Selepas dari toilet, Sky tidak kembali bergabung dengan teman-temannya di Ballroom hotel. Ia memilih keluar dari area tersebut. Berdiri disekitar kolam renang hotel sembari menyalakan rokoknya.
Shhh ....
Ia menghembuskan asap rokok ke sembarang arah. Pikirannya mendadak kacau karena bertemu dengan Yara.
Sebenarnya ia sangat menantikan momen ini. Pertemuan kembali dengan cinta pertamanya semasa SMA. Ia pun sangat berharap dapat bertemu Yara hari ini. Harapannya memang terkabul, tetapi status Yara membuatnya kesal sendiri.
Gadis yang dulu ia cintai, telah dimiliki oleh orang lain dalam status yang berbeda. Menikah.
Yara telah menikah.
Damned!
Ponselnya berdering, itu adalah panggilan dari Ilyas, salah satu teman SMA nya juga, yang tadi duduk satu meja dengannya didalam sana.
Mungkin sekarang Ilyas masih berada di ballroom. Tapi, untuk apa pria itu meneleponnya? Apa ada yang menyadari bahwa ia belum kembali ke tempat semula?
"Lu dimana, Sky?"
"Kenapa, Yas?"
"Cepat balik sini, semua pada bahas acara family gathering mau ke Bali."
"Ya udah, lanjut."
"Lu gak balik kesini? Gak asyik lu, ah!"
"Iya, bentar lagi aku balik kesana."
Dengan gusar, ia mengembalikan benda pipih kedalam celana bahan yang ia kenakan, mematikan rokok dan membuang puntungnya ke tempat sampah.
Saat ia kembali memasuki ballroom, rupanya gadis yang sudah menjadi wanita milik pria lain itu mengadahkan wajah dan menatapnya.
Buru-buru ia memalingkan muka, berlagak tidak pernah bertemu mata. Bukan apa-apa, hati dan jantungnya sulit dikendalikan jika menyangkut tentang Yara. Sejak dulu, bahkan sampai saat ini.
Tak peduli bahwa mereka sudah lama berpisah.
Justru tidak pernah bertemu selama 11 tahun membuatnya semakin merindukan sosok itu, berikut juga dengan segala kenangan kenakalan remaja yang pernah mereka lakukan. Dulu.
"Sky!" Ilyas berseru memanggilnya.
Ia segera berjalan menuju meja dan menduduki tempatnya semula. Rupanya keputusan mengenai family gathering sudah final. Fix, mereka semua sudah sepakat untuk ke Bali. Bahkan nama donatur untuk berbagai kegiatan di pulau Dewata itu pun sudah terdata lengkap, katanya.
"Lu mau jadi donatur juga, Sky?" celetuk Ilyas. Pria itu memang lebih banyak bicara ketimbang Rico ataupun teman pria nya yang lain.
"Boleh," jawabnya mengendikkan bahu. "Emang dana buat apa yang kurang?" tanyanya.
"Transportasi sama makan udah ada, sih... siapa tau lu mau bayarin biaya penginapan dan biaya tak terduga lainnya," kelakar Ilyas.
"Boleh," jawabnya tenang.
"Serius lu, Bro? Gak sedikit ini. 40 orang, Man. Banyak yang bawa keluarga juga."
"Iya, boleh." Ia memang tidak pernah main-main dalam berujar, apalagi jika menyangkut kepentingan orang banyak.
"Boleh boleh terus lu, mah!" Rico yang mendengar, ikut menimpali.
Ia hanya tersenyum kecil. Bersamaan dengan itu matanya tak sengaja menangkap sosok wanita bergaun hitam dengan rambut di kuncir kuda. Yara. Wanita itu tampak tidak percaya diri hari ini. Entah pandangan matanya yang salah menilai, tapi Yara memang tampak berbeda. Bukan tidak cantik lagi, tetapi dia terlihat tidak seceria dulu.
"Apa kamu bahagia dengan pernikahanmu?" Entah kenapa pertanyaan itu melintas dibenaknya.
Seketika itu juga ia menggelengkan kepala. Mencoba membuyarkan hal-hal yang merasuki pikiran. Sebab, jika itu hal negatif-- ia takut akan kembali merusak mood nya yang sudah tak terlalu baik hari ini.
"Yang mau ikut bisa daftar ke Dian, ya!" Suara Yakub yang beralih menjadi MC dadakan pun tak luput dari pendengarannya.
Ia menatap Diandra, tampaknya gadis itu tengah bicara pada Yara.
Apakah Yara akan ikut event kali ini? Bersama suaminya juga? Ah .... sia-lan. Kenapa ia jadi kesal. Padahal, ia sudah mencoba membuang hal negatif yang merasuki pikiran, tapi tetap saja!
****
Pertemuan dengan Sky beberapa hari lalu terus membuat Yara kepikiran. Entah penilaiannya yang salah, tapi sorot mata pria itu saat menatapnya masih sama seperti dulu.
