Rega mendorong tubuh Kristal hingga tersudut di tembok, lalu menciuminya dengan brutal.
Kristal berusaha memberontak, mendorong dada Rega sekuat tenaga. Meski kekuatannya tidak sebanding, Kristal terus berusaha hingga Rega yang kalap mulai memelankan ciumannya.
Pria itu merasa heran atas penolakan Kristal.
"Ga ... kenapa?" Mata Kristal sampai berkaca-kaca saat menatap wajah kekasihnya. Detak jantungnya masih menggila disertai deru napas yang masih kencang berhembus.
"Aku menginginkanmu, Kris ... bukankah itu maumu?" Rega berkilah. Dia hanya tidak mau mengatakan sesuatu yang mungkin membuat Kristal mundur dari perjuangan mereka selama ini. Rega tidak mau kehilangan Kristal. Meski tidak menikah, asal keduanya tetap saling memiliki, tidak masalah sebenarnya. Tetapi jika salah satu diantara mereka menikah, tentu itu akan menjadi sebuah kesakitan tersendiri.
"Iya ... aku memang menginginkan ini terjadi, Ga! Tapi tidak dengan kamu dalam keadaan marah dan tak terencana begini?" Kristal menatap mata Rega berganti-ganti. Seolah sedang mencari sesuatu yang disembunyikan Rega.
Rega menjatuhkan tangan yang menahan bahu Kristal. "Dengan memberiku obat ... dan tidak sadar dengan apa yang kulakukan, apa itu tidak sama saja dengan sekarang?"
"Setidaknya, aku memang mempersiapkan diri untuk itu. Aku merencanakannya, dan aku sadar benar dengan keadaan kita. Ini ...? Bisa jadi setelah kemarahanmu reda, kau bisa saja menyesal dan malah meninggalkanku, yang tidak berusaha menghentikanmu! Dan prinsipmu tadi siang? Apa itu tidak menjadi perhatian untukku kedepannya nanti?" Tangan Kristal bermain-main dengan gerakan memutar di dada Rega.
"Aku tidak akan meninggalkanmu. Dan aku mengingkari prinsip hidupku sendiri sekarang." Rega merasa geli, lalu menerkam leher Kristal yang begitu putih juga mulus. Rega menyesapnya dengan kasar.
"Ga-Ga ...," pinta Kristal seraya menahan kepala Rega. "Tunggu marahmu reda dulu. Biar aku siap-siap dulu."
Rega menarik wajahnya, menatap wajah Kristal yang memerah. Wanita itu sedang menahan dirinya sendiri agar tidak terlihat mulai terpancing.
"Mungkin, jika marahku reda, otakku bisa berpikir jernih dan menemukan jalan lain. Kau tidak akan punya kesempatan lagi untuk memilikiku."
Kristal tercengang. Sejenak, dia masih merasa random. Senang, meluap, juga berdebar. Ini sedikit memberinya perasaan yang penuh euforia.
Mengesampingkan penampilannya yang mungkin tidak wangi dan kurang oke—terutama untuk kesan pertama yang begitu indah di dalam hubungan mereka, Kristal mengalungkan tangan di leher Rega. "Janji setelah ini, kita akan saling memiliki satu sama lain."
"Kau boleh membenciku jika aku meninggalkanmu."
Rega memagut bibir Kristal dengan lembut. Merayu wanita yang sudah begitu siap menyambut dirinya. Meski salah, Rega merasa ini yang paling benar.
Ciuman mereka saling menuntut, menjelajah ke dada yang masih berbalut pakaian.
Kristal mengeluarkan suara yang begitu merdu. Rega cukup lihai memainkannya, tetapi pikiran Kristal—sayangnya, begitu waspada. Dirinya sebagian besar tidak nyaman.
Ini tidak benar! pikir Kristal. Saat seseorang selama bertahun-tahun menolak berhubungan lebih jauh, tetapi tiba-tiba begitu terburu-buru memaksa, Kristal segera sadar. Ini bukan hanya tidak akan baik-baik saja ke depannya, tetapi bisa jadi berakhir buruk.
"Stop, Ga!" Kristal menjauh dengan gerakan yang begitu tiba-tiba. Mereka harus berhenti. Bukan soal tentangnya, tapi Rega. Dia begitu menyayangi ibunya, walau semakin kesini, hubungan orang tua dan anak itu seperti renggang. Kristal sadar, ini masih berhubungan dengannya. Dia penyebabnya.
Rega kali ini benar-benar tidak mengerti apa yang ada di pikiran Kristal. Ini sama dengan keinginan gadis itu tadi siang, hanya waktunya saja yang beda! Tapi kenapa? Kristal tidak maukah bersamanya?
