3. Peluk Sebentar Saja

Sudah tiga hari ini demam Senja masih naik turun. Pagi-pagi sekali dengan diantar oleh anak sulungnya Bu Patmi memaksa Senja untuk berobat ke puskesmas. Anak kecil itu sangat keras kepala, ia sangat susah untuk berobat jika sedang sakit.

"Pakde ayo kita pulang saja. Aku nggak apa-apa. Besok juga turun demamnya, kan sudah minum obat," rengek Senja ketika mengantri menunggu giliran namanya dipanggil.

"Kita akan pulang setelah kamu di periksa. Udah jangan banyak rengekan, semakin kamu merengek, Pakde akan bawa kamu ke rumah sakit, bukan puskesmas. Mau?" Aldi yang kuwalahan dengan keras kepala Senja akhirnya memberikan ancaman saja.

Anak kecil itu lalu diam dengan mengerucutkan bibirnya beberapa senti. Aldi justru menampilkan senyumnya ketika melihat reaksi Senja yang menggemaskan baginya.

"Senja Kumala," panggil bidan dari dalam ruangannya.

Dengan ogah-ogahan Senja masuk ke dalam ruang periksa. Dengan malas pula ia berbaring di ranjang. Sementara sang Nenek menunggu di kursi yang memang di sediakan untuk pasien dan yang mengantarkan.

"Kamu ngerasain apa aja selain demam?" Bidan itu bertanya seraya memeriksa.

"Nggak ada, Bu. Demam aja," jawab Senja.

Sang Nenek yang mendengar jawaban Senja seketika berdiri dan menghampiri mereka.

"Bohong, Bu. Kemarin Senja sampai muntah dan diare demamnya juga tidak kunjung turun seharian kemarin," seragah Bu Patmi. "Senja ini sangat keras kepala seperti Ibunya. Dia sangat susah untuk diberi tahu, kemarin seharian saya bujuk dia untuk periksa. Tapi selalu menolak dengan seribu alasan," curhat bu Patmi pada bidan desa itu.

"Senja, nggak boleh gitu ya, Sayang. Kalau sakit harus segera di periksakan biar cepat sehat lagi. Lihat, tuh! Nenek khawatir dan sedih kalau kamu sakit, nggak kasihan sama Nenek?"

Senja diam, ia bingung harus jawab apa. Jika dirinya sakit ada dua perasaan berbeda yang ia lihat di dalam rumah. Ia tak tahu harus mendahulukan perasaan siapa. Di satu sisi ia tak mau membuat Neneknya khawatir dan tak mau merepotkannya. Tapi di sisi lain Ibunya merasa bahagia dan tak marah-marah jika melihat dirinya terkapar di ranjang. Jadi, harus perasaan siapa yang ia perdulikan. Keduanya adalah orang-orang yang Senja sayangi.

"Bu, dari pemeriksaan yang barusan saya lakukan. Senja seperti menderita tipes. Ini saya beri surat rujukan untuk Ibu bawa ke rumah sakit, ya. Kalau memang benar dugaan saya, Senja bisa saja di rawat di rumah sakit beberapa hari." Bidan desa itu menuliskan sesuatu di selembar kertas.

"Tipes?" ulang Bu Patmi lemah. "Bisa sembuh, kan Bu?" tanyanya cemas.

"Bisa, Bu. Itu sebabnya harus di bawa ke rumah sakit biar cepat mendapat penanganan."

"Aku nggak mau ke rumah sakit, Nenek," rengek Senja entah untuk yang ke berapa.

"Ya sudah, tidak perlu ke rumah sakit. Biar Nenek yang rawat kamu sampai sakit dan Nenek meninggal karena kelelahan ngurusin kamu. Mau kamu begitu, kan?" jawab Bu Patmi dengan nada bicara dibuat kesal.

"Nenek, jangan bicara begitu. Baiklah aku mau ke rumah sakit. Tapi, kan di rumah sakit mahal, Nek." Senja bicara dengan pelan di akhir kalimat.

"Jangan ngurusin uang! Diam dan nurut sama Nenek!" Bu Patmi memberikan peringatan.

Selesai dengan urusan Bidan, Bu Patmi langsung saja membawa Senja ke rumah sakit. Beliau merasa lebih cepat lebih baik. Tak peduli lapar dan lelah ia terjang untuk kesembuhan sang cucu.