Atau ... Yara yang terlalu jauh berpikir?
"Ah, Untuk apa lagi mikirin dia? Semuanya juga udah gak sama seperti dulu. Aku juga udah menikah. Kayaknya aku harus mulai bersikap biasa." Yara membesarkan hati. Mana mungkin seorang Sky Lazuardi masih mengingatnya. Pria itu tampak lebih kharismatik dan lebih dewasa, kadar ketampanannya juga naik berkali-kali lipat. Kabar yang Yara dengar, Sky juga sudah menjadi Arsitek handal dan terkenal.
"Yara?"
"Maaf, izin bertanya, Yara nya ada dirumah?"
Samar-samar Yara mendengar seseorang memanggil namanya dari luar rumah. Sepertinya seseorang itu juga bertanya mengenai keberadaannya--entah pada siapa.
Yara memutuskan meletakkan kemoceng yang tadi ia pegang. Kemudian berjalan pelan menuju teras. Siapa kiranya yang mengunjungi rumah kontrakannya di sore hari seperti ini.
Saat Yara tiba diambang pintu, rupanya itu adalah suara Diandra dan Rina yang sedang bicara dengan tetangga sebelah rumahnya.
"Eh, kalian?" Yara cukup terkejut dengan kedatangan teman SMA nya itu. Wanita itu memasang senyum kecil.
"Ra!"
"Ayo masuk, yuk!" ajak Yara.
Kedua teman Yara itupun masuk ke rumah, setelah sebelumnya mereka mengucapkan terima kasih pada tetangga Yara yang sempat mereka tanyai tadi.
"Ayo duduk, kalian mau minum apa,nih?" sambut Yara ramah.
"Gak usah repot. Kita kesini mau mastiin kamu ikut atau enggak ke acara family gathering nanti, Ra." Diandra mulai membuka percakapan.
Yara menunduk sambil memi-lin ujung bajunya. "Aku enggak ikut, maaf."
"Yah...." Diandra dan Rina menghela nafas kecewa.
"Kenapa? Suami kamu gak kasih izin, ya? Bukannya pas acara di hotel itu beliau udah ngasih kamu izin."
"Bukan, Mas Juna ngizinin, kok."
"Terus?"
"Tapi Mas Juna kerja, aku gak mungkin pergi tanpa dia."
"Ya kalau suami kamu oke-oke aja, kenapa enggak? Gak selamanya kita pergi harus didampingi suami, Ra. Ada kalanya kita juga butuh me time atau sama temen-temen." Rina memprovokasi Yara dengan pemikirannya.
"Kalian enak bilang begitu, kan kalian masih gadis, gak kayak aku."
"Tapi itu bener loh, Ra!" Diandra setuju dengan ucapan yang tadi dikatakan Rina.
Yara jadi bingung dengan ajakan teman-temannya. Apa dia jujur saja bahwa tidak memiliki uang?
"Sebenarnya ada kendala lain...." Yara ingin berterus terang saja. Itu lebih baik, pikirnya.
"Apa?" Rina dan Diandra berkata serempak.
"Aku gak punya uang. Baru banget bayar uang kontrakan rumah." Yara menggigit bibir diujung kalimatnya. Ia bukan malu pada keadaan dirinya yang susah, tapi ia takut teman-temannya jadi beranggapan bahwa ia ingin memanfaatkan keadaan. Yara tidak suka dikasihani.
Diandra dan Rina saling berpandangan satu sama lain saat mendengar alasan Yara.
"Kan, semua udah ada donaturnya, Ra!"
"Tetep aja aku gak mungkin pergi kalau gak bawa uang, kan?"
"Gini aja deh, ntar aku kasi kamu pegangan uang. Kalau emang kepake kamu bisa cicil nanti ke aku. Kalau enggak kepake ya kamu balikin lagi sama kau bulat-bulat." Rina memberi usul.
Yara langsung menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju dengan saran tersebut.
"Aku gak mau gara-gara mau bepergian, malah jatuhnya jadi berhutang dan meminjam uang. Lebih baik aku di rumah dan gak kemana-mana," lirih Yara.
"Ya, itu kan buat jaga-jaga aja, Ra. Kita yakin kok kalau uang itu gak bakal kepake nanti. Semua udah ada yang nanggung. Dijamin deh!" Diandra kembali memberikan opsi.
"Ayolah, Ra! Kapan lagi kita liburan gratis," desak Rina.
Yara sampai garuk-garuk kepala mendengar kedua temannya memelas untuk kehadirannya di acara event family gathering tersebut.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2023-06-18
0
🦋𝖀𝖓𝖓𝖎𝖊 𝕰𝖛𝖎🍀
sepertinya Yara dan Sky akan clbk lagi deh
2023-01-02
1
Sunarti
jujur aja Ra klo suami mu tiap bln nya ksh uang ke kamu cuma satu juta
2022-11-25
1