"Fera? Kenapa, sih? Kamu buat aku kaget, tau gak!" protes Yara pada ulah Fera yang menarik tangannya secara tiba-tiba.
"Sorry, Ra. Aku cuma ada perlu nih, mendadak banget. Urgent. Bantuin aku, ya?"
Yara menghela nafas. "Bantu apaan? Masih pagi banget loh ini."
Fera menyengir, menunjukkan deretan giginya yang dipagari. "Aku dapet, kamu ada p e m b a l u t, gak? Aku lupa bawa. Mau beli masih pagi banget, gak enak juga minta tolong sama pengurus Villa. Nah, sprei di kamar juga sampe kotor gara-gara aku. Gimana dong? Aku gak enak ninggalinnya dalam keadaan begitu."
"Ya ampun, Fer... ya, udah aku ambilin p e m b a l u t nya dulu. Itu spreinya udah kamu buka, belum?"
Fera pun mengangguk secara berulang.
"Ntar aku temenin cari laundry, deh... atau kamu mau cuci sendiri? Kayaknya di villa ini ada mesin cucinya juga, kok."
"Laundry aja, ya, Ra. Males repot."
"Oke."
"Tapi... temenin," rengek gadis itu manja.
"Iya, iya. Ya udah, aku ambilin p em ba lut nya dulu di kamar."
"Oke, makasih banget ya, Ra. Sorry udah buat kamu kaget."
Yara pun mengacungkan jempol pada Fera.
*****
Pagi menjelang siang, Yara dan Fera kembali ke Villa setelah sebelumnya mereka pergi ke laundry yang terdekat dengan tempat villa mereka berada.
Teman-teman yang lain ada yang masih nge-gym, ada pula yang lari pagi di sekitar villa dan belum kembali.
"Fer, aku ke kamar dulu, ya. Mau lihat Mas Juna, sekalian mau ajakin sarapan bareng."
"Iya, Ra. Sekali lagi makasih ya udah temenin aku ke laundry tadi."
"Iya, gak apa-apa, kok."
Yara pun kembali ke kamarnya. Ia ingin membangunkan Juna. Rupanya sang suami sudah tidak berada di kamar lagi.
Sebelumnya, Juna memang sudah bangun dan Yara juga sudah pamit mau menemani Fera ke laundry. Juna pun mengizinkan.
Tapi, Yara pikir setelah itu Juna akan tidur kembali, nyatanya pria itu sudah pergi entah kemana.
"Mungkin Mas Juna jalan-jalan disekitar Villa," batin Yara.
Memang pemandangan pagi di Bali juga sudah sangat indah. Tadi Fera juga sudah mengajak Yara jalan-jalan, tapi Yara ingin mengabari suaminya dulu, makanya ia memutuskan langsung kembali ke Villa saja. Sayangnya, Juna sudah tidak berada disana.
Yara pun mulai membersihkan kamar itu. Menarik setiap sudut sprei dan melipat selimutnya.
Tak lupa, Yara juga menyibak gorden jendela sebab matahari sudah mulai meninggi.
Yara berdiri didepan jendela lebar tersebut, dengan tatapan lurus yang mengarah ke pemandangan dihadapannya. Kebetulan kamar yang Yara tempati berada di lantai dua dan view nya mengarah langsung pada pantai yang sangat indah.
Yara jadi melamun disana, pemandangan itu seakan melarutkannya.
Tanpa sengaja, mata Yara menangkap sosok seseorang yang tampaknya baru tiba. Sky. Pria itu sudah berada disana dengan penampilan casualnya yang membuat mata Yara tak berkedip.
"Dia datang?" Entah kenapa kalimat itu terucap dari bibir Yara. Seakan-akan ia memang menanti kehadiran pria tersebut.
Sky tampak santai, ia mengenakan kaos putih dengan bawahan celana berwarna khaki-- yang hanya menutupi sampai batas lututnya. Sebuah kacamata hitam juga tampak bertengger di pangkal hidung mancungnya.
Pria itu terlihat sedang berbicara dengan seseorang--yang setelah Yara sadari--malah membuat mata Yara semakin melotot.
"Ya ampun, Mas Juna sedang bicara apa sama Sky?" gumam Yara.
