EX (BELENGGU CINTA PERTAMA)
Yara berjalan pelan disamping Juna, suaminya. Sepatu heels dan gaun bermodel span membuatnya harus melangkah lambat.
Juna pun mencoba menyamai langkah istrinya. Dengan tampang sabar dia menggandeng wanitanya.
Mereka baru saja memasuki ballroom sebuah hotel--- dimana ditempat itu tengah berlangsung sebuah acara reuni dari kalangan alumni SMA Harapan Taruna. Di Sekolah itulah dulunya Yara dan teman-teman seangkatannya ini menimba prestasi.
"Yara!"
"Yara!"
Beberapa orang yang melihat kehadiran Yara-- memekik dan memanggil nama wanita cantik berkulit kuning langsat tersebut.
"Hai..." Yara ikut melambaikan tangan, membalas sapaan teman-teman satu angkatannya. Yara dapat mengenali Fera dan Rina disana.
"Ayo, sini!" kata Rina sembari menghampiri Yara dan menarik pelan lengan wanita bergaun hitam pekat itu.
Rina mengajak Yara untuk bergabung bersama di sebuah meja yang diisi oleh sebagian teman mereka.
"Siapa, Ra? Pacar? Kenalin ke kita-kita, dong!" goda Fera yang diangguki semua teman yang ada di meja bundar tersebut.
Yara tersenyum kecil. Ia menatap Juna yang masih setia berada disisinya. "Ini Mas Juna. Suami aku," katanya memperkenalkan.
"Suami?" Beberapa dari mereka cukup terkejut mendengar jawaban Yara. Ada yang berbisik-bisik karena mereka tak pernah mendengar bahkan diundang dalam acara pernikahan wanita bertubuh mungil itu.
Tapi, itu hanya terjadi sebentar, karena beberapa saat kemudian, keadaan kembali kondusif dan mereka semua yang ada di meja tersebut--mulai menyapa kehadiran Juna--yang Yara perkenalkan sebagai suaminya.
Yara dan Juna akhirnya ikut bergabung di meja tersebut. Bukan cuma Rina dan Fera, disana juga ada Rozi, Diandra dan Yakub. Beberapa dari mereka juga membawa gandengannya masing-masing, ada yang sebatas pacar ataupun pasangan sah mereka.
Sementara dari meja lain di ruangan yang sama, terdapat dua panca indera yang menatap Yara dengan tatapan lekat. Sejak tadi, ia tidak mengalihkan pandangan saat melihat kehadiran sepasang pria dan wanita yang baru saja memasuki area ballroom.
"Aku permisi mau ke toilet, sebentar," ujar pria itu terdengar dingin. Perkataannya didengar oleh sekelompok teman yang duduk dimeja yang sama dengannya---mereka pun menanggapi dengan anggukan.
Pria berkemeja hitam slimfit itu mulai berjalan pelan menuju arah keberadaan toilet pria.
Sesampainya disana, ia menatap pantulan diri didepan cermin yang ada dihadapannya. Tangannya menggenggam erat pinggiran wastafel, mencoba meredam debaran jantung yang berpacu kencang.
Sambil menghela nafas dalam, ia pun bergumam lirih. "Ayara ...." ujarnya.
Sedikit banyak, ia cukup mendengar percakapan antara Yara dengan teman-temannya yang lain di meja seberang, tadi. Entah kenapa hatinya gusar, kala mendengar Yara sudah memiliki suami.
Sky--nama pria itu---menggeleng samar dalam posisinya. Tak lama, ia memutuskan untuk mencuci tangan dan mengeringkannya di handryer.
Setelah kegiatan itu cukup mendinginkan suasana hatinya, Sky pun keluar dari area toilet.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Begitu kata pepatah lama. Sky berpapasan dengan wanita yang tadi sempat ia gumamkan namanya.
Yara.
Yara dan Sky saling bertatapan. Untuk beberapa detik mereka saling mengunci pandangan seolah lupa diri dan keadaan, tidak ada dari keduanya yang berusaha melanjutkan langkah masing-masing.
"Sky..." Yara berusaha menyapa. Kendati itu terasa sangat canggung kala dia menyapa sosok pria didepannya. Bagaimana tidak, Sky adalah mantan kekasihnya saat di SMA.
Sky hanya tersenyum tipis tak menyahut. Pria itu memilih untuk melanjutkan langkah ke arah yang berlawanan dengan tujuan Yara-- sebab Yara baru saja ingin memasuki area toilet wanita yang letaknya ada disebelah toilet pria.
*
Acara reuni berjalan lancar. Kegiatan didalamnya adalah menyapa teman-teman seangkatan. Tentulah ada sebagian yang unjuk gigi dalam hal finansial--sangat biasa terjadi dalam acara semacam itu.
Acara berlanjut dengan bincang-bincang kegiatan. Beberapa dari mereka merencanakan akan melakukan acara family gathering ke pulau Dewata.
Bahkan sebagian dari mereka yang sukses, tak segan untuk menyokong dana serta membiayai mulai dari tranportasi sampai biaya pangan.
"Kamu mau ikut?" bisik Juna pada Yara.
"Hah? Kenapa?" Yara yang sejak tadi melamun, justru tak terlalu mendengarkan apa yang tengah dibahas dalam acara tersebut. Pertemuannya dengan Sky yang singkat, menjadi alasannya melamun ditengah keramaian.
