"Zaylin Huzefa ... sudikah kamu?" ucap Abimanyu Yasa dalam hati.
"Istirahat dulu Nak Abimanyu, kan fisiknya belum pulih benar. Semoga niatan itu tetap teguh. Nanti rutin ikut kegiatan santri disini, lusa juga ada Maulid," saran Yai Bashir padanya.
"Aku mengucap syahadat kembali kapan, Yai?" tanya Abimanyu.
"Loh, bukannya sudah muslim?"
"Sudah, hanya saja aku tak menjalankan kewajiban muslim sebagaimana seharusnya seorang hamba," tunduk Abimanyu, malu.
Pria kharismatik di hadapannya hanya tersenyum. Tidak ada kata-kata pedas mengatasnamakan sebuah dalil meluncur dari mulutnya untuk menghakimi.
"Kalau mau betul-betul taubatan nasuha, ada caranya. Sebelum itu, niat teguh dulu sambil memperbaiki diri. Allah Maha Pengampun, Ghafuur dan Ghaffar, menutup aib dan dosa," ujar Yai.
"Apa buktinya, Yai," tanya Abimanyu lagi.
"Banyak Nak ... Allah membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang memohon ... Allah mengampuni Adam dan Hawa saat memakan buah khuldi ... juga Allah Maha mengampuni hamba yang berdoa padanya," ucap Yai tenang menanggapi pertanyaan Abimanyu.
"Selain itu, Yai?"
"Yang paling mudah, Nak Abimanyu masih bernafas bukan? bukti bahwa Allah masih memberikan oksigen gratis dan memberi kita hidup," tegas sang Yai.
" Apa bedanya Ghafuur dengan Ghaffar? kan sama saja Yai?"
"Ghafuur mengampuni dosa dari segi kualitasnya jika Ghaffar dari segi kuantitasnya, ini menurut Al Imam Ghazali ... ada satu kisah di jaman Nabi Musa, dan Malaikat Jibril datang padanya atas perintah Allah ... mau dengar kisahnya?" tawar pemilik yayasan Al-Islamiyah ini.
"Begitu ya, jadi baik kualitas dan kuantitasnya akan tetap Allah ampuni? ... boleh jika Yai berkenan," tunduk Abimanyu merasa malu bertatap muka dengan pria bersahaja itu.
"Benar."
Lelaki sepuh itupun memulai kisah.
"Suatu hari datanglah seorang wanita menghadap Nabi Musa. Dia meminta Nabi Musa untuk mendoakan dirinya agar Allah mengampuni dan menerima taubatnya."
"Apa yang kau lakukan hingga kau merasa berdosa dan ingin bertaubat? tanya Nabi Musa," Yai Bashir masih bercerita.
"Aku telah berbuat zina hingga melahirkan seorang anak. Karena aku tak ingin aib ini diketahui orang lain maka anak yang tak berdosa itu akhirnya ku bunuh. Ujar wanita itu," Yai melanjutkan kalimatnya.
"Mendengar pernyataan itu, Nabi Musa menjadi marah. Wajahnya menjadi merah karena menahan geram, dan sebuah kalimat kemarahan keluar dari mulutnya," lanjut Yai.
"Apakah orang yang telah melakukan dosa dan ingin bertaubat seperti aku ini tak di ampuni oleh Tuhan? rintih perempuan itu seraya meninggalkan Nabi Musa," Yai menirukan kalimat keluhan sang wanita.
"Lalu turunlah malaikat Jibril menemui Sang Nabiyullah," sambungnya lagi meneruskan cerita
"Wahai Musa, Allah telah menyampaikan teguran kepadamu. Mengapa kau menolak perempuan yang telah berbuat dosa dan datang kepadamu untuk bertaubat? tanya Jibril."
"Perbuatan perempuan itu sangat nista. Tak pantas untuk mendapatkan ampunan, jawab Nabi Musa."
"Tidakkah kamu tahu, perbuatan yang lebih jahat dari apa yang telah di perbuat oleh perempuan itu, Allah masih mengampuninya? ucap Malaikat Jibril."
"Perbuatan jahat yang bagaimana yang melebihi kejahatan perempuan itu, ya Jibril? tanya Nabi Musa."
"Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, tegas Jibril."
Yai Bashir menutup ceritanya.
"Allah...." Abimanyu kian tertunduk.
"Nak, Allah Maha Pengampun dan Maha penerima taubat hamba-Nya," Yai Bashir menepuk bahu Abimanyu yang bergetar karena isakan halus yang ia tahan.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar ... itu petikan arti suroh An-nisa ayat 48."
Yai menenangkan seorang pria yang menjadi tamunya sebab ditolong salah satu santri khidmat saat menjelang subuh dari sebuah semak.
