Janda di Atas Kertas

Janda di Atas Kertas

Kita Putus Saja

Kristal Pearl Evans berjalan dengan angkuh keluar dari rumah sakit, dimana dia baru saja bertemu dengan ibu dari pria yang begitu dicintainya. Wajahnya kaku, tampak penuh pikiran.

Seharusnya dia senang bertemu orang tua kekasihnya, tapi tidak dengan hubungan rumit diantara mereka.

Kristal baru saja masuk ke dalam mobil saat seorang pria ikut masuk dan duduk di samping kursi kemudi.

"Ketemu Mama?" tanya pria itu dengan nada khawatir dan takut.

Kristal hanya tersenyum kecut sebagai jawaban. Dia segera melajukan mobilnya tanpa banyak bicara, hingga sampai ke sebuah apartemen mewah di pusat kota, dia baru berhenti dan menatap serius wajah kekasihnya.

"Kita harus melakukannya sekarang, Rega!"

Rega menoleh dengan tatapan tak suka. "Kita sudah pernah bahas ini, Kris ... aku nggak bisa!"

Kristal turun dari mobil dan membungkuk penuh tuntutan pada Rega yang enggan mengikutinya. "Aku bosan menjalani hubungan tanpa kejelasan seperti ini! Atau sebaiknya kita putus saja!"

Rega tersentak. Mereka pernah bertengkar jauh lebih dahsyat dari sekadar urusan membuat bayi, tapi mereka selalu kembali akur dan baik-baik saja. Dia tidak bisa menerima begitu saja keputusan Kristal untuk menyudahi hubungan mereka yang di bangun begitu susah payah.

"Nggak bisa gitu, dong ... jangan kayak anak kecil, Kris!" Rega menyusul Kristal dengan langkah tergesa-gesa. "Kau tau keinginanmu itu nggak akan membuat semuanya baik."

Kristal berhenti untuk menatap mata Rega. Dia ingin kesungguhan yang nyata dari pria ini. Ini hanya soal trik, pancingan, atau apalah disebutnya. Ini hanya upaya agar mendapatkan restu. Dan Kristal yakin, ini akan berhasil. Atau setidaknya, teman-temannya bisa berhasil menyatukan dua keluarga dengan cara seperti ini.

"Kalau begitu kita putus!" pinta Kristal dingin.

"Kris, punya bayi pada kondisi kita sekarang itu nggak baik buat bayi itu sendiri. Kita memutuskannya terburu-buru. Aku tau maksudmu baik, tapi nggak di keadaan seperti ini! Percaya deh sama aku, Mama akan menerima kamu sebagai menantu tidak lama lagi." Rega menatap mata Kristal yang sendu itu penuh permohonan. Dia tahu ini berat.

Kristal membuang napasnya, dia melunak seolah-olah. "Baiklah, aku mengalah dan percaya sama kamu, tapi tidak bisakah kita jauh lebih dekat dari sekedar ciuman?"

Rega terhenyak dan mulai jengah. "Jangan ngaco! Aku sudah menahan diri selama bertahun-tahun, bukan berarti aku tidak tergoda oleh tubuhmu! Aku hanya ingin menikmati dengan cara yang baik saja."

"Ya, dan aku masih seorang perawan dengan kekasih yang bahkan sudah menginap di kasurku. Aku pasti wanita yang tidak waras." Kristal menggeleng penuh kekecewaan, lantas turun dari mobil, di susul Rega buru-buru.

Dia tau Rega pria yang teramat baik, dan Kristal pasti gila jika menginginkan sentuhan pria itu. Jadi rencananya untuk membuat Mama Rega luluh dengan kehadiran seorang bayi, akan mentah bahkan ketika Kristal baru saja memulai obrolannya.

Kebersamaan yang terjalin sejak lama membuat Rega hafal benar bagaimana tabiat Kristal jika kecewa. Dari raut wajahnya saja Rega sudah bisa menebaknya.

"Aku akan mengabulkan keinginanmu menjadi ibu anak-anakku, tapi aku butuh waktu untuk menyakinkan Mama. Aku gak bisa melangkah tanpa restu Mama, Sayang. Ngertiin aku, ya?" Rega meraih Kristal bersandar di pundaknya ketika mereka berjalan menuju lift.

Kristal hanya menjauhkan diri seraya menghela napas berat. Mereka berdua terdiam selama perjalanan ke unit yang ditempati Kristal.

Rega tahu kalau Kristal sedang kesal, jadi dia tidak membujuknya sama sekali. Kemarahan Kristal akan mereda dengan sendirinya nanti. Wanita yang begitu dicintai Rega ini tidak akan pernah bisa marah dalam waktu yang lama.

"Mau minum apa?" tanya Kristal, setelah berhasil membuka pintu dan melemparkan tas ke sofa.

Rega menggelengkan kepala melihat tingkah Kristal saat marah atau kesal. Kristal akan menjadi wanita yang paling menyebalkan sedunia saat mood nya berantakan begini. Rega berinisiatif membantu mengemasi barang tersebut lalu membawanya ke kamar Kristal.

Kristal melihat kepergian Rega, dan dia langsung menghubungi seseorang.

"Bagaimana pesanan ku?" tanyanya setengah berbisik. Dia takut rencananya ketahuan Rega dan hancur berantakan.

"Kurir seharusnya sudah sampai, Kris! Kamu yakin dengan hal itu?" seseorang di balik telepon langsung membalik pertanyaan. Suaranya terdengar sangat khawatir.

"Aku lelah membujuk dia dengan cara yang normal. Dia harus dibuat abnormal jika aku ingin memiliki dia sepenuhnya. Aku sudah mantap, terserah mau nggak direstui atau apa, aku lelah seperti orang gila hanya karena digantung seorang pria." Kristal berceloteh. Raut wajahnya terlihat lelah sampai ia memijat kening.

"Yeah, sebenarnya kau punya selusin pria yang mengejar cintamu, jika aku tidak salah hitung." Seseorang di seberang terkekeh.

Kristal hendak menjawab ketika bel di depan berbunyi. Dan sepertinya, seseorang di seberang telepon mendengar suara bel tersebut.

"Nah, itu pasti kurir nya, kau buka pintu dan dengarkan apa katanya. Aku tidak terlalu paham dan takut salah informasi jika menyampaikan padamu. Bye, Kris ... bae-bae ya! Semoga apapun keputusanmu, itu adalah yang terbaik dan kau tidak akan menyesalinya."

Kristal hanya ber-hem ria menjawab, lalu melempar ponsel ke sofa. Ia menyambar masker dan membuka pintu cepat-cepat.

Kristal terperangah melihat kurir yang mengantar paket pesanannya tersebut. Masih anak SMP dan lugu.

"Seseorang di bawah, meminta anda menghubungi nomor ini secepatnya." Anak itu mengulurkan selembar kertas dan juga kantung dari sebuah produk makanan cepat saji.

Kristal menerima dan membuka isinya tanpa bersikap sabar. "Terimakasih, ya ... Ini ada sedikit buat kamu beli jajan."

"Aku sudah di bayar, Bu ...." Anak itu menolak, tetapi Kristal memaksa. Hanya anak yang punya kebutuhan mendesak yang mau disuruh jadi kurir barang ilegal.

Lelaki remaja itu pergi begitu saja, membiarkan Kristal mematung sejenak.

Kristal segera masuk dan buru-buru menghubungi nomor di kertas itu. Sembari menunggu, Kristal menyiapkan minuman bersoda untuk Rega.

"Ya, hallo!" Kristal menyapa, yang langsung di jawab oleh si penerima telepon dengan sebuah petunjuk to the point mengenai obat yang dibeli Kristal tadi.

"Ok, cukup sepertiga saja, ya." Kristal menegaskan, lalu menutup teleponnya.

Tangan Kristal bergerak cepat untuk mencampur obat berbentuk spray tersebut ke dalamnya juga beberapa butir es batu untuk menyamarkan.

"Siapa yang datang?"

Kristal yang begitu gugup saat ini, menoleh dengan membawa satu gelas berisi cairan bersoda ke depan Rega.

"Kurir yang anter pesanan." Bibir mungil wanita itu tersenyum sekilas, tangannya menyerahkan gelas pada Rega. "Minum!"

Rega menerima gelas itu dan membawanya menempel ke bibir. Kristal menahan napas, saat menyaksikan bagaimana Rega bereaksi dengan obat tersebut.

Rega menghela napas diam-diam, lalu dengan angkuh berjalan ke arah wastafel, kemudian menuangkan isi gelas tersebut ke sana. Tanpa menyisakan sedikitpun.

Tatapan mata Rega kejam menghujam Kristal yang membeliak melihat ulahnya.

"Kau tau, kan ... dengan cara apapun, aku tidak akan masuk ke dalam jebakanmu!" Rega menghentakkan gelas begitu keras, sampai Kristal berjengit ketakutan.

"Kau harus dengarkan aku, Kris! Kita pakai caraku! Dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah jatuh ke dalam jebakanmu yang begitu konyol ini!"

Rega berlalu begitu saja meninggalkan Kristal. Untuk kesekian kalinya, keinginan mereka tidak sejalan dan berakhir dengan Rega yang pergi.

"Mau sampai kapan kita seperti ini, Ga?" Kristal mengepalkan tangan. Menahan kesakitan yang begitu nyeri di dadanya. Air mata Kristal turun tanpa bisa dicegah. Seorang Kristal yang begitu tinggi harus memohon demi bersama pria yang dicintainya.

Rega berhenti di ambang pintu, mengumpulkan segenap keberanian yang tersisa. Segalanya dipertaruhkan di sini.

"Kau bisa berhenti jika kau merasa ini melelahkan dan sia-sia, Kris!"

Ucapan Rega bagai petir yang menyambar hati Kristal. Perasaan Kristal hancur seketika saat ini. Setelah bertahun-tahun yang begitu menyiksa, hari ini adalah satu hari yang membuatnya ingin mati saja.

Rega menyambung langkahnya, meninggalkan Kristal sendirian. Lebih baik begini saja, dari pada dia harus menyakiti Kristal lebih lama.

Dendam mamanya terbawa mati, dan mungkin hanya kematian yang akan membuat mereka bersatu.

*

*

*

Halo semuanya😍 jangan bosan sama nopel gaje-ku yah... Jangan lupa subscribe dengan klik 3 titik di samping judul, dan tekan tulisan "Subscribe"

Makasih ya, semuanya😍 love you All😍

Terpopuler

Comments

acih aja

acih aja

aq baru mampir lagi kak miss 🤭

2023-04-27

0

mia💞

mia💞

so sad yah...
tp good job buat rega... lalaki kudu gt... kuat pendirian...
perempuan mh angin2n , semua mau nya hrs keturutan.. dan itu lah c aqoh... 😁😁😆

2022-12-24

1

mia💞

mia💞

kemana aja c aquh yah... kok baru ngeuh misshel dah lahiran lg d ntun... 😅😅😅..
mana udah 33 ... ngos2an ga ini ngejar nya....

2022-11-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!