Seminggu berlalu, kini di sebuah perusahaan yang tidak kalah besar dari Aryawiguna Group ada seorang pemuda yang duduk di kursi kebesarannya, “Apa jadwalku hari ini?” tanya Rezky menatap sang asisten panggil saja dia Robi.
“Pagi ini tuan hanya perlu memeriksa dokumen dan laporan lalu siang nanti harus ke Freya Klinik untuk melakukan meeting dengan tuan Alvino terkait kerja sama kita.” Jelas Robi.
“Kenapa harus di klinik? Kenapa tidak di perusahaan? ” tanya Rezky.
“Saya juga kurang tahu tuan tapi asisten tuan Alvino sudah mengatakan bahwa dia akan melakukan meeting di sana.” Jawab Robi.
Rezky pun mengangguk saja, “Baiklah jika memang begitu. Kau kembalilah ke ruang kerjamu.” Ucap Rezky lalu dia mulai memeriksa dokumen di hadapannya begitu sang asisten pergi.
Sementara di perusahaan lain, "Fazar, apa kau sudah membuat perjanjian dengan perusahaan Pratama?" tanya Alvino kepada sang asisten tanpa menatap karena dia fokus dengan proposal di hadapannya.
"Sudah tuan, saya sudah membuat janji dengan asisten tuan Rezky dan baru saja saya mendapat pesan bahwa tuan Rezky sudah setuju untuk bertemu di klinik nyonya" jawab Fazar penuh hormat.
Alvino pun hanya mengangguk mengerti dan kembali menatap dokumen, "Ada apa? Apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?" tanya Alvino yang menyadari bahwa asistennya itu belum pergi dari ruangannya.
"Ahh,, gak apa-apa tuan. Saya hanya penasaran dengan alasan anda meminta melakukan meeting di klinik nyonya padahal kita bisa melakukan meeting di sini atau mungkin restoran." ujar Fazar memberanikan diri bertanya hal yang mengganggu pikirannya itu karena dia tidak mengerti kenapa bosnya itu bersikeras melakukan meeting di klinik Freya.
Alvino yang mendengar pertanyaan asistennya itu pun mengalihkan pandangannya dan menatap asistennya, "Aku memberimu jempol karena kau sudah berani menanyakan hal itu. Aku tahu kau sudah mengumpulkan keberanian mu hanya untuk menanyakan itu. Tapi alasannya hanya satu yaitu aku hanya ingin saja dan ingin menemui istri cantikku saja. Tidak ada alasan lain karena itu cukup untukku." jawab Alvino seolah tidak merasa bersalah.
Fazar yang mendengar jawaban dari tuannya itu hanya bisa melongo layaknya orang bodoh. Kenapa dia tidak bisa berpikir hal itu padahal dia tahu tuannya itu adalah bos yang bucin terhadap istrinya, "Apa kau masih punya pertanyaan yang ingin kau tanyakan? Hari ini aku masih mood untuk menjawab pertanyaan." ujar Alvino.
Fazar segera menggeleng, "Gak ada tuan, yaa sudah saya kembali dulu ke ruangan saya." izin Fazar berbalik.
"Eehh,, tunggu dulu. Apa istriku sudah tahu bahwa aku akan melakukan meeting di kliniknya? Apa kau sudah menghubunginya?" Tanya Alvino.
Fazar pun kembali menatap Alvivo, "Emm,, i-itu saya pikir anda sudah bicara dengan nyonya makanya saya belum menelponnya karena saya pikir nyonya sudah tahu." Jawab Fazar.
Alvino pun hanya bisa menghela nafasnya, "Huh, yaa sudah biar saya sendiri yang akan menghubungi istri saya karena saya tidak sudi istri saya bicara dengan laki-laki lain." Ujar Alvino tanpa rasa bersalah.
"Baik tuan, silahkan anda saja yang menghubungi nyonya. Kalau begitu saya pamit pergi ke ruangan saya tuan. Saya masih harus memeriksa beberapa dokumen." Pamit Fazar.
"Pergilah!" usir Alvino.
