Cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela membangunkan seorang gadis yang tengah tertidur. Begitu dia membuka mata langsung saja kaget dengan cahaya matahari yang sudah terbit sempurna diluar. Gadis itu segera bangkit dari tidurnya dan rasa kantuknya seketika langsung menghilang begitu menyadari bahwa dia bangun terlambat, “Ouh astaga aku bangun terlambat!” ucap gadis itu terburu-buru berlari ke kamar mandi bahkan dia lupa membaca doa bangun tidur.
Sekitar 15 menit dia mandi di kamar mandi, perlu di catat ini adalah rekor mandi tercepatnya karena biasanya dia adalah orang terlama mandi di antara kedua saudaranya yang lain apalagi di situasi dia yang masih kedatangan tamunya maka dia bisa menghabiskan waktu hampir satu jam di kamar mandi tapi hari ini dia hanya menyelesaikannya dalam 15 menit.
“Iss menyebalkan. Kenapa aku bangun terlambat. Kenapa juga aku gak dengar bunyi alarm.” Gerutu Friska sambil memakai pakaian untuk dia pergi dinas ke klinik.
Friska cepat-cepat memakai pakaian bahkan dia hanya make up tipis-tipis, yang terpenting adalah skincare tetap dipakai karena itu penting untuk perawatan kulitnya. Sekitar setengah jam dia selesai lalu segera memakai sepatu dan keluar dari kamarnya lalu segera berlari dari apartemen, “Aku sarapan di klinik saja.” gumamnya setelah mengunci apartemen milik kakaknya itu. Yah, Friska dan Frisya tinggal berdua di apartemen kakak mereka Freya tapi hari ini Frisya dia pulang ke rumah mama Najwa dan papa Khabir maka hanya dia sendiri yang berada di apartemen itu.
Friska segera menuju parkiran di mana mobil kesayangannya sudah terparkir di sana. Dia segera melempar tasnya ke dalam lalu dia segera masuk dan mulai menjalankan mobilnya keluar dari parkiran. Yah, Friska sudah memiliki mobil 6 bulan lalu, dia membelinya dengan uang gajinya dan membayar cicilannya pun dengan uang gajinya. Mobilnya itu dia beli sendiri dengan uang hasil kerja kerasnya walaupun Freya dan kakak iparnya Alvino sudah menawarkan untuk membelikan secara cash tapi Friska menolaknya.
***
Sekitar 20 menit dia mengendara akhirnya dia sampai di klinik tempat dia bekerja di mana itu adalah klinik milik sang kakak. Friska segera memarkirkan mobilnya lalu segera turun dan berlari masuk. Freya yang melihat sang adik masuk dengan berlari hanya tersenyum, “Kenapa berlari dek?” tanya Freya lembut.
“Maaf kak aku terlambat!” ucap Friska sambil mengatur nafasnya.
“Sudahlah gak apa-apa lagian gak ada juga kok keadaan genting yang harus kau selesaikan tapi kenapa bisa terlambat?” tanya Freya menyelidik karena dia tahu bahwa adiknya itu sama dengannya yang disiplin akan waktu.
“Aku ketiduran dan alarm pun tak aku dengar kak. Aku bangun karena melihat matahari yang sudah tinggi.” Jawab Friska jujur.
“Gak sholat dong berarti?” tanya Freya.
“Gak bisa kak. Masih ada tamu.” Jawab Friska.
“Ouh kakak pikir bisa sholat dan gak sholat karena ketiduran. Sudahlah sana ayo masuk ke ruang kerjamu tapi tetap saja keterlambatanmu ini akan di hitung dan gajimu bulan ini di potong.” Ucap Freya yang tidak membeda-bedakan hukuman terlambat bagi siapapun.
“Aku menerimanya kak karena itu memang sanksi-nya.” Ucap Friska.
“Ya sudah sana ke ruanganmu.” Ucap Freya. Friska pun hanya mengangguk lalu segera menuju ruangannya.
“Dia pasti belum sarapan itu.” gumam Freya sambil melihat punggung sang adik.
Freya pun segera menuju ruangannya dan mengambil bekal yang dia bawa untuk di berikan kepada sang adik.
Tok tok tok
“Masuk!” ucap Friska dari dalam.
