Nyanyian Cinta
Cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela membangunkan seorang gadis yang tengah tertidur. Begitu dia membuka mata langsung saja kaget dengan cahaya matahari yang sudah terbit sempurna diluar. Gadis itu segera bangkit dari tidurnya dan rasa kantuknya seketika langsung menghilang begitu menyadari bahwa dia bangun terlambat, “Ouh astaga aku bangun terlambat!” ucap gadis itu terburu-buru berlari ke kamar mandi bahkan dia lupa membaca doa bangun tidur.
Sekitar 15 menit dia mandi di kamar mandi, perlu di catat ini adalah rekor mandi tercepatnya karena biasanya dia adalah orang terlama mandi di antara kedua saudaranya yang lain apalagi di situasi dia yang masih kedatangan tamunya maka dia bisa menghabiskan waktu hampir satu jam di kamar mandi tapi hari ini dia hanya menyelesaikannya dalam 15 menit.
“Iss menyebalkan. Kenapa aku bangun terlambat. Kenapa juga aku gak dengar bunyi alarm.” Gerutu Friska sambil memakai pakaian untuk dia pergi dinas ke klinik.
Friska cepat-cepat memakai pakaian bahkan dia hanya make up tipis-tipis, yang terpenting adalah skincare tetap dipakai karena itu penting untuk perawatan kulitnya. Sekitar setengah jam dia selesai lalu segera memakai sepatu dan keluar dari kamarnya lalu segera berlari dari apartemen, “Aku sarapan di klinik saja.” gumamnya setelah mengunci apartemen milik kakaknya itu. Yah, Friska dan Frisya tinggal berdua di apartemen kakak mereka Freya tapi hari ini Frisya dia pulang ke rumah mama Najwa dan papa Khabir maka hanya dia sendiri yang berada di apartemen itu.
Friska segera menuju parkiran di mana mobil kesayangannya sudah terparkir di sana. Dia segera melempar tasnya ke dalam lalu dia segera masuk dan mulai menjalankan mobilnya keluar dari parkiran. Yah, Friska sudah memiliki mobil 6 bulan lalu, dia membelinya dengan uang gajinya dan membayar cicilannya pun dengan uang gajinya. Mobilnya itu dia beli sendiri dengan uang hasil kerja kerasnya walaupun Freya dan kakak iparnya Alvino sudah menawarkan untuk membelikan secara cash tapi Friska menolaknya.
***
Sekitar 20 menit dia mengendara akhirnya dia sampai di klinik tempat dia bekerja di mana itu adalah klinik milik sang kakak. Friska segera memarkirkan mobilnya lalu segera turun dan berlari masuk. Freya yang melihat sang adik masuk dengan berlari hanya tersenyum, “Kenapa berlari dek?” tanya Freya lembut.
“Maaf kak aku terlambat!” ucap Friska sambil mengatur nafasnya.
“Sudahlah gak apa-apa lagian gak ada juga kok keadaan genting yang harus kau selesaikan tapi kenapa bisa terlambat?” tanya Freya menyelidik karena dia tahu bahwa adiknya itu sama dengannya yang disiplin akan waktu.
“Aku ketiduran dan alarm pun tak aku dengar kak. Aku bangun karena melihat matahari yang sudah tinggi.” Jawab Friska jujur.
“Gak sholat dong berarti?” tanya Freya.
“Gak bisa kak. Masih ada tamu.” Jawab Friska.
“Ouh kakak pikir bisa sholat dan gak sholat karena ketiduran. Sudahlah sana ayo masuk ke ruang kerjamu tapi tetap saja keterlambatanmu ini akan di hitung dan gajimu bulan ini di potong.” Ucap Freya yang tidak membeda-bedakan hukuman terlambat bagi siapapun.
“Aku menerimanya kak karena itu memang sanksi-nya.” Ucap Friska.
“Ya sudah sana ke ruanganmu.” Ucap Freya. Friska pun hanya mengangguk lalu segera menuju ruangannya.
“Dia pasti belum sarapan itu.” gumam Freya sambil melihat punggung sang adik.
Freya pun segera menuju ruangannya dan mengambil bekal yang dia bawa untuk di berikan kepada sang adik.
Tok tok tok
“Masuk!” ucap Friska dari dalam.
Freya pun segera masuk, “Kakak, ada apa kau kesini?” tanya Friska begitu menyadari ternyata sang kakak yang datang.
