Pukul 11 siang, semua rombongan alumni mulai diarahkan untuk menikmati fasilitas liburan yang sudah disediakan.
Karena momen ini untuk mengenang kebersamaan, mereka dikoordinasi untuk berangkat bersama-sama menuju pantai yang jaraknya hanya sepuluh menit dari letak villa.
Sesampainya di pantai, mereka mulai melakukan aktivitas seru. Karena ini acara bebas dan tidak ada runtutan jadwal kegiatan, semuanya pun dibebaskan untuk melakukan hal yang diinginkan asal masih berada di kawasan pantai.
Yakub, Ilyas, Rico, Rozi dan beberapa teman pria yang lain memutuskan untuk bermain voli pantai. Sementara Diandra dan Rina tampak sedang menikmati kegiatan berjemur mereka.
Yara sendiri bingung ingin melakukan apa, melihat pantai selalu membuatnya antusias, akan tetapi ia tidak bisa berenang.
"Ra, kamu mau kemana? Naik banana boat, yuk!" Nisa--istri Yakub--mengajak Yara untuk menaiki wahana yang tersedia.
Yara melirik Juna disisinya, tapi pria itu hanya memandangi pantai seolah tidak mendengar apa-apa.
"Mas?"
Disaat itu, barulah Juna menatap Yara yang memanggilnya.
"Eh, kenapa?" tanya pria itu.
"Ini, Mbak Nisa ngajakin aku naik banana boat."
"Yaudah, naik aja."
"Aku takut, aku gak bisa berenang, Mas."
"Gak apa-apa, ntar pasti ada penjaga pantai yang bakal jagain disana, ada pemandunya juga." Juna menjawab sembari masih serius memantau keadaan sekitar pantai. Bahkan, pandangan pria itu terlihat menyapu ke seluruh penjuru, seperti tengah mencari sesuatu? Atau seseorang?
Padahal, Yara berharap Juna mau ikut dengannya, tentu ia merasa lebih aman jika bersama sang suami. Nyatanya, Juna malah memberikan jawaban cuek seperti itu.
"Kamu gak mau ikut sama kita, Mas?"
"Enggak, deh. Aku mau pijat aja disana." Juna menunjuk kursi pantai yang tak jauh dari posisi mereka. Disana memang banyak menawarkan jasa lulur dan pijat pinggir pantai.
Yara sempat terheran dengan pilihan Juna, tapi, mungkin suaminya itu memang kelelahan dan butuh pijatan refleksi.
"Ya, udah, aku ikut Mbak Nisa, ya, Mas. Kita sama Fera juga."
"Oke."
Yara dan Nisa pun berjalan ke arah Fera yang ternyata sudah membooking jadwal menaiki banana boat.
"Abis ini giliran kita." Fera tampak antusias sekali. Gadis itu memang ceria dan memiliki adrenalin yang tinggi. Yara saja salut melihatnya.
"Fer, bukannya kamu lagi datang bulan?" tanya Yara.
"Iya, emang, tapi gak apa-apa juga, sih."
"Emang gak nyeri?"
"Nyeri, dikit. Udah tenang aja, mumpung udah di Bali ini. Kalau ngikutin badan mah gak bisa puas liburan aku." Gadis itu pun tertawa diujung kalimatnya.
Benar juga, pikir Yara.
"Kayaknya kita kurang orang, deh." Nisa mulai buka suara. Mereka hanya bertiga, sepertinya kurang dua atau minimal satu orang lagi untuk naik ke atas banana boat.
"Ajakin siapa dong?" Yara juga bingung. Semua sudah tampak sibuk dengan kegiatan pantainya masing-masing.
Disaat mereka kebingungan, seorang pria tiba tak jauh dari mereka. Pria itu membawa papan surfing sambil ber te lan jang dada. Ia hanya mengenakan sebuah celana pendek khas pantai yang tampak pas di tubuh atletisnya.
"Sky!" Fera berteriak sambil memanggil Sky dengan lambaian tangan. Pria itu pun menoleh, bersamaan dengan Yara yang membuang pandangan ke arah lain.
Dalam hati, Yara kembali berharap agar Sky menolak mentah-mentah tawaran yang pasti akan diajukan oleh Fera saat ini juga.
Dengan gaya cool nya, Sky pun mulai berjalan dan menghampiri ketiga perempuan disana.
"Kenapa, Fer?"
"Ikut naik banana boat sama kita, ya!"
Sky tidak langsung menjawab, pria itu malah melirik pada Yara yang pura-pura tidak melihatnya.
