Argeiza

Argeiza

Awal

Senin, 26 September 2022, cahaya hangat merambat masuk melalui celah jendela membawa berbagai nyanyian burung-burung di taman, handphone yang sedari tadi tergeletak dimeja mulai mengeluarkan bunyi nyaring membangunkan pria yang masih terlelap diatas kasurnya.

Brak!!!! 

Pria itu terduduk diatas kasur, diusapnya kepalanya yang tak terasa pusing sembari mengerjapkan matanya beberapa kali. Jam berapa sekarang? Apa yang sedang kulakukan? Ah... Ya, aku bermimpi sesuatu. 

Beberapa hari ini Arga terus memimpikan hal yang sama, Ayahnya yang dipenggal di depan mata kepalanya, ibunya yang menangis dengan putus asa mencoba menyambung kepala ayahnya, dan dirinya yang tergeletak di lantai bersimbah darah.

Ya, itu bukanlah mimpi biasa, melainkan ingatan masa lalu yang terus terulang tidak peduli berapa kali pria itu mencoba untuk melupakannya.

🥀🥀🥀

Sebuah mobil Mercedes-Benz memasuki gerbang sekolah menuju parkiran, beberapa detik setelahnya seorang pria lengkap dengan seragam sekolahnya keluar dari mobil itu.

Argalixint Triader Deaniol, hari ini adalah hari pertamanya di sekolah barunya, ia dipindahkan karena pekerjaan ibunya, dan ini adalah ketiga kalinya ia pindah sekolah, namun kali ini ia tidak sendiri, karena keempat sahabatnya akan mengikutinya beberapa hari lagi.

Arga berjalan menyusuri koridor-koridor di bangunan seluas puluhan hektare itu, harusnya pihak sekolah membuat denah yang menunjukkan dimana ruangan penting. Pikir pria itu setelah lelah berkeliaran mencari ruang kepala sekolah.

Akan mudah bila bertanya kepada seseorang, namun tidak ada seorangpun yang terlihat di Koridor itu dikarenakan bel telah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu.

Tap-Tap-Tap

Terdengar derapan kaki kecil berjalan mendekati Arga, pria itu menoleh, dan tampaklah sosok wanita berambut pirang dengan sebuah kertas ditangannya memandang pria itu dengan tatapan bingung.

"Lo, ngapain disini?" Tanya gadis itu memiringkan kepalanya, Arga tersentak, ia tidak mengerti apa yang harus dikatakannya, bukankah harga dirinya agak tercoreng jika ketahuan dengan bodohnya tersesat di hari pertamanya? Ditambah lagi ia tidak dapat beralasan dengan menjelekkan sekolah yang tidak membuat denah sedangkan kertas yang dipegang gadis itu adalah denah sekolah.

Dimana sih tu cewek dapet denah, perasaan tadi gue gak liat!. 

"Oh, ini tadi gue dikasi sama satpam diluar, kalo lo langsung ke parkiran lo gak bakal dapet, karena gak ketemu sama satpamnya," Ucap gadis itu saat melihat pria didepannya terus menatap tajam kearah denah yang dipegangnya.

"Lo, murid baru juga?" Tanya gadis itu berjalan mendekati Arga, isyarat agar mereka melanjutkan mencari ruang kepala sekolah bersama.

"Juga?" Arga mengangkat alisnya, gadis itu tersenyum sembari mengeluarkan kartu pelajar dari sakunya dan menunjukkannya pada Arga.

"Iya, gue juga anak baru, harusnya sih udah masuk dari minggu lalu, tapi ada masalah dikit, makanya baru masuk hari ini,"

"Nama gue Eiza Maximiliant, salken ya!" Ucap gadis itu berjalan satu langkah di depan Arga lalu menjulurkan tangannya "Argalixint Triader Deaniol, santai aja, ini bukan tempat kerja yang harus pegangan tangan sebagai sapaannya," Jawab pria itu kaku, namun  masih berjabat tangan dangan gadis didepannya.

Eiza tersenyum, ia merasa bahagia karena sepertinya telah menemukan pria yang baik sebagai teman pertamanya disekolah. Namun, apakah hubungan mereka hanya akan menjadi sebatas teman?.

🥀🥀🥀

Bel pergantian pelajaran berbunyi, dan seorang wanita paruh baya memasuki kelas XI IPA 1 dengan dua murid pindahan dibelakangnya.

