BAB 3 : Belanja

Zena mengambil troli yang berada di depan pintu masuk. Ia dan Nina berjalan ke bagian bumbu dapur. Ada berbagai macam bumbu yang di tidak ia ketahui, apalagi berupa bubuk. Tidak seperti di kampung, hampir semua bumbu di ulek dulu sebelum digunakan. Malah kebanyakan di kampung, kebun atau halaman rumahnya ditanami bumbu masak. Jadi tidak perlu lagi repot-repot beli ke pasar.

"Na, ini lada hitam buat apa ya?" tanya Zena. Baru kali ini ia menemukan lada berwarna hitam dan tidak tau sama sekali kegunaannya buat apa.

"Lada hitam ini lebih tajam pedasnya dari pada lada biasa Zen. Biasanya digunakan untuk pizza, seafood, sebagai tambahan bumbu selain dari rasa pedas cabe. Begitu sih yang aku ketahui, karena biasanya aku makan di restoran ada pilihan menu lada hitam. Misalnya kepiting saos lada hitam, dalam bahasa Inggris namanya black pepper," jelas Nina secara rinci. Tidak heran jika Nina mengetahuinya karena ia menyukai makanan apa saja dan juga hobi memasak.

Zena mengambil lada hitam sebanyak dua bungkus. Ia membutuhkan lada itu, karena cocok dengan menu masakan yang sudah ditontonnya di youtube. Kebanyakan menu modern memakai lada ini.

Selain lada hitam, Zena juga membeli bumbu lain. Sambil mencari kebutuhan dapur, ia terus saja bertanya ke Nina mengenai masakan apa saja yang caranya lebih praktis dan modern.

Nina menyarankan Zena untuk membuat sandwich, omlet keju, nasi goreng seafood, roti bakar isi sosis untuk sarapan.

"Kalau kamu mau lebih praktis lagi, tinggal beli nugget dan goreng. Sepraktis itu, kita cari nugget di sana yuk, sosis sama bakso juga. Makanan cepat saji itu selain praktis juga awet di simpan. Simpannya dalam freezer," Nina menarik tangan Zena menuju ke box es berisi segala macam merk nugget, sosis dan bakso.

"Freezer itu apaan ya?" Zena tidak tau sama sekali, terasa asing ditelinganya mendengar kata itu. Ia ikut memilih dan membaca keterangan di setiap bungkusan yang diambil.

"Freezer itu fungsinya untuk membekukan makanan. Kalau kulkas dua pintu, biasanya ada di pintu kulkas paling atas. Bedanya freeezer berfungsi sebagai pembeku dan yang satu lagi berfungsi sebagai pendinginnya saja," Nina semangat sekali menjelaskannya ke Zena.

Nina sudah mengambil beberapa plastik nugget, sosis dan bakso. Lalu ia masukkan ke dalam troli.

"Aku rasa ini sudah cukup Zen. Nanti kan bisa beli lagi ke sini. Kamu harus ingat merknya apa. Itu yang aku pilih merk yang biasa digunakan restoran atau hotel bintang lima, selain rasanya enak, kwalitasnya juga bagus. Dan pasti harganya mahal. Yah.., sekali-kalilah kamu makan enak dan mewah, duit suami kamu kan banyak. Pasti dia sudah terbiasa makan yang beginian dan tau harga," Nina masih nyerocos sambil mendorong troli ke rak roti tawar.

Zena merasa cemas melihat belanjaannya sudah banyak di dalam troli. Ia takut Rey akan marah jika uangnya banyak terpakai.

Tapi kan semua ini untuk makan dia juga. pikir Zena.

Ia segera menepis pikirannya, jikapun Rey marah, ia siap terima resiko daripada bolak balik lagi ke Mall hanya untuk membeli bahan makanan.

"Aku mau membeli sayur Na," Zena melewati rak berisi roti tawar.

"Zen, sini! Kamu harus beli roti tawar sebagai pelengkap," Nina mengambil dua bungkus roti tawar.

Zena berbalik arah dan ikut membantu Nina. Tidak sampai di situ, Nina juga mengambil selai coklat merk Nuttela ukuran besar, meses dan keju. Zena tidak bisa mencegahnya karena memang semua itu ada di dalam daftar menu yang ia catat.

Roti tawar cocok sekali buat sarapan dan cara menyajikannya juga mudah.

"Sudah, sekarang kita ke tempat sayur mayur. Untuk sayuran, kamu bisa masukkan ke dalam plastik dan ikat. Atau bisa kamu masukkan juga ke dalam box kecil berbahan plastik, biar sayurnya awet, lalu masukkan ke dalam kulkas bagian bawahnya," terang Nina.

Zena mengambil alih troli dari tangan Nina, biar gantian.

"Nih, namanya brokoli. Mirip-mirip kembang kol, tapi harganya lebih mahal. Kamu kukus atau rebus sebentar tanpa garam dan bumbu saja, sudah terasa enak. Biasanya balita suka banget sayur ini," sepertinya Nina tau semua seluk beluk perdapuran. Tidak hanya mengandalkan penampilan saja, ternyata ada sisi lain yang bisa diandalkan selain memasak, ia juga jago dalam hal penyajian makanan.

"Sampai kesukaan balitapun kamu tau Na, jago bener," puji Zena.

"Anak Bos aku suka brokoli, taunya dari sana," Nina mengambil dua ikat kangkung baby dan memasukkannya ke dalam troli.

"Sayurnya cukup itu saja Na, nanti kelamaan di kulkas, jadi nggak segar lagi. Aku butuh cabe," Zena berjalan maju mengambil cabe yang sudah di bungkus plastik.

"Lho, kamu butuh selada, tomat dan mentimun. Itu pelengkap burger atau isian roti tawar yang kita ambil tadi," Nina dengan cepat mengambil apa yang disebutkannya tadi. Ia tidak peduli dengan larangan Zena, karena ia tau persis apa yang dibutuhkan sahabatnya. Apalagi Zena baru menempati rumah Rey, pastilah bahan makanan tidak ada.

Sekali lagi Zena menuruti kemauan Nina. Ia tidak bisa menolak karena lagi-lagi sesuai dengan apa yang ia tonton di youtube.

Setelah semua kebutuhan dapur lengkap, Zena dan Nina langsung ke kasir. Terlihat troli yang di bawa Zena sudah seperti gunung.

Tidak perlu antrian panjang, Zena langsung membayar belanjaannya. Total keseluruhan, satu juta dua ratus lima puluh ribu. Ia kaget bukan kepalang. Tidak menyangka sama sekali, kalau belanjaannya sudah lebih dari satu juta.

"Na, belanjaanku banyak banget. Duh, aku takut suamiku marah, bagaimana ini?" ada rasa penyesalan terlihat dari raut wajah Zena. Bagaimana ia menjelaskannya ke Rey nanti?

"Hah! Cuma segitu kamu bilang mahal?! Nggak salah tu Zen? Belanjaan segini untuk beberapa hari kedepan sudah termasuk murah Non. Kamu belanjanya di kota bukan di kampung, jangan norak deh," Nina membantu angkat belanjaan dari kasir.

Zena terdiam mendengar ucapan Nina. Ia hanya takut Rey marah, itu saja alasan yang sebenarnya.

"Oiya, kamu bawa belanjaan pakai apa?" tanya Nina.

"Aku naik angkot Na," Zena bingung bagaimana caranya mengangkat tiga kantong besar ke dalam angkot, sedangkan Nina beda arah tempat tinggalnya. Dan untuk mendapatkan angkot, Zena harus berjalan keluar dari Mall sekitar sepuluh meter. Dipastikan akan menguras tenaga.

"Duh Zena...! Kamu itu istri orang kaya dan hidup di kota besar. Udah canggih gini, kamu kan bisa pesan online. Nggak perlu repot nyari angkot, hadeh..!" Nina gemes melihat betapa lugunya seorang sahabatnya Zena dan tidak tau apa-apa.

Nina tidak habis fikir, mengapa Zena bisa menikah dengan Rey yang bertolak belakang dengan kehidupan sahabatnya.

Apakah ini murni dikatakan jodoh? Atau di paksa berjodoh?

"Maaf merepotkanmu Na, aku tidak tau cara pesan secara online. Hp-ku juga masih jadul, tidak bisa download banyak aplikasi," dengan lugunya Zena berkata demikian, ia tertunduk malu di depan Nina.

Sebagai teman yang baik, Nina berinsiatif untuk membantu Zena. Tidak ada pilihan lain selain ikut mengantarkannya.

"Baiklah, biar aku yang pesankan taksi online. Aku juga ikut, supaya kamu tidak kerepotan membawa kantong-kantong ini. Tapi aku tidak mau masuk ke dalam rumahmu, soalnya aku lagi terburu-buru. Setelah mengantarmu di depan rumah, aku langsung pulang ya," ada rasa iba di dalam hati Nina saat melihat sahabatnya. Nina berharap suami Zena mau membelikan Hp baru dan mengajarkannya tentang teknologi.

Setelah memesan taksi online, mereka berdua menunggu beberapa menit di depan Mall. Akhirnya taksi yang di tunggu datang, mereka bergegas masuk. Barang bawaan dimasukkan ke dalam bagasi mobil oleh supir taksi.

Taksi online melaju ke arah alamat yang dituju.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!