"Aku---"
"Sky mau surfing, Fer. Kayaknya dia gak bisa ikut." Yara yang angkat bicara---menyela ucapan Sky yang bahkan belum selesai diutarakan.
Mendengar itu, Sky jadi menarik sudut bibirnya. "Ya udah, aku ikut," putusnya.
Yara melotot dan pria itu hanya tersenyum tipis tapi tidak mau menunjukkannya pada Yara. Ia tampak bersikap biasa, seolah tidak memahami arti tatapan Yara yang sudah memandangnya dengan tatapan mematikan.
"Terus papan surfingnya, gimana?" Fera kembali bertanya.
"Gampang. Aku tinggalin disini, atau aku titip ke tenda itu." Sky menunjuk sebuah tempat dimana para pemandu banana boat tengah duduk disana.
Akhirnya, pria itu benar-benar akan menaiki banana boat seperti permintaan Fera.
Karena Yara tidak bisa berenang, ia meminta agar tidak duduk didepan atau paling belakang sebab ia takut. Alhasil, karena permintaan wanita itu sendiri, ia harus rela duduk ditengah. Posisinya di apit oleh Nisa yang duduk didepannya dan Sky yang duduk di belakang.
Susunannya adalah Fera duduk di paling depan, Nisa, Yara lalu Sky. Tak lupa pula, seorang pemandu turut ikut duduk di bagian paling belakang banana boat tersebut. Jadilah Yara benar-benar berada diposisi paling tengah.
Beberapa menit berselang, mereka tampak sudah siap dan duduk dengan pelampung yang sudah terpasang ditubuh masing-masing.
Sky sesekali melirik Yara, ia yakin wanita itu pasti sudah spot jantung sebelum permainan ini dimulai. Tapi, ia memilih tidak mengucapkan sepatah katapun. Ia hanya mengulumm senyuman.
"Ra, jangan takut, rileks, okey..." Nisa menyemangati Yara, sebab wanita itu juga sempat mendengar bahwa Yara tidak bisa berenang. Akan tetapi, tampaknya Yara penasaran dan tetap ingin mencoba wahana permainan ini.
Semuanya sudah berada diposisi masing-masing sambil mendengar beberapa panduan singkat sang pemandu.
Sekarang, tinggal menunggu--perahu karet besar yang berbentuk menyerupai pisang--itu akan segera ditarik menggunakan speedboat.
"Gak usah takut, aku jagain kamu."
Yara melirik sekilas pada Sky dibelakangnya. Sekarang ia bukan takut jatuh tenggelam, melainkan takut pada pria yang duduk dibelakangnya. Ralat, bukan takut pada Sky, melainkan pada dirinya sendiri. Yara takut jatuh tergoda pada pesona pria itu lagi--- seperti dulu.
Yara memutuskan diam saja tak menggubris ucapan Sky yang memang hanya dia saja yang dapat mendengarnya.
Yara menghela nafas panjang, mengatur diri agar tidak mengalami histeris yang berlebih.
Melihat itu, Sky malah senyum-senyum sendiri. Ingin sekali berbuat lebih untuk menenangkan Yara, tapi itu semua tidak dapat ia lakukan.
Secara perlahan, banana boat yang mereka naiki mulai bergerak. Dari posisi lambat sampai menjadi lebih cepat dan semakin kencang. Suara teriakan sudah semakin jelas terdengar, tapi tertutupi oleh suara Speedboat yang juga terus menyala dan berjalan.
Di tengah-tengah pantai, mereka semua kewalahan sebab banana boat itu terasa berputar-putar dan seperti sengaja diatur agar tubuh mereka semua terpental masuk ke dalam dinginnya air.
Sudah dapat ditebak jika Yara yang lebih dulu tercebur ke dalam air, pegangannya terlepas begitu saja, kepalanya terasa pusing. Tapi, ia tidak menampik keseruan yang tercipta akibat permainan itu.
Nisa dan Fera juga sudah tercebur ke arah yang berlawanan dengan Yara.
Disaat yang sama, Sky juga menceburkan diri ke dalam air. Ia sengaja melakukannya, meski sebenarnya ia tak seharusnya terjatuh, sebab ia masih sanggup mempertahankan posisi diatas banana boat yang ia duduki.
Yara tahu jika ia tidak tenggelam, sebab pelampungnya masihlah ia kenakan, akan tetapi entah kenapa tiba-tiba saja ia merasa tertarik ke dalam air.
Disaat yang sama, Yara sadar bahwa kini ada seseorang yang berada sangat dekat didepan wajahnya.
Dalam keadaan antara sadar dan tidak, Yara dapat melihat sosok itu. Sky. Ya, dia benar-benar Sky yang seolah sengaja mengajaknya menyelam dan menahan nafas didalam air.
