukannya dengan sangat baik. Jika rasa itu timbul, ia bisa merasakan dirinya menjadi lebih baik.
Sama halnya hari ini, Zena membiarkan dirinya larut dalam angan dan kenangan bersama pria tersebut.
Dia bernama Farhan Faig. Farhan adalah cinta pertamanya di masa SMA dulu. Farhan Faiq, sosok pemuda yang sederhana, pintar dan rajin. Tapi jika dinilai dari fisik, Rey jauh lebih tampan dan terawat. Walaupun begitu, Zena sangat mencintai Farhan, begitu juga sebaliknya.
Mas Farhan, kenapa nasibku begini? Andai saja kamu ada di dekatku, pasti aku merasa kebahagiaan itu. Mas, aku rindu.
Berlahan Zena mulai merasakan hatinya menjadi kuat kembali. Ia tau, ini salah karena dirinya sudah bersuami. Memang tak elok memikirkan lelaki lain selain suami sendiri. Tapi ia butuh penguat diri agar bisa kuat kembali dan tidak larut dalam kesedihan.
Setelah mengumpulkan pecahan kaca dan membereskan dapur, Zena istirahat sebentar di kamar sambil membuka youtube. Ia mencari resep-resep modern yang biasa di makan orang kota metropolitan. Ada spageti, omlet, steak, capcay dan lainnya. Terdengar asing baginya, nama-nama makanan tersebut. Banyak juga nama bumbu dan sayuran yang tidak ia ketahui sama sekali.
Di kampung, Zena sudah terbiasa makan tahu, tempe, ikan asin, sayur asem, lodeh dan lainnya. Ia tidak pernah merasakan makanan modern dan butuh waktu untuk beradaptasi.
Tapi demi menyenangkan suami dan tugasnya sebagai seorang istri, ia menyimak satu persatu resep dan cara pembuatannya, sambil mencatat di sebuah buku.
Satu jam menonton youtube, Zena sudah menuliskan empat resep sekaligus. Dimulai dari cara memasak yang termudah dan yang tersulit.
"Hallo Nina, kamu sibuk nggak hari ini?" Zena menelepon sahabatnya. Nina adalah sahabat masa kecilnya. Tamat SMA, ia ingin mengadu nasib, pindah ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Saat pesta pernikahannya kemaren, Nina di undang dan sempat hadir.
"Hallo pengantin baru. Ada apa nih? Bukannya kamu sekarang lagi honeymoon? Kamu masih di Jakarta kan?" Nina balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Zena.
"Masih di Jakarta Nin. Kalau kamu tidak sibuk, tolong temani aku belanja keperluan dapur,"
Zena berusaha menutupi kesedihannya hari ini dengan mengalihkan pembicaraan. Benar yang dikatakan Nina, harusnya hari ini ia sedang menikmati honeymoon bersama Rey, tapi entah mengapa tidak ada pembicaraan atau rencana ke arah sana. Walau tidak harus keluar rumah, tapi setidaknya Rey mau menyisihkan waktu bersantai bersama istri yang baru dinikahinya.
Tapi kenyataan malah jauh berbeda.
"Aku ada waktu hari ini, kebetulan tadi izin pulang. Kita janjian saja," jawab Nina.
"Baik. Sebentar lagi aku akan bersiap-siap. Kita bertemu di tempat biasa,"
"Oke,"
Klik!
Zena mematikan ponselnya. Ia bergegas mengganti pakaian yang lebih tertutup. Tidak lupa ia mengirimkan pesan lewat WA ke Rey.
[Mas, aku izin keluar mau belanja keperluan dapur. Aku di temani Nina]
[Awas kamu jangan lama-lama! Aku ingin di layani setelah kamu pulang. Dan jangan habiskan uangku untuk keperluanmu yang tidak penting! Ingat itu!]
[Baik Mas]
Astaghfirullah, masih sempat-sempatnya Mas Rey minta dilayani lagi. Semalam sudah berapa kali dia menjamahku. Apa dia tidak memikirkan sama sekali kakiku sedang terluka? Tidak adakah permintaan maaf? Kalau bukan karena Bapak, aku tidak akan pernah mau dinikahi monster seperti Rey!
Zena berusaha menguatkan hatinya dan menghibur diri sendiri dengan menghadirkan sosok Farhan di pikirannya.
Mungkin ini sudah takdirku dan nasib yang tidak bisa aku rubah sama sekali.
Zena bergegas mengambil tas dan langsung pergi. Kebetulan rumah yang ia tempati tidak jauh dari jalan besar, sehingga tidak sulit ia mendapatkan angkot atau kendaraan umum lainnya. Ia memutuskan untuk naik angkot saja, walau di rumah ada beberapa mobil yang terparkir. Ia tidak bisa menyetir mobil dan membawa motor.
Zena berjalan ke depan gang yang berjarak hanya enam meter.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Vanni Sr
gantung bgt crita nya lama up ny
2023-01-10
1