"Nanti kita bahas asbabun nuzuul dari ayat tadi, lain waktu. Sekarang silakan istirahat dahulu...." saran Yai padanya.
Abimanyu dibantu oleh seorang santri menuju kamar tamu yang letaknya dekat dengan Aula.
Sepanjang perjalanan, dia hanya diam menunduk. Bahkan ia merasa hina ketika berjalan beriringan dengan sosok alim di sebelahnya ini.
"Bahkan aku tak kuasa mengangkat wajahku meski padanya. Bagaimana aku menghadapimu nanti, Zaylin," batin Abimanyu.
Tak lama, langkah kaki yang belum sepenuhnya normal kembali itupun menginjak teras kamarnya.
"Makasih banyak sudah diantar, Kang," ucap Abimanyu pada santri pendampingnya.
"Sami-sami, Kang. Selamat rehat," ucapnya ramah seraya meninggalkan sang tamu.
Pria yang akrab dipanggil Abim dalam circle dahulunya itu, membuka pintu pelan. Ia bersegera menuju toilet didalam kamar, berwudhu.
Lama dia berada di sana, berusaha mengingat kembali urutan tata cara mensucikan diri dari hadas.
Setelah menggali ingatan di masa remajanya, ia pun berhasil menunaikan rukun wudhu dengan sempurna.
"Alhamdulillah...."
Kini ia bingung, bagaimana cara sholat yang baik dan benar. Sungguh dirinya lupa akan gerakannya. Tiga hari tak sadarkan diri bahkan terkapar di tempat tidur selama hampir dua bulan di tempat ini. Ia hanya di beritahu tata cara tayamum.
"Bahkan ponselku pun, entah kemana. Gak bisa browsing," keluhnya putus asa.
Ia kemudian mencoba melakukan sholat dengan sisa ingatan saat dirinya masih menjadi seorang anak yang patuh.
...***...
Esok hari. Ba'da dzuhur, menjelang acara Maulid.
Abimanyu melihat gadis yang semalam saat di kediaman Yai Bashir. Siang ini Zaylin mengenakan gamis coklat pastel dengan hijab marun. Sangat manis berpadu dengan kulitnya yang cerah.
Dia nampak sibuk mengatur para santri putri yang akan bertugas mengisi acara pembukaan nanti.
"Tegas namun lembut," lirih Abimanyu mencuri pandang dari teras kamarnya.
"Ayo, kita latihan lagi. Satu putaran ya, setelah ini kita rehat. Bu Aylin masih harus memastikan team make-up untuk kalian telah siap atau belum," ujar Aylin meminta agar anak didik tak langsungnya itu mengikuti arahan akhir GR.
"Buuuuuu, haus," keluh para santri kompak bagai paduan suara.
"Lihat Ibu aja, adem kek aer es dan manisnya pas," selorohnya dengan wajah tersenyum untuk para santri putri di hadapannya.
"Huuu, Ibuuuuuu," seru santri melayangkan protes membuat Zaylin tertawa.
Abimanyu ikut tersenyum melihat Zaylin begitu luwes dan ceria menangani keluhan anak didiknya itu.
"Diabetes, kamu terlalu manis," gumam Abimanyu mendengar celotehan Zaylin.
"Yang ikhlas biar jadi pahala. Dobel, karena bikin Ibu happy juga," imbuhnya lagi memberi semangat.
Akhirnya latihan mereka pun usai. Zaylin kembali sibuk dengan staff lainnya. Hingga tanpa Abimanyu duga, Zaylin duduk di belakang backdrop dengan dua orang wanita yang tak kalah sibuk dengannya.
Dia leluasa memandang sosok yang mencuri perhatiannya itu.
"Cantik."
"Aylin, jangan nengok ya. Sepertinya tamu Yai sedang memperhatikan kita, mungkin kamu," salah seorang wanita menyerahkan selembar kertas pada Zaylin.
Gadis berhijab marun ini pun membacanya, lalu perlahan bangkit meninggalkan tempat itu, sendiri. Menyelipkan catatan untuk salah satu rekannya.
"Maaf ya teman-teman. Aku pindah." Tulis Zaylin.
"Apa dia tamu pria yang semalam ya?" batin Zaylin.
"Zaylin, aku meragu sekaligus mendamba," ucap Abimanyu dalam hati.
.
.
...__________________________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ
mengagumi dari kejauhan 👍🏻👍🏻
2023-05-13
1
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Klo ud jodoh g akan lari ke mna, semangat Abim,,, 💪🤭
2023-01-22
0
@Ani Nur Meilan
Abi yakin kan dulu hatimu untuk bertaubat.. Pasti jika Zaylin jodohmu dia takkan kemana..
2023-01-11
0