Freya pun segera masuk, “Kakak, ada apa kau kesini?” tanya Friska begitu menyadari ternyata sang kakak yang datang.
Freya segera meletakkan bekalnya di atas meja sang adik, “Kakak tahu kau pasti belum sarapan. Ini makanlah untukmu lalu mulailah bekerja. Kakak gak mau kau sakit.” Ucap Freya.
Friska tersenyum lalu segera membuka bekal yang di berikan kakaknya itu lalu dia beralih menatap sang kakak yang masih saja perhatian kepada kedua adiknya itu padahal sudah memiliki suami, “Terima kasih kak, aku menyayangimu!” ucap Friska lalu berdiri mendekati Freya dan mengecup kedua pipi kakaknya itu.
“Sudahlah ayo makan. Ohiya, apa Risya akan pulang hari ini?” tanya Freya.
Friska mengangguk, “Sepertinya dia akan kembali ke apartemen lagi kan dia memang hanya pergi untuk mengambil sesuatu di rumah dan mungkin dia sekarang sedang ada di kampusnya.” Jawab Friska mulai berdoa untuk sarapan karena bekal yang di bawa sang kakak itu adalah makanan kesukaan mereka bertiga.
Freya mengangguk mengerti, “Ya sudah kalau begitu. Kamu sarapan saja kakak keluar dulu. Sepertinya hari ini kakak cepat pulang karena harus pergi menemani suami kakak ke acara kantornya.” ucap Freya lalu dia segera keluar meninggalkan ruangan adiknya itu.
***
Sementara di sisi lain di tempat prakteknya, Frisya sedang sibuk-sibuknya dengan laporannya yang ada di serahkan hari ini.
“Risya, apa punyamu sudah selesai bagian ini?” tanya temannya sambil menunjuk apa yang dia tanyakan.
Frisya segera beralih melihat milik temannya itu lalu mengangguk, “Aku mau lihat dong contohnya! Janji gak akan menyamakannya.” Bujuk temannya itu.
Frisya hanya mengangguk, “Ambillah!” ucap Frisya lalu kembali fokus dengan apa yang dia tulis.
“Risya!” panggil temannya lagi.
“Emm, kenapa lagi?” tanya Frisya.
“Setelah nanti lulus dari sini kau akan apa?” tanya temannya itu panggil saja dia Disa.
“Tentu saja kerja lah emang mau apa lagi.” Jawab Frisya.
“Iss aku tahu itu maksudnya selain kerja.” Ucap Disa.
Frisya pun menghentikan menulisnya lalu berpikir, “Sepertinya aku ingin memiliki apotik sendiri atau perlu pembuatan obat sendiri lalu aku akan bersenang-senang dulu dengam menikmati masa mudaku ini mungkin dengan menyanyi atau apalah. Intinya aku masih ingin bebas menikmati hidupku.” Ucap Frisya.
“Kamu belum ada rencana mau nikah gitu?” tanya Disa.
“Nikah? Bagaimana mau nikah jika calonnya aja belum ada dan perlu kau tahu aku ingin mengikuti jejak kakakku yang menikah tanpa pacaran. Pokoknya aku berdoa bisa menikah dengan seseorang seperti kakak ipar yang menyayangi kakak dengan cinta dan kasih sayang. Tidak perlu sekaya kakak ipar yang terpenting tau agama dan bisa membimbingku.” Jawab Frisya serius.
Disa pun hanya mengangguk saja karena jauh di lubuk hatinya dia juga memiliki impian seperti temannya itu memiliki suami yang akan menyayanginya, “Kak Freya memang sangat beruntung yaa ahh tidak mereka sama-sama beruntung.” Ucap Disa.
“Yap, kakak dan kakak ipar itu paket lengkap.” Timpal Frisya.
“Kalau kak Riska kapan nikahnya?” tanya Disa.
“Gak tahu mungkin kak Ris juga memiliki impian sepertiku karena kami itu mengikuti kak Reya. Ohiya satu lagi aku tidak akan menikah sebelum kak Ris menikah. Aku adalah putri bungsu dan aku tetap ingin menjadi yang terakhir menikah karena pantang bagiku melangkahi kakakku menikah.” Ujar Frisya.
Disa pun tersenyum mendengarnya karena sesemplak-somplaknya Frisya jika dia dalam keadaan serius maka sangat serius dan tidak pernah bercanda dengan apa yang dia katakan.