*

"Senja! Di mana kamu? Kamu taruh mana jam tanganku?" Manda berteriak-teriak seraya terus mencari jam tangan yang biasanya selalu di sediakan di meja riasnya.

Manda, wanita tiga puluh tahun yang sebenarnya tak bisa melakukan apapun tanpa bantuan sang anak. Semua keperluannya Senja yang menyiapkan. Mulai dari jam tangan, sepatu, tas dan keperluan lainnya.

Tanpa sadar Manda membuat dirinya bergantung pada Senja. Tak ada Senja ia kelabakan tak tahu di mana berang-barang itu di simpan. Manda selau menganggap anaknya sebagai asisten rumah tangga, sebagai ganti uangnya yang ia gunakan untuk membesarkan Senja hingga sekarang.

"Nih, kamu simpan semua barang yang selalu aku gunakan untuk kerja, jangan sampai rusak apalagi hilang. Kamu harus mempersiapkan segala sesuatunya sebelum aku berangkat kerja. Mulai dari jam tangan, tas, sepatu. Selain itu kamu harus rawat barang-barang aku, jangan sampai ada debu. Kamu juga kerjakan pekerjaan yang lain, kamu tahu? Aku harus membuang banyak uang untuk membesarkan kamu! Dan itu semua nggak gratis, ya. Kamu harus ganti uangku nanti." Itulah yang diucapkan Manda ketika Senja berusia tujuh tahun.

Sejak saat itu Senja mulai bekerja melakukan semuanya yang diperintah oleh Ibunya. Tidak ada yang berani melawan ataupun memberitahu Manda kala itu. Karena dia selalu memberikan ancaman pada Ibu dan Kakaknya bahwa jika mereka melarang Senja melakukan pekerjaan rumah, maka ia tak segan-segan untuk kembali berusaha melenyapkan Senja.

"Iya, Bu. Aku akan melakukan apapun yang Ibu minta. Boleh aku minta sesuatu, Bu? Sekali saja peluk aku, Bu. Hanya sekali," pinta Senja memohon.

"Peluk? Aku pegang kamu aja nggak mau, jangan mimpi!"

"Apa yang harus aku lakukan biar aku mimpi di peluk Ibu?"

"Nggak ada yang harus kamu lakukan. Kehadiran kamu itu nggak aku inginkan, gara-gara kamu hancur sudah hidup dan masa depanku."

Kembali pada Manda yang mengobrak-abrik seluruh rumah hanya untuk mencari jam tangannya. Ia membuang semua barang yang di depannya. Barang yang sekiranya menghalangi pencariannya pada benda kesayangannya itu.

"Astaghfirullah, Manda! Kamu ngapain, sih? Kenapa ini berantakan?" tanya Aldi yang pulang untuk mengambil keperluan Senja selama di rawat di rumah sakit.

"Apa anak itu sedang di rumahmu, Kak? Aku sedang mencari jam tanganku. Aku nggak tahu di mana dia simpan. Sepagi ini kenapa dia kelayapan?" omel Manda yang masih tak menghentikan aktivisnya.

"Kerja nggak pakai jam tangan, kan bisa. Makanya kalau kamu merasa butuh Senja, jangan siksa dia. Kamu, tuh nggak bisa melakukan apapun tanpa Senja. Bahkan untuk mencari barangmu saja kamu nggak bisa, kamu bukan apa-apa tanpa dia."

"Aku nggak butuh dia, aku butuh jam tanganku."

Aldi menaikkan bibir sisi kirinya, memberikan senyum ejekan pada adiknya sendiri. "Kalau nggak butuh, ya udah. Ngapain kamu teriak-teriak panggil dia? Untuk beberapa hari ke depan nggak usah cari dia! Senja lagi di rawat di rumah sakit karena tipes. Itu artinya, kamu harus urus diri kamu sendiri. Nggak usah dikit-dikit teriak Senja. Kamu nggak malu apa sama diri kamu sendiri? Kamu bilang kamu nggak butuh dia, kamu bilang kamu nggak menginginkan dia. Tapi kamu mempercayai dia untuk menyimpan barang milikmu," ujar Aldi seraya mengemasi apapun yang dibutuhkan selama di rumah sakit.

Manda diam, seakan ia membetulkan apa yang di katakan oleh kakaknya. Namun, di detik berikutnya ia kembali mencari jam tangannya.