Freya segera meletakkan bekalnya di atas meja sang adik, “Kakak tahu kau pasti belum sarapan. Ini makanlah untukmu lalu mulailah bekerja. Kakak gak mau kau sakit.” Ucap Freya.
Friska tersenyum lalu segera membuka bekal yang di berikan kakaknya itu lalu dia beralih menatap sang kakak yang masih saja perhatian kepada kedua adiknya itu padahal sudah memiliki suami, “Terima kasih kak, aku menyayangimu!” ucap Friska lalu berdiri mendekati Freya dan mengecup kedua pipi kakaknya itu.
“Sudahlah ayo makan. Ohiya, apa Risya akan pulang hari ini?” tanya Freya.
Friska mengangguk, “Sepertinya dia akan kembali ke apartemen lagi kan dia memang hanya pergi untuk mengambil sesuatu di rumah dan mungkin dia sekarang sedang ada di kampusnya.” Jawab Friska mulai berdoa untuk sarapan karena bekal yang di bawa sang kakak itu adalah makanan kesukaan mereka bertiga.
Freya mengangguk mengerti, “Ya sudah kalau begitu. Kamu sarapan saja kakak keluar dulu. Sepertinya hari ini kakak cepat pulang karena harus pergi menemani suami kakak ke acara kantornya.” ucap Freya lalu dia segera keluar meninggalkan ruangan adiknya itu.
***
Sementara di sisi lain di tempat prakteknya, Frisya sedang sibuk-sibuknya dengan laporannya yang ada di serahkan hari ini.
“Risya, apa punyamu sudah selesai bagian ini?” tanya temannya sambil menunjuk apa yang dia tanyakan.
Frisya segera beralih melihat milik temannya itu lalu mengangguk, “Aku mau lihat dong contohnya! Janji gak akan menyamakannya.” Bujuk temannya itu.
Frisya hanya mengangguk, “Ambillah!” ucap Frisya lalu kembali fokus dengan apa yang dia tulis.
“Risya!” panggil temannya lagi.
“Emm, kenapa lagi?” tanya Frisya.
“Setelah nanti lulus dari sini kau akan apa?” tanya temannya itu panggil saja dia Disa.
“Tentu saja kerja lah emang mau apa lagi.” Jawab Frisya.
“Iss aku tahu itu maksudnya selain kerja.” Ucap Disa.
Frisya pun menghentikan menulisnya lalu berpikir, “Sepertinya aku ingin memiliki apotik sendiri atau perlu pembuatan obat sendiri lalu aku akan bersenang-senang dulu dengam menikmati masa mudaku ini mungkin dengan menyanyi atau apalah. Intinya aku masih ingin bebas menikmati hidupku.” Ucap Frisya.
“Kamu belum ada rencana mau nikah gitu?” tanya Disa.
“Nikah? Bagaimana mau nikah jika calonnya aja belum ada dan perlu kau tahu aku ingin mengikuti jejak kakakku yang menikah tanpa pacaran. Pokoknya aku berdoa bisa menikah dengan seseorang seperti kakak ipar yang menyayangi kakak dengan cinta dan kasih sayang. Tidak perlu sekaya kakak ipar yang terpenting tau agama dan bisa membimbingku.” Jawab Frisya serius.
Disa pun hanya mengangguk saja karena jauh di lubuk hatinya dia juga memiliki impian seperti temannya itu memiliki suami yang akan menyayanginya, “Kak Freya memang sangat beruntung yaa ahh tidak mereka sama-sama beruntung.” Ucap Disa.
“Yap, kakak dan kakak ipar itu paket lengkap.” Timpal Frisya.
“Kalau kak Riska kapan nikahnya?” tanya Disa.
“Gak tahu mungkin kak Ris juga memiliki impian sepertiku karena kami itu mengikuti kak Reya. Ohiya satu lagi aku tidak akan menikah sebelum kak Ris menikah. Aku adalah putri bungsu dan aku tetap ingin menjadi yang terakhir menikah karena pantang bagiku melangkahi kakakku menikah.” Ujar Frisya.
Disa pun tersenyum mendengarnya karena sesemplak-somplaknya Frisya jika dia dalam keadaan serius maka sangat serius dan tidak pernah bercanda dengan apa yang dia katakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Suni Sunny
nyimak dulu thor....
2023-01-01
1