Juna memang tidak mengetahui kalau Sky adalah mantan kekasih Yara saat SMA. Kisah percintaan itu Yara tutup rapat-rapat. Bukan karena apapun, Yara hanya ingin menyimpannya rapi untuk dirinya sendiri.
"Duh, mudah-mudahan gak ada temen-temen yang keceplosan bilang sama Mas Juna kalau Sky itu mantan aku." Yara menepuk jidatnya sekilas kemudian mulai menuruni tangga.
"Yara?"
Wanita itu menoleh dan mendapati Rina, Yakub, Diandra dan Rico di meja makan, ada pula pacar Rina dan istri Yakub disana.
"Mau kemana? Gak sarapan dulu?"
"Ehm, aku mau panggil Mas Juna dulu, ya."
"Oh, oke." Yakub mengacungkan jempol pertanda setuju.
Sekarang Yara sudah berada diluar, tapi ia jadi bingung bagaimana caranya memanggil Juna, sebab pria itu kan sedang terlibat percakapan dengan Sky. Yara tidak mau hadir tiba-tiba disana dan menarik perhatian Sky nanti. Tapi, apa itu mungkin? Ah, sepertinya Sky tidak akan peduli sekalipun Yara menarik Juna dihadapannya.
"Mas..." Yara akhirnya memberanikan diri memanggil Juna. Saat itu pula, kedua orang yang sedang mengobrol disana langsung menoleh ke arah Yara.
Melihat Yara, Juna langsung permisi pada Sky saat itu juga.
"Oh, itu Yara. Saya temui dia dulu. Kapan-kapan kita lanjut lagi bicaranya, Pak," kata Juna pada Sky. Yara sedikit mendengar, tapi ia buru-buru mengalihkan pandangan agar tidak bertemu mata dengan mantan kekasihnya itu.
Sky hanya mengangguk samar. Dia menatap Juna yang menghampiri Yara. Tapi, tanpa sepengetahuan siapapun-- tangan pria itu terkepal erat disisi tubuhnya.
"Kenapa?" Juna menghampiri Yara, sang pria bahkan merangkul pundak istrinya dan mengajak Yara berjalan ke arah berlawanan dari tempatnya semula bersama Sky.
Tentu pemandangan itu tampak di pelupuk mata Sky, pria itu pun langsung memilih untuk buang badan dan pergi ke arah yang berbeda.
"Kamu ngapain disitu, Mas?" tanya Yara pada Juna.
"Oh, itu tadi bicara sama Pak Sky. Aku baru nyadar kalau dia itu ternyata temen sekolah kamu, waktu acara reuni kemarin aku gak lihat, mungkin beliau enggak datang ya."
"Datang, kok!" jawab Yara spontan.
Juna mengernyit menatap istrinya. "Oh, datang, ya? Berarti waktu itu aku yang gak ngelihat dia," ujarnya masih dengan raut aneh pada Yara, seakan menatap wanitanya penuh dengan selidik.
"Emangnya Mas kenal sama Sky?"
"Gak kenal juga, tapi tahu sih sama dia. Siapa yang gak kenal beliau, dia kan arsitek terkenal, Ra."
Yara manggut-manggut mendengar ucapan suaminya.
"Aku pikir orangnya sombong, ternyata enggak. Kamu dulu pas sekolah deket gak sama Pak Sky?"
"Hah?" Yara bingung mau menjawab apa. Entah kenapa ia justru menggelengkan kepalanya.
"Oh, aku pikir kamu sempat berteman dekat gitu. Soalnya pas aku bilang aku suami kamu, dia langsung tau sama kamu."
Yara pun memaksakan untuk tersenyum didepan Juna, ia tak mau berkomentar lebih lanjut mengenai Sky pada suaminya.
"Kamu ngapain nyari aku, Ra?" tanya Juna kemudian.
"Eh, iya, aku mau ngajak Mas sarapan."
"Oh iya, yuk. Aku juga udah laper."
Akhirnya Yara dan Juna pun sarapan di villa yang mereka tempati. Karena teman-teman yang lain sudah sarapan lebih dulu dari mereka, jadi sekarang di meja makan itu hanya diisi oleh Yara dan Juna saja.