Kini Frisya sudah kembali ke apartemen dan dia mulai memasak untuk makan malam mereka. Friska juga baru saja kembali dari klinik karena baru selesai membantu persalinan hingga dia terlambat pulang.
“Kau masak apa?” tanya Friska.
“Hanya nasi goreng kok sama ayam kecap.” Jawab Frisya. Kedua kakak beradik itu tinggal bersama dan mereka memiliki jadwal memasak secara bergantian dan berhubung hari ini jadwal Frisya memasak tapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar jika salah satu dari mereka terlambat pulang.
Friska pun segera duduk di meja makan lalu Frisya juga segera bergabung dengan kakak keduanya itu yang hanya berjarak dua tahun darinya tapi pendidikan mereka hanya terpaut satu tahun, “Kak Ris apa kau akan keluar hari ini?” tanya Frisya menatap sang kakak yang mulai mengunyah makanannya.
Friska mengangkat alisnya, “Kok kamu tahu aku akan keluar?” tanya Friska balik.
Frisya hanya tersenyum menanggapinya, “Tentu saja aku tahu kak, aku tahu semuanya tentangmu. Aku tahu apa yang kau lakukan setiap akhir pekan.” Jawab Frisya.
Friska menghentikan makannya lalu menatap adiknya itu dalam untuk mencari kebohongan di sana tapi sayang sepertinya adiknya ini tidak sedang berbohong, “Mau kau tatap bagaimanapun kak tetap sama saja jawabannya karena aku memang tahu apa yang kau lakukan.” Ujar Frisya.
“Sejak kapan kau tahu? Terus kau tahu dari mana?” tanya Friska menyelidik.
Frisya lagi-lagi tersenyum, “Seminggu setelah kau melakukan itu, aku tidak sengaja membaca naskahmu saat itu. Tapi tenang saja kak aku tidak akan mengatakan apapun kepada siapapun karena tanpa aku katakan pun kak Reya sudah tahu.” Jawab Frisya.
“Sungguh? Kakak juga tahu hal ini? Kamu tahu dari mana hal itu?” tanya Friska kaget karena ternyata selama ini apa yang dia lakukan secara diam-diam dan rahasia sudah diketahui oleh keluarganya. Dia pikir masih bersifat rahasia tahunya sudah jadi rahasia umum.
“Mungkin dari awal kau bekerja. Kau tahu kan kita itu tidak bisa menyembunyikan apapun dari kak Reya. Aku saja yang jadi vocal band di restonya saja dari awal dia yang sudah mewancaraiku tapi dia mengizinkannya selama itu tidak merusak moral dan menganggu pendidikan.” Jawab Frisya.
“Sudah kau karena kau bekerja di restonya jadi tentu saja kakak tahu tapi aku kan bekerja bukan di tempat kakak.” Ucap Friska masih saja belum percaya bahwa kakaknya tahu akan apa yang dia kerjakan.
“Apa kau tidak tahu bahwa pendiri siaran radio itu adalah kakak ipar. Dia adalah pemiliknya.” Ucap Frisya.
“Sungguh?” tanya Friska kaget untuk kesekian kalinya karena saat dia melamar disana tidak ada yang mengatakan apapun akan hal ini.
“Gak usah kaget begitu kak Ris. Kau kan tahu kak Vino itu memiliki usaha di berbagai bidang tapi sekarang kak Vino tidak begitu turun langsung dengan stasiun siaran itu. Dia hanya menerima laporannya saja dari direktur stasiun itu.” jawab Frisya.
“Terus apa kamu tahu siapa direkturnya?” tanya Friska.
Frisya menggeleng, “Kakak gak tahu siapa direkturnya tapi kau yang bekerja di sana. Apa kau tidak pernah ketemu dengannya?” tanya Frisya bingung.
Friska menggeleng, “Aku hanya ketemu dengan manajer saja dan hanya beberapa orang saja yang mengenalku karena aku hanya siaran untuk program setiap weekend saja. Aku juga datang dengan suasana misterius karena aku tidak ingin siapapun mengetahui aku. Jadi mungkin gak penting juga mengenal siapa direkturnya. Sudah ahh lebih baik aku siap-siap kesana saja.” ucap Friska segera menyelesaikan makannya karena dia memang harus segera menuju stasiun radio tempat dia menyiar salah satu program yang terkenal di kalangan remaja setiap weekend bertajuk ‘Nyayian Rindu’. Seperti namanya program ini adalah program yang menemani weekend-nya para remaja yang menikmati waktu mereka di rumah dengan mendengarkan lagu-lagu hits tentang rindu. Mereka juga bisa melakukan request lagu serta ada sesi curhat di program itu.