Perasaan Yara yang sebelumnya merasa takut karena mengira dia telah tenggelam-- berubah menjadi rasa lega saat mengetahui ada Sky didekatnya. Entah kenapa, tapi tidak berontak dan seolah pasrah saja dengan hal ini.
Refleks, mereka berdua kini saling menatap singkat di kedalaman air.
Hal itu hanya berlangsung selama beberapa detik saja, sebab pelampung yang mereka kenakan seakan memaksa tubuh keduanya agar kembali naik ke permukaan air.
Fiiiuuh ....
Yara menghirup oksigen sebanyak-banyaknya saat muncul ke permukaan. Seakan ia terlalu lama menahan nafas saat berada didalam air tadi.
"Seru?" Sky bertanya. Entah kenapa Yara tidak tertarik menjawabnya.
Yara melepaskan tangan Sky--yang entah sejak kapan--menggenggam tangannya yang berada didalam air.
Yara beranjak, meski tak bisa berenang, ia ingin segera pergi dari hadapan Sky saat itu juga. Ia tidak mau ada satu pasang mata pun yang bisa melihat kebersamaan mereka saat ini.
Yara tidak mau digosipkan atau hal-hal yang semacam itu akan terjadi apabila ia terus berada didekat Sky.
Saat Yara sudah berada di pinggiran pantai, Nisa dan Fera menyambutnya.
"Ra? Jatuh di tengah, ya?" tanya Fera.
"Iya, aku jadi pusing. Aku balik ke villa duluan ya," pamit Yara. Padahal yang lebih membuatnya pusing bukan karena wahana banana boat melainkan tingkah Sky beberapa saat lalu.
Yara pun kembali ke Villa seorang diri. Ia tidak mengabari Juna. Biarlah ia sendirian beberapa saat, ia butuh waktu dan ingin menata hatinya lebih dulu.
Perjalanan Yara menuju villa tidak lama, meski itu hanya ditempuh dengan berjalan kaki.
Yara tiba di villa dan memutuskan untuk membersihkan diri. Ia mandi dan mengenakan baju yang bersih. Setidaknya kegiatan itu mungkin bisa meredam perasaannya yang bergejolak akibat kelakuan sang mantan.
Tok tok tok
Saat Yara masih melamunkan kejadian singkat beberapa waktu lalu antara dia dengan Sky, pintu kamarnya diketuk dari luar.
"Mas, maaf aku balik gak bilang---" Kalimat Yara terhenti, sebab dugaannya salah karena mengira itu adalah Juna. Didepannya sekarang bukan Juna, melainkan pria yang tadi ikut menceburkan diri kedalam air bersamanya.
Sky.
Sepertinya Sky juga sudah mandi, dia sudah mengenakan kaos hitam yang mencetak postur tegap tubuhnya.
"Ng... apa?" Akhirnya kata itu yang Yara ucapkan didepan Sky.
Pria itu menatap Yara dengan sorot mata yang tak terbaca.
"Kalau gak bilang apapun, pintunya aku tutup lagi. Gak enak kalau nanti ada yang lihat," ujar wanita itu kemudian.
Sky tetap datar. "Kenapa mesti gak enak?" tanyanya acuh tak acuh.
"Ya, gak etis aja."
"Why? Gak ada yang bisa ngelarang aku disini," kata pria itu terdengar pongah.
Yara menghembuskan nafas jengah.
"Udahlah, aku tutup pintunya."
Saat Yara mau membuktikan ucapannya, secepat kilat Sky menahan daun pintu tersebut.
"Apa-an sih, kamu!" protes Yara.
"Apa?" Sky malah balik bertanya, seakan menantang Yara. "Coba kamu lihat didepan kamu sekarang? Ini aku! Jadi, jangan berlagak cuek seolah kita gak saling mengenal, Ayara!"
"Kita emang gak saling kenal."
"Ayara?" Sky menatap Yara dengan tatapan marah dan kecewa?
Disaat itulah Yara mengambil kesempatan dan segera menutup pintu sesegera mungkin.
"Ayara, aku belum selesai bicara!"
Bersambung ....
*****
Jika suka dengan novel ini, tinggalkan Like, komen dan vote. Jangan lupa tap Love juga ya biar dapat pemberitahuan kalau novel ini update🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-06-18
1
🦋𝖀𝖓𝖓𝖎𝖊 𝕰𝖛𝖎🍀
Aduh Sky,kamu pelan pelan mendekati Yara kembali
2023-01-03
2
Sunarti
Ayara.. hanya takut suami nya akan tanya yg macam "
2022-11-25
1