"Sudahlah, Kak jangan terus ingatkan aku pada anak sial itu! Dia nggak berguna"

"Jaga bicaramu, Manda! Yang harusnya kamu salahkan adalah laki-laki yang menghamili kamu dan hilang begitu saja tanpa jejak. Kamu boleh benci dia, kamu boleh hukum dia, tapi tidak dengan Senja."

Mendengar ucapan Aldi membuat emosi Manda tak stabil. Ia kembali mengingat malam itu. Malam di mana semuanya direnggut darinya. Nafasnya mulai tak teratur, wajah pemuda itu kembali berseliweran di mata Manda.

"Wajah anak itu mengingatkanku pada laki-laki itu, dia...dia yang menghancurkan masa depanku." Trauma Manda seperti kembali ketika diingatkan soal pemuda itu.

Terpopuler

Comments

Eli Andi

Eli Andi

lagi thor

2022-10-02

0

elvie

elvie

dasar Ema ga punya hati.
Masa ank usia 7thn di jadiin babu, ank sendiri pula.
Ga sabar kena karma tu si Manda.
Nanti klo smpe Senja ga da awas ja smpe nyesel....

Klo emang g mau ngurus dan kasih uang kasih ja ke ibu mu atw kakak laki-laki mu atau sekalian taro ke panti asuhan, biar uang aman ga da yg ke buang untuk kasih makan Senja.