Saat mereka baru hendak sarapan, tiba-tiba suara Juna memecah keheningan. Pria itu tampak memanggil seseorang yang baru saja memasuki ruang makan, hal itu pun berhasil membuat mata Yara membola.
"Pak Sky? Udah sarapan? Ayo sarapan bareng disini."
Rupanya Sky baru saja masuk ke dalam villa. Dari enam Villa yang ada, kenapa pria itu memasuki villa yang ini? Apa Sky juga akan menginap di Villa yang ditempati Yara dan Juna?
Astaga.... Mas Juna ngajak makan semeja dengan Sky?
Tuhan, kalau mau menguji perasaanku, atau mau mencoba rumah tanggaku, tolong .... jangan seperti ini.
Dalam hati Yara pun berdoa. Entah kenapa ia berharap agar Sky menolak tawaran Juna untuk sarapan bersama.
"Oh, boleh...." sahut Sky terdengar tenang.
Yara memejamkan matanya rapat-rapat. Kenapa juga Sky harus menerima tawaran Juna? Dan lagi, ia dan Sky sudah tak ada hubungan, tapi kenapa rasanya seperti ini? Sangat canggung dan entahlah. Rasanya sulit untuk dideskripsikan.
Tap
Tap
Tap
Sky pun melangkah mendekat.
Segala pergerakan pria itu terdengar masih sama di telinga Yara, bahkan derap langkahnya saja sudah dapat Yara perhitungkan. Tak ada perubahan, Yara hafal luar kepala, termasuk.... aroma parfum Sky yang tercium di indera penciuman Yara--sebab sekarang pria itu sudah berada semakin dekat.
Tepat. Semuanya, masih sama seperti dulu. 11 tahun yang lalu.
Drettt....
Sky mulai menarik kursi makan. Dengan gaya santainya, pria itu malah duduk disebelah Yara. Astaga....
Sedangkan Juna, sejak awal pria itu memang duduk didepan Yara agar bisa berhadapan dengan istrinya.
Yara tidak berani menatap ke samping. Ia tertunduk seakan tafakur dengan piring makannya yang ada diatas meja.
"Silahkan, Pak." Juna mempersilahkan Sky untuk mengambil makanan.
Sky menarik sudut bibirnya sambil mengangguk.
"Boleh tolong ambilkan nasinya, Ayara?"
Demi apapun, mendengar suara Sky yang seperti ini membuat Yara ingin beranjak saat itu juga dan meninggalkan meja makan. Ia tahu betul, pria ini sedang menggodanya. Hanya Sky yang selalu senang memanggil namanya seperti itu. 'Ayara'. Garis bawahi, hanya Sky.
Dengan menarik nafas dalam, akhirnya Yara meraih mangkuk nasi dan menyerahkannya ke hadapan Sky.
"Ra, sekalian sendokin aja nasinya ke piring. Gak sopan kayak begitu." Juna angkat bicara, seakan protes dengan tindakan Yara.
Mendengar itu, Yara hanya bisa menelan ludahnya beberapa kali dalam hitungan detik. Bagaimana jika Juna tahu bahwa Sky adalah mantan kekasihnya? Apa mungkin suaminya ini masih mau memintanya menyendokkan nasi untuk Sky?
Jika Juna tahu, jangankan menyendokkan nasi atau duduk bersebelahan seperti ini, Yara bernafas didekat Sky saja pasti tidak diperbolehkan.
"Gak apa-apa, saya bisa sendiri," kata Sky terdengar pengertian.
Yara mencoba cuek. Situasi ini membuatnya ingin menggigit ayam goreng dalam gigitan yang besar. Entahlah....
Akhirnya, Yara hanya bisa kembali menyuap makanannya tanpa menggubris sama sekali keberadaan Sky yang duduk disampingnya.
Bersambung ....
...*...
...Jika menyukai novel ini, jangan lupa berikan ⭐⭐⭐⭐⭐ dan tulis juga komentarnya 🙏 trims💚...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
kalea rizuky
suami pelit buang aja gk guna
2025-01-15
0
Selamet Cahyadi
mampir ni
2025-02-22
0
Ficky Amalia
jadi gw yg deh deg an ya.. 🤣🤣🤭
2023-08-23
1