Frisya juga hanya mengangguk saja melihat Friska pergi ke kamarnya untuk bersiap karena dia juga harus bersiap segea ke resto sang kakak untuk ngeband di sana. Tidak jauh berbeda dengan Friska yang menemani para remaja yang jomblo untuk melewati weekendnya dengan mendengarkan music rindu. Frisya juga menemani para remaja tapi perbedaannya Frisya menemani para remaja yang memiliki pasangan yang sedang berkencan dengan menyanyikan lagu-lagu cinta untuk melewati kencan mereka sambil menikmati aneka hidangan di restoran sang kakak yang sudah memiliki beberapa cabang.
Frisya sebelum bersiap-siap dia mengatur dulu sisa makan malam mereka. Setelah memastikannya semuanya rapi dia segera ke kamar untuk bersiap-siap menuju Freya Resto.
***
“Kakak duluan yaa!” pamit Friska yang sudah ada di mobilnya kepada sang adik yang juga sudah ada pada sepeda motornya. Perlu di garis bawahi Frisya itu sedikit tomboy hingga menyukai naik motor daripada mobil walau Freya sudah menawarkan untuk di belikan mobil tapi Frisya menolak. Alasannya tidak jauh berbeda dengan Friska yang ingin memiliki mobil dengan hasil usaha sendiri karena berhubung dia belum lulus jadi dia belum memiliki uang untuk membeli mobil.
Frisya pun menggunakan motor kesayangannya yang memang pemberian papa Khabir dan mama Najwa. Yah, kedua orang tua mereka tidak pernah membedakan ketiga putrinya, baik Freya,Friska maupun Frisya mereka di belikan sepeda motor masing-masing saat awal mereka masuk SMA. Jadi ketiga bersaudara itu memiliki motor masing-masing pemberian orang tua mereka. Jika milik Freya ada di garasi rumahnya masih sesekali dia pakai tapi walaupun di simpan tetap terawat, hal yang sama juga di lakukan untuk sepeda motor milik Friska walau sesekali dia pakai tetap di rawat dengan baik.
Sekitar 30 menit kemudian akhirnya Friska sudah sampai di stasiun radio biasa dia menyiar. Dia tiba di sana setengah jam sebelum programnya itu di mulai. Dia pun segera bersiap-siap di ruangan. Friska bekerja di sana hanya beberapa yang mengenalnya karena dia memang menutupi identitasnya. Mereka lebih mengenalnya dengan nama saat dia siaran yaitu 3F (Three Ef). Friska juga tidak memperlihatkan wajahnya dia selalu memakai masker dan kaca mata hitam jika kesana. Dia terkenal sebagai penyiar misterius karena itu adalah permintaannya saat dia di tawari pekerjaan ini saat itu.
“3F kau sudah bisa bersiap di sana karena acaranya sebentar lagi akan di mulai.” Ucap kru yang bertugas membantu Friska bekerja.
Friska pun sudah bersiap di tempat dan semua alat sudah terpasang saat jam menunjukkan pukul 21.00 tepat dia segera mulai siarannya.
“Selamat malam para pendengar setia radio 90.01 FM radio milik remaja kekinian. Selamat berjumpa lagi di program para kesayangan remaja Nyanyian Rindu dengan saya penyiar kesayangan kalian 3F yang akan menemani kalian selama satu jam ke depan. Bagaimana kabar weekendnya hari ini? Apa masih galau atau rindu seseorang? Hmm,, rindu itu memang berat jadi sebelum masuk ke dalam topic hari ini mari kita dengarkan satu lagu pembuka untuk menemani weekend kalian.”
“Okay playlist pembuka ini dari Arsy Widianto dan Brisia Jodi berjudul Rindu dalam Hati. Happy Enjoy!”
“Okay playlist pembuka ini dari Arsy Widianto dan Brisia Jodie berjudul Rindu dalam Hati. Happy Enjoy!”