Fazar pun hanya mengelus dadanya karena di usir oleh tuannya itu walau dia tahu tuannya itu tidak benar-benar mengusirnya karena dia tahu tuannya itu adalah seorang majikan yang sangat peduli akan karyawannya, "Tuan bukan hanya budak cinta nyonya tapi juga pencemburu berat." Gumam Fazar.
***
Sementara di dalam ruangan, Alvino menelpon sang istri sambil berdoa semoga istrinya itu tidak akan mengamuk akan permintaannya itu.
Tuut tuut tuut
"Halo, Assalamu'alaikum hubby, ada apa menghubungi ku?" tanya Freya dari seberang.
"Apa aku tidak bisa menghubungi istriku sendiri?" Tanya Alvino balik.
"Bukan begitu hubby hanya saja saat ini aku sedang sibuk jadi cepat katakan alasan mu menghubungi ku. Aku masih harus memeriksa pasien." ucap Freya tegas karena dia tahu suaminya itu kadang-kadang menelponnya hanya untuk mengatakan rindu padahal mereka hanya berpisah beberapa jam dan tinggal bersama. Freya bukan tidak menyukainya hanya saja kadang dia merasa suaminya itu berlebihan walau tetap bagaimanapun dia sangat bersyukur memiliki suami seperti Alvino yang sangat menyayangi nya dan juga kelima anak mereka.
"Ahh baiklah Queen aku tidak akan menganggu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa siang nanti aku akan melakukan meeting di tempatmu bersama Rezky dari Pratama Corp." ujar Alvino.
"Di tempatku? Maksud hubby di klinikku?" ulang Freya tidak percaya.
Alvino mengangguk walau dia sadar sang istri tidak melihat anggukannya, "Iya Queen. Di klinikmu emang di mana lagi." timpal Alvino.
"Ouh God. Hubby apa kau gila melakukan meeting di klinik. Kenapa tidak di kantormu atau tidak di restoran? Kenapa harus di klinikku?" tanya Freya walau dia sudah tahu apa jawaban yang akan di sampaikan suaminya.
"Tentu saja alasannya karena aku merindukanmu Queen. Aku ingin melihatmu. Boleh yaa Queen aku menggunakan ruangan rapatmu. Aku janji tidak akan menganggu tapi setidaknya aku sudah melihatmu. Please yaa Queen!!" Mohon Alvino.
Freya di seberang sana hanya bisa menghela nafasnya, "Huh, baiklah aku izinkan tapi jangan mengganggu." ucap Freya.
Lagi-lagi Alvino mengangguk padahal Freya tidak bisa melihatnya, "Iya Queen, aku janji." Ucap Alvino senang karena di beri izin oleh istri cantiknya itu.
"Yaa sudah Reya tutup. Reya masih harus memeriksa pasien. Gara-gara hubby aku telat memeriksanya jika dia kenapa-kenapa maka kau yang salah by." Ucap Freya.
"Hehhehe,, maaf sayang. Yaa sudah kamu kerja aku juga akan kerja. Selamat bekerja sayang!!" ujar Alvino.
Setelah itu sambungan di antara mereka setelah kedua pasangan itu melakukan kiss jauh seperti permintaan sang suami.
Freya di kliniknya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya yang tetap saja selalu membuatnya merasa menjadi wanita paling istimewa karena di cintai sedemikian rupanya oleh suaminya, "Aku mencintaimu My Lord." gumam Freya lalu segera memakai jasnya dan segera keluar dari ruangannya memeriksa pasien yang ternyata sudah ada sepupunya Kiana yang menangani.
Sementara di ruang persalinan Friska melakukan pertolongan kepada ibu yang melahirkan. Untuk pertama kalinya dalam kasusnya dia menghabiskan waktu empat jam di dalam ruangan persalinan setelah di nyatakan pembukaan lengkap, biasanya dia hanya menghabiskan waktu dua jam tapi kali ini dua kali lebih lama dari jam biasanya karena sang ibu bayi mendapatkan perdarahan hebat tapi untunglah dengan cepat Friska tangani hingga tidak harus sampai merenggut nyawa pasien. Selain Friska juga ada dokter obygin yang memang bertugas di sini tapi hari ini dia berhalangan hadir karena anaknya sakit.
"Terima kasih nak sudah menyelamatkan istri saya." ucap seorang laki-laki suami dari wanita yang baru saja dia selamatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments