Dekat

Bel istirahat berbunyi, seluruh siswa-siswi SMA Garuda berhamburan keberbagai penjuru sekolah, kecuali Arga dan Eiza yang masih merapikan bukunya di kelas. 

"Gak ke kantin?" Tanya Eiza pada pria di sampingnya. Senyap, tidak ada sepatah katapun sebagai jawaban dari pertanyaan gadis itu, dan dengan santainya pria itu melipat tangannya sebagai bantalan tidur di meja. 

"Hah? Apa? Sumpil gue gak denger lo ngejawab pertanyaan gue deh, apa kuping gue budeg ya? Engga deh, kayaknya lo yang bisu!" Ucap gadis itu mencoba memancing emosi Arga, namun pria disampingnya itu tetap tidak bergeming. 

Brak! 

Eiza menggebrak meja bangkit dari duduknya, ia tampak dengan serius memikirkan sesuatu, dan beberapa detik setelahnya, gadis itu Mengelus-elus dagunya dengan senyum aneh yang muncul diwajahnya. 

Entah apa yang direncanakannya didalam otak kecilnya itu, namun tampaknya ia sangat percaya diri dengan idenya itu, lihat saja senyum aneh diwajahnya, bukankah ia tampak cukup bahagia dan menikmatinya. 

Gadis berambut pirang itu mulai mengatur nafasnya beberapa, dan disaat terakhir mengambil nafas panjang dan mendekatkan wajahnya ke Arga, apa yang ingin dilakukannya?. 

"Apa jangan-jangan, LO GAK TAU KANTIN DI MANA YA?!!!!!!" Pekik gadis itu tepat di telinga Arga. 

Brakkk!!!! 

Arga menggebrak meja bangkit dari duduknya dan langsung mengejar Eiza yang hendak kabur darinya, yang benar saja suara nyaring nan cempreng itu seakan membuat gendang telinganya pecah dan berdenging. rasanya pria itu dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi tuli selama beberapa detik. 

Drap-Drap-Drap

Derapan kaki Arga dan Eiza menggema diseluruh penjuru koridor bangunan kelas XI IPA. Eiza yang kalang kabut berlari berusaha kabur dari Arga, dan Arga yang dapat dengan mudah mengejarnya menarik perhatian semua orang yang melihat mereka. 

"Sini lo anj*ng!!!!" Seru Arga menjulurkan tangannya berusaha mencengkram kemeja Eiza.

 "Gak mau!!! Ntar gue pasti lo hajar!!!" Tolak gadis itu berlari semakin kencang, dan pada akhirnya berakhir sebuah kecelakaan.

Bruk!!! 

Gadis itu terjatuh tersandung kakinya sendiri sedangkan kepalanya terbentur keras ke lantai. "Hiks, hiks, Huaaaaaa!!!!" Tangis gadis itu pecah saat bangkit dan melihat noda darah di lantai tempatnya terjatuh. 

"Cewek kok cengeng" Cibir Arga berdiri tepat di depan gadis itu tanpa sedikitpun niat untuk membantunya. 

"Hikss, hiks, heuuuu, Huaaaaaaa!!!!" Tangis gadis itu semakin menjadi-jadi, Arga tersentak, padahal menurutnya ia tidak melakukan kesalahan apapun, namun  mengapa tangis gadis di depannya itu semakin menjadi-jadi?. 

"Tck! Udah-udah, Udah gede gak boleh nangis! Sini! Mana hidungnya yang berdarah" Ucap Arga berjongkok lalu menyumpal hidung Eiza yang mimisan dengan tisu. 

"Pfttt"

Kekeh pria itu berusaha menahan tawanya saat melihat wajah menangis Eiza lengkap dengan benjolan besar di kepalanya dan tisu yang menyumpal kedua lubang hidungnya. 

"Euuuu, hiks, yang berdarah cuma hidung sebelah kanan!!!!! Hiks!" Rengek gadis itu kesal, membuat Arga semakin tidak tahan untuk menjahili nya. 

"Jadi hidungnya ada dua ya? Kanan satu kiri satu?" ucap pria itu melepaskan salah satu tisu di hidung Eiza. 

"Bisa jalan gak?" Tanya Arga setelah membersihkan noda darah dilantai, gadis itu mengangguk dan bangkit dari duduknya, ia dapat berjalan, namun  terlihat sulit dan menyakitkan dikarenakan luka di kedua lututnya. 

Arga menghela nafas, lalu berjongkok di depan gadis itu "naik," Titahnya membuat Eiza tertegun. "Lo yakin??? Gue bisa jalan kok" Ucap gadis itu memastikan. 

Untuk kedua kalinya Arga menghela nafasnya, pria itu berdiri dan dengan sigap menggendong Eiza ala princess style. 

Dan untuk kedua kalinya gadis itu tertegun, terdiam dan bungkam. Ini adalah pengalaman romantisme anak SMA yang tidak akan datang dua kali, namun luka di lututnya secara tidak sengaja disentuh oleh Arga. Tahan,Tahan Za! Sumpil demi apapun, gue harus tahan! Ini tuh pengalaman langka, tapi, sakit banget any*ng bodoh amatlah, sakit banget!!!!. 

"Sakit!!!!!! Sakit woi!!! Sakit!!!! Gendong belakang aja! Belakang aja!!!!" Tolak gadis itu meronta-ronta dengan suara nyarinya. 

"Iya, iya, iya!!!! Akh, kuping gue," Ucap Arga menurunkan Eiza dan berjongkok di depannya. Sumpil demi apa, gue kok gini banget. batin gadis itu menyadari betapa ia telah merepotkan pria yang baru dikenalnya itu.

"Kita mau kemana? Arah kelas kan gak kesini" Tanya Eiza baru sadar dari pikiran singkatnya. 

"UKS, kaki lo luka 'kan? Kepala juga benjol besar banget, mimisan lagi, memangnya lo mau langsung balik ke kelas? Kalo geger otak terus jadi tambah bodoh gimana?" Jawab Arga panjang lebar untuk pertama kalinya. 

"Eh, tunggu, pertama-tama makasih banget, Pengertiannya, tapi gue agak aneh nih! Lo khawatir, apa ngehina??? Kalo khawatir, khawatir aja Ga! Gak perlu ngehina juga, gue jadi bingung mau bilang makasih apa ngebantai lo" Cicit Eiza tidak terima. 

Arga terkekeh, entah mengapa saat bersama gadis itu dunianya terasa sedikit lebih ringan, bahkan ia dapat tertawa dan bercanda tanpa beban seperti saat bersama keempat sahabatnya. Apa beneran sama? Kayaknya rasanya agak beda dibanding sama temen yang lain. Batin pria itu bertanya pada dirinya sendiri. 

🥀🥀🥀

"Gimana? Udah enakan? Udah bisa jalan sendiri 'kan?" Tanya Arga pada Eiza yang baru saja selesai diobati. 

Eiza melipat tangannya kesal, ia tidak percaya pria di depannya itu akan menanyakan hal sejalan itu. Bukankah adalah hal yang wajar bila seorang pria tidak tega melihat gadis yang terluka berjalan sendirian. 

"Ha??? Sumpil lo nanya gituan??? Cowo mana yang tega liat cewe cantik yang lagi sakit jalan sendiri?!" Ucap gadis itu menggembungkan pipinya kesal. 

"Gak," Jawab Arga singkat yang dibalas anggukan gadis itu. 

"Gak 'kan? Makanya lo gendong gue lagi!" Titah gadis itu penuh percaya diri, namun Arga malah membalasnya dengan tatapan aneh.

Pria berambut hitam itu melipat tangannya bersedekap dada, tidak percaya dengan apa yang dikatakan gadis didepannya.

"Siapa yang bilang lo cantik?" Tanya pria itu singkat, padat, dan jelas, namun menusuk tepat ke jantung hati gadis di depannya. 

Itu adalah serangan double kill yang membuat Eiza membatu dan dihancurkan dengan hantaman realita yang bagitu tepat sasaran ke relung hati terdalam seorang Eiza Maximiliant. 

"L-lo! Lo,hiks! Kata mama gue cantik!!!!! Mama gue gak mungkin bohong!!!! Hiks! Lo yang bohong!!!! Arga bohong!!! Arga toge!!!!!" Ucap gadis itu memukul-mukul dada Arga. 

"Iya, iya, lo, cantik," Ucap pria itu mengalah dengan gadis di depannya.  ih apaan sih, kok jantung gue dag dig dug gini? Apa sakit jantung ya? Ntar periksa ke rumah sakit deh. Batin pria itu mencengkram erat dadanya yang terasa tidak nyaman. 

"Ya-yaudah sini aku gendong, belum sanggup jalan 'kan?" Ucap Arga gelagapan membuat Eiza menatapnya aneh. 

"Kok lo ngomongnya jadi lembut gitu?" Tanya Eiza memiringkan kepalanya, Arga tersentak, pria itu juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, namun ia dapat menjawab dengan yakin bahwa sepertinya ia menderita penyakit kronis sehingga mempengaruhi detak jantung dan gaya bicaranya. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!