"Ini salah, Ga. Kita tidak boleh begini." Kristal akhirnya bersuara setelah beberapa menit saling terdiam dan masing-masing sedang berperang dengan diri mereka sendiri.
"Kris ...."
"Tidak-tidak!" Kristal membenahi pakaiannya yang sudah melorot dan berkumpul di atas perut. Mata wanita itu menatap Rega tanpa putus.
Rega hanya mengangkat tangan dan menjatuhkannya seolah dia tidak tahu lagi bagaimana bersikap pada Kristal yang berubah-ubah.
"Kita menikah dulu!"
"Apa?" Rega kali ini benar-benar terkejut. "Bagaimana kita bisa menikah?"
Kristal berjalan mendekati Rega yang masih berpakaian lengkap dan utuh.
"Bisa! Aku bisa menikah tanpa Ayah. Ayahku sudah meninggal. Nicky beda ayah denganku, dan tentu Xavier anak Ayah Jo. Aku sendirian, Ga! Kita memenuhi syarat untuk nikah secara agama. Dan alasanku selain untuk ini, aku tidak tahan harus melihatmu ramah pada gadis lain, sementara kau pura-pura tidak kenal denganku! Padahal aku kekasihmu!"
Rega mengusap wajahnya kasar. Bukan soal gagalnya membobol gawang, tetapi ini sudah malam, kemana mereka akan menikah?
"Aku ingin memastikan kau dan aku terikat dalam sebuah hubungan yang tak akan bisa dipisahkan oleh maut. Aku ingin, anak-anak kita lahir dalam ikatan yang sah. Aku tidak mau masa kecilku dialami oleh anak-anakku, aku tidak mau mengikuti jejak Mama! Aku ingin jadi wanita yang baik, yang berguna, yang bahagia dalam ikatan pernikahan."
Rega menatap Kristal dengan senyum khasnya. Senyum yang begitu menenangkan. Tangan pria itu meraih Kristal dalam pelukan.
"Aku hanya takut menyakitimu jika menikah dengan kondisi kita sekarang. Aku takut aku tidak mampu membahagiakanmu, aku takut Mama akan menyakitimu. Tapi aku juga tidak bisa menyumpahi Mama agar cepat mati! Aku tidak mau kehilangan Mama, juga kamu!"
"Aku mengerti," ucap Kristal pelan, seraya menepuk punggung Rega. "Tidak perlu mengorbankan salah satu diantara aku dan mamamu. Kita bisa hidup bahagia bersama. Kebahagiaan itu diusahakan. Siapa tahu Mama Giza akan luluh melihat anak-anak kita, siapa tahu Mama akan mengalah untuk kita."
Rega memeluk erat Kristal. Di dunia, bahkan Mamanya akan kalah dari Kristal soal memikirkan perasaan orang lain. Kristal sangat dewasa dalam menyikapi keadaan. Mampu mengimbangi dirinya yang kadang suka berpikir praktis dan responsif.
"Agak gombal, sih ... tapi I love you, Honey." Rega mengecup kepala Kristal berulang-ulang.
"Ya, memang gombal, tapi aku suka." Kristal membalas pelukan Rega dengan erat.
"Kita nikah malam ini juga! Biar aku hubungi beberapa teman yang tahu siapa yang bisa menikahkan kita sekarang." Rega melepas pelukan, menatap Kristal lekat-lekat. Rasa bangga seorang Rega akan Kristal seolah menyembul nyata di wajah pria itu.
"Biar aku melakukan sesuatu untuk hubungan kita yang baru. Kita niatkan, semoga akan ada kebahagiaan dan kedamaian!"
Kristal mengangguk, "aku bersiap-siap, dan menghubungi Ayah juga Mama."
Rega merapatkan bibirnya, lalu duduk di kursi dan menelpon orang yang sekiranya bisa membantu.
***
Sebuah masjid yang masih satu kelurahan dengan Rega menjadi pilihan pasangan itu untuk mengikat janji.
Rega memaksa Excel dan Darren menjadi saksi pernikahannya. Sementara, Dion—meski terus menggerutu, mengawal prosesi ijab kabul wanita yang masih lekat mengisi hati dan otaknya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Kristal Pearl Evans, dengan mas kawin uang tunai sembilan ratus ribu rupiah dibayar tunai!"
Rega sama sekali tidak ragu untuk mengucapkan kalimat ijab kabulnya. Mantap dan tegas, membuat Kristal menangis haru.