Lima menit kemudian akhirnya lagunya selesai di putar, “Baik bagaimana perasaannya setelah mendengarkan lagu pembuka tadi? Apa rindunya sudah menghilang atau mungkin justru bertambah. Hmm,, sudah jangan pusingkan hal itu karena topic malam ini lebih menarik yaitu seperti judul lagu yang telah kita dengar tadi topic hari ini adalah Ungkapkan Rindu. Wah, topicnya sepertinya menarik kan? Hari ini saya akan memberikan kesempatan kepada salah satu pendengar untuk mengungkapkan rindunya kepada kita semua dan pendengar lainnya. Seperti biasa akan ada sesi tanya jawab dan curhat yang hari ini di berikan kepada orang beruntung untuk mengungkapkan rindunya. Selain itu juga para pendengar bisa mengirim sms di nomor 0853xxxxxxx dengan format NY (spasi)+Nama+Asal+Lagu request+Curhat rindunya sesuai topic hari ini yakni Ungkapkan Rindu. Okay mari kita mulai! Wah sepertinya sudah ada yang mulai mengirim pesan. Okay nanti aka nada beberapa yang akan kami bacakan.”
Siaran itu pun berlanjut dengan baik karena ternyata Friska yang memiliki sifat introvert sama seperti Freya bisa memiliki keberanian dan menghibur ketika menjadi seorang penyiar. Perlu di ketahui bahwa 3F adalah penyiar favorit pendengar yang selalu di nantikan oleh para pendengar setiap weekend hingga program Nyanyian Rindu itu menjadi program nomor satu setiap weekend.
Di sisi lain di sebuah kamar mewah di salah satu rumah mewah ada seorang pemuda yang mendengarkan salah satu program favoritnya setiap weekend, “Ternyata dia penyiarnya!” gumamnya tersenyum sambil mendengar suara yang sangat dia sukai itu. Entahlah kenapa dia sangat menyukai program ini padahal dia sangat tidak menyukai hal-hal yang berbau alay tapi entahlah kenapa dia menyukai program di mana para jomblo jomblowati itu mengungkapkan rindu mereka. Mungkin karena suara penyiarnya yang menurutnya pernah dia dengan di suatu tempat atau mungkin dia penasaran siapa pemilik suara itu.
“3F? Siapa dia sebenarnya? Kenapa aku merasa pernah mendengar suaranya? Tapi di mana?” gumamnya masih mendengar radio itu di kamarnya. Entahlah di situasi modern seperti ini mungkin hanya dia yang menghabiskan waktunya dengan mendengar radio setiap weekend jika teman-temannya di luaran sana tengah berkencan.
Tok tok tok
“Nak! kau belum tidur?” tanya sang mami dari luar.
“Akan tidur kok mih.” Jawabnya. Tapi percayalah itu bohong karena setiap weekend dia akan tidur setelah program radio yang dia dengar itu selesai.
***
Sementara di sisi Frisya, kini dia juga baru saja tiba di restoran kakaknya yang sudah di padati oleh muda mudi yang tengah berkencan dengan pasangannya atau yang keluar bareng sahabat mereka.
Frisya segera masuk lalu segera bergabung dengan teman-teman bandnya, “Maaf aku telah bro!” ucap Frisya menyapa para teman-teman bandnya yang terdiri dari laki-laki semua itu.
“Gak apa-apa kok kami juga baru menyanyikan satu lagu.” Jawab Dino drummer.
“Apa kak Fazar sudah tiba?” tanya Frisya.
“Tuh!” tunjuk Jery kepada Fazar yang sedang membawa jus di tangannya.
“Kau sudah tiba?” tanya Fazar tersenyum menatap adik dari nyonya bosnya itu. Yah dia adalah Fazar yang sama dengan Fazar asisten kakak iparnya.
“Tentu saja sudah tiba kak. Jika belum aku gak di sini.” Jawab Frisya tertawa.
“Kau benar!” ucap Fazar.
“Kak Fazar kita akan menyanyi apa hari ini?” tanya Frisya kepada laki-laki yang tengah menikmati jusnya itu.
“Kau maunya nyanyi apa?” tanya Fazar balik.
“Iss kak aku nanya lebih dulu loh kak, bukannya menjawab justru bertanya balik. Dasar!” ucap Frisya.