Suasana di kelas mendadak ramai saat melihat sepasang pelajar baru masuk bersamaan, topik pernikahan dimasa sekolah adalah trending topik di minggu ini, dan para siswa-siswi itu mulai hanyut dalam khayalannya terhadap murid baru yang bahkan belum mereka kenali namanya itu.

"Baik semuanya tolong tenang!" Titah bu guru membuat kelas kembali senyap, wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya dan Eiza pun memulai perkenalan dirinya.

"Assalamu'alaikum, perkenalkan nama saya Eiza Maximiliant, saya pindahan dari Beijing, salam kenal semuanya" Ucap gadis itu ramah dan disambut senyuman hangat siswa-siswi di kelas itu.

Namun, di detik berikutnya suasana kembali sepi, tidak ada seorangpun yang berbicara, semua orang di kelas itu menunggu seseorang berbicara, sedangkan orang yang dimaksud tidak sadar bahwa sekarang adalah gilirannya.

"Giliran lo," Bisik Eiza menarik ujung kemeja pria disampingnya. "Argalixint Triader Deaniol, salken" Ucap pria itu dengan nada malas dan langsung berjalan ke meja kosong di paling belakang.

Eiza membulatkan matanya tak percaya, ini bukanlah novel dimana seorang pemeran utama yang seorang Bad boy dapat melakukan apa yang diinginkannya, ini adalah dunia nyata, dimana seorang murid harus  menghormati gurunya, jika tidak maka hanya satu endingnya, di-ke-lu-ar-kan. 

Suasana kelas hening, tidak ada seorang pun yang berani berbicara, bahkan guru yang sedang duduk di mejanya seakan tidak melihat ketidak sopanan murid barunya itu. 

Apa yang terjadi disini?  Gadis itu seakan baru saja memasuki dunia yang sangat berbeda dengan dunianya, mungkin dapat dikatakan rasanya seperti bereinkarnasi dan masuk kedalam dunia novel? 

"Heh, lo sebenarnya siapa? Kok bu guru tadi gak negur lo? Padahal lo gak sopan banget," Tanya gadis itu setengah berbisik kepada Arga yang duduk disebelahnya. 

"Mana gue tau, tanya aja sama gurunya" Jawab pria itu asal, Eiza menaikkan alisnya tidak percaya, bagaimana mungkin sesuatu seperti 'tanya aja sama gurunya' Dapat menjelaskan fenomena seaneh itu. 

Brak! 

"Bu! Arga katanya mau bolos!" Seru Eiza menggebrak meja bangkit dari duduknya, namun sunyi, tidak ada seorangpun yang menjawab perkataannya seakan semua orang di kelas itu tidak mendengar suaranya. Apa yang terjadi disini? Apa aku bermimpi?. 

Eiza terduduk di kursinya, antara bingung dan takut, gadis itu terduduk diam tidak berani bersuara, "kenapa?" Tanya Arga saat melihat gadis yang tadinya begitu semangat kini terduduk lemas di kursinya. 

"Gak, gapapa, cuma lagi mencoba mencerna situasi sekarang," Jawab gadis itu dengan senyum yang dipaksakan. 

"Pftt"

Semua orang di kelas itu mengalihkan pandangannya kearah Arga, pria itu tertawa, seorang Argalixint yang tidak pernah tertawa selain bersama keempat sahabatnya dapat tertawa hanya dengan melihat senyum kecut seorang wanita?. 

"Apaan tuh? Muka lo... Kok, kok bisa kayak pantat kuda gitu? Hhhhhh" Kekeh pria itu menyematkan poni yang menutupi wajah gadis didepannya ke telinga. 

"A-apaan sih... Pantat kuda mana yang semulus muka gue," Jawab gadis itu memalingkan wajahnya yang mulai memerah.

Apa yang terjadi dengan pangeran dibarisan belakang itu? Bukankah rumor mengatakan bahwa penerus pemilik saham terbesar sekolah ini adalah perwujudan pangeran es di dunia nyata?. Batin para siswa-siswi yang bergelut dengan pikirannya masing-masing.

"Kebahagian itu sederhana, namun merupakan hal termewah yang tidak dapat dicapai semua orang"

                              ~Argalixint Triader Deaniol

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!