Ini adalah mimpi, yang mungkin sama sekali tidak bisa dia wujudkan. Bersama Rega membina rumah tangga adalah sesuatu yang mustahil. Tapi, kini kesabarannya berbuah hasil.
Entah apa yang mendorong Rega nekat melangkahi restu Mamanya, tetapi Kristal berterimakasih pada hal tersebut.
"Sayang aku seneng banget, sampai rasanya aku hanya ingin menangis saking bahagianya. Ini gak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata. Aku sungguh bahagia." Kristal sesenggukan setelah bibir Rega mencium keningnya.
"Kalau bahagia, sana cepet pulang!" Excel merengut, bibir pria itu seperti siap dikuncir. "Rayakan dikamar, jangan di sini! Kelihatan kalian ini menikah hanya untuk menghalalkan bercinta saja."
Kristal tersenyum, lalu mendekati Excel dan memeluknya, meski Excel setengah mati menghindarinya.. "Makasih ya, Kakakku Sayang. Keinginanku untuk menikah dengan kamu sebagai saksinya kesampean! Aku merasa dapet kejutan yang dobel-dobel."
Hati Excel tersentuh. Ini kali pertama dia dan Kristal saling memeluk. Excel tidak benci Kristal, tetapi hanya tidak punya sesuatu untuk dibicarakan. Lagian Kristal sepertinya menghindarinya.
"Besok, aku akan mentraktir kalian makan, sebagai ganti syukuran. Kuharap, Kak Excel tidak punya tamu di rumah, jadi aku bisa membawa makanan ke rumahmu dengan leluasa. Naja juga harus ikut merayakan pernikahanku." Kristal mulai mengoceh, dan Excel tidak suka. Dia punya dua wanita yang sangat berisik. Oh, tiga dengan Jen. Hanya Ranu yang selalu lembut dan anggun.
"Ayo pulang, Ren! Tugas kita sudah selesai." Excel membuang muka, menyembunyikan air mata yang dengan kurang ajar mengambang dan siap jatuh. Bagaimana tidak, Kristal begitu menghargainya, bahkan di hari pentingnya, dirinyalah yang di panggil untuk bersaksi. Lebih miris, mereka mirip anak-anak tanpa orang tua. Tempat ini cukup menyedihkan untuk ukuran hari bahagia seorang wanita yang bahkan bisa membeli dunia.
"Thanks, ya, Bro!" Rega merangkul Kristal yang berderai air mata saat melambai pada dua orang tersebut.
Hanya Darren yang sedang membuka pintu mobil yang menanggapinya, Excel sudah masuk dan tubuh tingginya lenyap ditelan mobil mewah milik pria itu.
"Yang ... Mereka bisa jaga rahasia, kan?" Kristal mendadak ingat, kalau pernikahan ini tidak boleh diketahui siapapun.
Rega tersenyum. "Mereka sudah paham. Mereka bukan orang yang mudah bicara jika tidak penting."
"Dan kita tidak penting bagi mereka," kelakar Kristal.
Rega tertawa, "Kamu penting untukku. Kalau sampai mereka mementingkanmu, aku pasti cemburu."
"Kupikir, hanya aku saja yang cemburu, ternyata kamu juga." Kristal yang hanya memakai dress putih sederhana ini, menjatuhkan diri di dada Rega.
"Kita pulang! Melanjutkan yang tadi, tapi sebelumnya, aku selesaikan urusan kita disini." Rega segera menjauhkan kepala Kristal.
Wanita itu dengan patuh mengangguk. Wajahnya terlihat berbeda saat kebahagiaan memenuhi dirinya.
"Aku tunggu di luar," jawab Kristal dengan senyum manisnya. "Jangan lama-lama ...."
Rega hanya menggelengkan kepala melihat Kristal yang memberinya tatapan menggoda. Tanpa berkata lagi, dia segera menyelesaikan urusan dengan penghulu, dan pegawai kelurahan. Tak lupa, dia meminta ini dirahasiakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Maryani Sundawa
pacarannya rumit...nikahnya sat set sat set
2023-01-25
0
💮Aroe🌸
wuah, ternyata jadi nikah juga😅
2022-11-03
0
yanti auliamom
Kristal keren.
Punya prinsip yang kuat. Giza pasti menyesal sudah begitu memupuk kebencian pada orang yang salah.
Karakter Kristal dari kecil memang sudah terlihat kuat.
Bersyukur masa pertumbuhan remaja nya banyak yang mencurahkan cinta dan perhatian untuk Kristal, mengganti kepedihan masa kecil nya. dan mungkin masa ini yang membuatnya semakin punya karakter kuat dan baik.
Baper kalau bahas Kristal..
2022-10-25
1