“Hahahhh,, terserah padamu saja dek.” Ucap Fazar.
“Kakak seperti wanita perawan saja yang suka bilang terserah.” Ujar Frisya balik.
“Emang kamu gak gitu?” tanya Fazar.
“Gak lah tapi bohong, aku juga suka gitu jika bareng kakak.” Jawabnya sambil tersenyum imut. Fazar yang melihat itu pun ingin rasanya dia mencubit pipi Frisya karena saking gemasnya dengan tingkah gadis itu tapi dia masih menahannya karena selain gadis itu bukan mahramnya gadis itu juga adalah adik dari nyonya bosnya.
Jerry, Dino dan El yang melihat itu hanya tersenyum karena mereka tahu bahwa asisten dari suami pemilik resto ini memendam perasaan kepada adik dari pemilik resto ini.
Setelah 10 menit kemudian mereka berembuk dan memulai menyanyikan lagu untuk menemani muda mudi menikmati weekendnya dengan berbagai lagu-lagu cinta.
***
“3F apa kau akan segera pulang?” tanya Jack kru yang membantunya siaran.
Friska segera mengangguk, “Emm,, aku harus segera pulang karena besok aku tetap harus bekerja.” Jawab Friska sambil bersiap-siap pulang karena siarannya baru berakhir sepuluh menit yang lalu dengan berbagai keseruannya.
“Yaa sudah hati-hati.” Uacp Jack.
“Terima kasih Jack. Kau juga hati-hati pulangnya. Ohiya aku duluan yaa Jack.” Pamit Friska segera keluar dari ruang siaran dan sedikit menyapa dengan beberapa orang dia lewati lalu dia segera menuju parkiran dan masuk ke mobilnya lalu melajukannya meninggalkan studio radio itu.
Friska tidak langsung menuju apartemen tapi singgah terlebih dahulu di Freya resto menemui sang adik agar mereka bisa pulang bersama.
“Kak Ris!” sapa Frisya begitu mengenali Friska masuk.
Friska tersenyum lalu segera mendekat ke arah adiknya yang sepertinya juga sudah selesai, “Kenapa kesini?” tanya Frisya begitu Friska sudah di depannya.
“Kakak mengajakmu pulang bersama.” Ucap Friska.
Friska pun mengangguk, “Ya sudah aku siap-siap dulu. Kak Fazar, Kak El, Jer, Dino aku duluan yaa.” Pamit Frisya kepada teman-teman bandnya.
“Kak Fazar juga kerja di sini?” tanya Friska yang tidak mengetahui bahwa asisten kakak iparnya itu kerja bersama adiknya.
“Iya nona untuk mengisi waktu saja.” jawab Fazar sopan.
“Gak usah sopan begitu kak karena bosmu itu hanyalah kakak ipar bukan aku. Tapi jika di pikir-pikir kalian aneh kok weekend kalian justru ngeband di sini. Kenapa gak menghabiskan waktu dengan pasangan masing-masing.” Ucap Friska menatap ke empat laki-laki di hadapannya.
“Kami seperti kalian nona yang tidak tertarik dengan hal seperti itu.” jawab Doni.
“Jangan-jangan kalian--”
“Kami normal nona.” Balas Jery cepat.
“Hahhah,, saya juga tidak ingin mengatakan itu kok. Saya percaya kalian normal.” Ucap Friska tertawa hingga membuat seseorang yang dari tadi diam terpesona akan senyumnya.
“Sudah ahh ayo pulang kak Ris.” Ajak Frisya.
“Okay ayo pulang.” Ucap Friska.
Lalu kedua gadis itu segera pergi dari sana setelah berpamitan dengan semuanya. Mereka segera menghilang dari balik pintu restoran di iringi dengan dua pasang mata yang melihat mereka. Jery dan Doni yang menyadari itu hanya saling menatap lalu menggeleng.
“Kak El jika terpesona sana bicara. Jangan cuma di tatap aja.” Goda Doni.
“Itu juga berlaku untukmu kak Faz.” Ujar Jery menatap Fazar.
“Apa an sih kalian.” Ucap Fazar dan El bersamaan. Lalu kedua laki-laki itu segera pergi dari sana meninggalkan Doni dan Jery yang tengah tertawa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!