Dasar ibu durhakim.😤

2022-10-02

1

lihat semua
Episodes
1 1. Awal Kehancuran
2 2. Menginginkan Kematian
3 3. Peluk Sebentar Saja
4 4. Aku Lahir Untuk Siapa?
5 5. Buku
6 6. Dewasa Sebelum Waktunya
7 7. Mimpi Berulang Kali
8 8. Amarah Dalam Hati
9 9. Tertawa Bukan Berarti Bahagia
10 10. Aku Adalah Luka
11 11. Kekasih Senja
12 12. Melamar
13 13. Niat Buruk
14 14. Keputusan Besar
15 15. Bertemu
16 16. Bertemu 2
17 17. Berpisah Sementara
18 18. Rumah Baru
19 19. Marah
20 20. Suasana Baru
21 21. Renungan
22 22. Sisa Rasa
23 23. Tertangkap
24 24. Sisi Lain Senja
25 25. Titik Terang
26 26. Terungkapnya Masa Lalu
27 27. Sesal Yang Dalam
28 28. Akhirnya
29 29. Janji Akmal
30 30. Senja Yang Malang
31 31. Luka Karang Dan Senja
32 32. Pertolongan
33 33. Cantik
34 34. Pikiran Bercabang
35 35. Niat Senja
36 36. Semakin ruwet
37 37. Peringatan
38 38. Pengorbanan
39 39. Obrolan Karang
40 40. Berulah
41 41. Peluk Untuk Senja
42 42. Cemburu
43 43. Jahat
44 44. Peluk Ibu
45 45. Rencana
46 46. Menjalankan Rencana
47 47. Melahirkan
48 48. Tegang
49 49. Sentuhan Ibu
50 50. Sisi Lain Leo
51 51. Kenangan
52 52. Tangisan Manda
53 53. Bismillahirrahmanirrahim Bisa
54 54. Pelukan Ayah
55 55. Pulang
56 56. Alan Dan Alana
57 57. Bertemu Seseorang
58 58. Makna Cinta Bagi Karang
59 59. Cerita Karang
60 60. Ada Apa Dengan Leo?
61 61. Sepenggal Kisah Leo
62 62. Bertemu
63 63. Berbeda
64 64. Perubahan Leo
65 65. Keseharian Senja
66 66. Si Kembar Tiga
67 67. Salah Tingkah
68 68. Rayuan Di Kamar Mandi
69 69. Mabuk
70 70. Pertengkaran
71 71. Keputusan
72 72. Hari Baru
73 73. Kakak Adik
74 74. Pertemuan Tak Disengaja
75 75. Haruskah Kembali Ada Yang Terluka?
76 76. Senja Juga Manusia
77 77. Mengetahui Fakta Besar
78 78. Sial Yang Tak Terlalu Sial
79 79. Sweet
80 80. Kecewa
81 81. Bicara Dari Hati Ke Hati
82 82. Obrolan Hangat
83 83. Salah Terus
84 84. Pertemuan Membawa Perubahan
85 85. Alan Dan Alana Versi Dewasa
86 86. Kalian Siapa?
87 87. Sedikit Cair
88 88. Maling
89 89. Keluarga Yang Hangat
90 90. Obrolan Di Atas Pohon Mangga
91 91. Niat Berubah
92 92. Niat Yang Sedikit Kuat
93 93. Curhat
94 94. Tekad Karang
95 95. Papa
96 96. Obat Untuk Senja
97 97. Isi Hati Senja
98 98. Kumpulan Keluarga
99 99. Hari Bahagia
100 100. Ranjang Bergetar
101 101. Panjang Dan Sempit
102 102. Secuil Masa Lalu
103 103. Dia Lagi?
104 104. Garis Dua
105 105. Telat
106 106. End
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Awal Kehancuran
2
2. Menginginkan Kematian
3
3. Peluk Sebentar Saja
4
4. Aku Lahir Untuk Siapa?
5
5. Buku
6
6. Dewasa Sebelum Waktunya
7
7. Mimpi Berulang Kali
8
8. Amarah Dalam Hati
9
9. Tertawa Bukan Berarti Bahagia
10
10. Aku Adalah Luka
11
11. Kekasih Senja
12
12. Melamar
13
13. Niat Buruk
14
14. Keputusan Besar
15
15. Bertemu
16
16. Bertemu 2
17
17. Berpisah Sementara
18
18. Rumah Baru
19
19. Marah
20
20. Suasana Baru
21
21. Renungan
22
22. Sisa Rasa
23
23. Tertangkap
24
24. Sisi Lain Senja
25
25. Titik Terang
26
26. Terungkapnya Masa Lalu
27
27. Sesal Yang Dalam
28
28. Akhirnya
29
29. Janji Akmal
30
30. Senja Yang Malang
31
31. Luka Karang Dan Senja
32
32. Pertolongan
33
33. Cantik
34
34. Pikiran Bercabang
35
35. Niat Senja
36
36. Semakin ruwet
37
37. Peringatan
38
38. Pengorbanan
39
39. Obrolan Karang
40
40. Berulah
41
41. Peluk Untuk Senja
42
42. Cemburu
43
43. Jahat
44
44. Peluk Ibu
45
45. Rencana
46
46. Menjalankan Rencana
47
47. Melahirkan
48
48. Tegang
49
49. Sentuhan Ibu
50
50. Sisi Lain Leo
51
51. Kenangan
52
52. Tangisan Manda
53
53. Bismillahirrahmanirrahim Bisa
54
54. Pelukan Ayah
55
55. Pulang
56
56. Alan Dan Alana
57
57. Bertemu Seseorang
58
58. Makna Cinta Bagi Karang
59
59. Cerita Karang
60
60. Ada Apa Dengan Leo?
61
61. Sepenggal Kisah Leo
62
62. Bertemu
63
63. Berbeda
64
64. Perubahan Leo
65
65. Keseharian Senja
66
66. Si Kembar Tiga
67
67. Salah Tingkah
68
68. Rayuan Di Kamar Mandi
69
69. Mabuk
70
70. Pertengkaran
71
71. Keputusan
72
72. Hari Baru
73
73. Kakak Adik
74
74. Pertemuan Tak Disengaja
75
75. Haruskah Kembali Ada Yang Terluka?
76
76. Senja Juga Manusia
77
77. Mengetahui Fakta Besar
78
78. Sial Yang Tak Terlalu Sial
79
79. Sweet
80
80. Kecewa
81
81. Bicara Dari Hati Ke Hati
82
82. Obrolan Hangat
83
83. Salah Terus
84
84. Pertemuan Membawa Perubahan
85
85. Alan Dan Alana Versi Dewasa
86
86. Kalian Siapa?
87
87. Sedikit Cair
88
88. Maling
89
89. Keluarga Yang Hangat
90
90. Obrolan Di Atas Pohon Mangga
91
91. Niat Berubah
92
92. Niat Yang Sedikit Kuat
93
93. Curhat
94
94. Tekad Karang
95
95. Papa
96
96. Obat Untuk Senja
97
97. Isi Hati Senja
98
98. Kumpulan Keluarga
99
99. Hari Bahagia
100
100. Ranjang Bergetar
101
101. Panjang Dan Sempit
102
102. Secuil Masa Lalu
103
103. Dia Lagi?
104
104. Garis Dua
105
105. Telat
106
106. End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!