Juna berdecak. "Itu, teman-teman kamu mau ngadain acara jalan-jalan. Mau ikut?"
"Emang kamu ngizinin?"
"Boleh aja," sahut Juna santai.
"Tapi, katanya tujuannya ke Bali." Yara mulai menyimak pembahasan soal tempat tujuan yang masih dibicarakan teman-temannya.
"Ya, kenapa, enggak?" Juna mengendikkan bahu acuh tak acuh.
"Aku mana punya uang, Mas."
Juna tersenyum kecut. "Ya udah kalau gitu gak usah ikut, lah!" ujarnya tanpa rasa bersalah.
Yara mengembuskan nafas pelan. Meski Juna bilang telah mengizinkannya bepergian, tapi Yara tahu bahwa pria itu tidak benar-benar serius dengan perkataannya.
Juna termasuk suami yang enggan mengeluarkan sepeserpun dana untuk Yara nikmati sendirian. Juna terlalu perhitungan, bahkan dalam urusan rumah tangga mereka--- pun demikian.
Yara hanya diberi uang 1 juta untuk satu bulannya. Padahal, pekerjaan Juna termasuk dalam kalangan bonafit. Pria yang menikahi Yara selama 2 tahun belakangan itu, bekerja sebagai supervisor di sebuah perusahaan minyak dan gas.
"Aku mau nabung biar kita bisa punya rumah sendiri. Biar kecil, tapi nggak ngontrak terus, Ra." Itulah alasan yang selalu Juna katakan pada Yara, jika Yara membahas sikap perhitungannya.
Tanpa Yara tahu seberapa besar nominal gaji yang sebenarnya Juna dapatkan setiap bulannya. Tentu Yara sudah protes, tapi jika dia terus melakukan hal itu, akan berakhir percuma sebab Juna akan selalu menghindar dan pergi jika Yara tengah mengomel.
"Kalian gak usah khawatir. Acara kita ke Bali nanti ada donaturnya masing-masing, jadi semuanya bisa ikut!" Suara Yakub yang beralih menjadi MC dadakan itu terdengar riuh. Begitupula sambutan teman-teman yang meneriaki ucapannya.
"Denger, tuh! Semua udah ada yang nanggung. Ikut aja, ayo!" kata Juna menggoda Yara. Ia sebenarnya tidak sepenuhnya memberi izin, sebab ia tahu Yara tak akan pergi tanpa sepeser uang pun. Ia hanya berlagak mengizinkan, agar tidak terlihat mengekang istrinya.
"Enggak lah, Mas. Aku gak bisa pergi kalau gak pegang uang. Ya, minimal ada pegangan lah," tolak Yara. Tentunya hanya Juna yang dapat mendengar suaranya.
"Yara? Ikut, kan?" tanya Diandra pada wanita itu, membuat Yara langsung mengadahkan kepala kearah sang teman.
"Enggak, Di," tolak Yara halus.
"Kenapa?" Rina dan Fera bertanya serentak.
"Aku gak bisa, Mas Juna kerja, gak ada yang urusin keperluannya nanti."
"Ah, tiga hari doang." Diandra mencoba membujuk. "Ayolah!" ajaknya.
"Iya, kalo Yara ikut kita-kita... gak apa-apa, kan, Mas Juna?" Kali ini Fera bertanya pada Juna.
"Ya, gak apa-apa. Udah aku suruh juga." Juna pun menanggapi Fera. "Ayo! Ikut aja, Ra...." katanya lagi, kali ini mengarah pada Yara, istrinya.
"Entar deh, aku pikir-pikir lagi." Yara mencoba menampilkan senyum lebar agar tidak mengecewakan teman-temannya.
"Yang mau ikut bisa daftar ke Dian, ya!" Suara Yakub pun kembali terdengar, kali ini pria itu menunjuk Diandra sebagai kepala koordinasi.
Yara menunduk, dia malu untuk mengatakan pada teman-temannya apa alasannya yang sesungguhnya. Kalau saja ia punya tabungan, mungkin ia akan memikirkan untuk ikut, tetapi jangankan tabungan, sisa uang belanja saja ia tidak punya. Beruntung jika pas-pasan. Malah terkadang minus dan ia harus memutar otak untuk mencari tambahannya.
Kedatangannya hari ini ke acara Reuni pun hanya sebatas menghargai undangan teman-temannya. Sebenarnya ia malu untuk menunjukkan wajah. Bahkan penampilannya saat ini sangat kontras dengan teman-temannya yang memakai pakaian dengan brand ternama. Untungnya, Yara tidak mempermasalahkan penampilannya itu, meski ia sedikit insecure dan membandingkan.
Tapi, apa gunanya ia mengeluh? Ini sudah menjadi jalan hidup yang harus dilaluinya. Selama Juna tidak main perempuan dan melukai fisik, Yara bertekad akan bertahan pada pria itu sebab Juna adalah pria yang dipilihkan oleh mendiang ayahnya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
canyouseeme^^
semangat thor
2023-09-15
1
Z@in@ ^ €£ QULUB
irit ma pelit hampit berdekatan
2023-07-03
2
fifid dwi ariani
trusceria
2023-06-18
2