BAB 4. PENGKHIANATAN

"Final answers?" Abimanyu menunggu jawaban dari gadis yang terlihat sangat cantik, bila dilihat dari dekat.

"Aku mengikuti isyaroh dari Allah. Berikan waktu sepekan padaku agar hati ini kokoh ... karena Allah telah menuliskan nama pasanganku, jadi yang harus dilakukan adalah memperbaiki hubunganku dengan-Nya" tegas Zaylin.

Pembawaannya memang demikian. Tumbuh dewasa tanpa belaian Bunda sebagai penopang raga, membuatnya terbiasa cepat dalam mengambil keputusan.

Abimanyu kagum, semoga ketegasan Zaylin dapat membawa keteguhan dalam hatinya serta.

"Bagaimana Nak Abim?" tanya Yai Bashir pada sosok pria yang nampak yakin dengan pilihannya ini.

"Aku menerima keinginannya," ucap Abimanyu seraya menunduk.

"Kata Imam Syafi’i ... ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan padamu pedihnya sebuah pengharapan. Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap pada selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya ... jadi benar kata Aylin, istikharah dulu selama sepekan ini," saran Yai pada keduanya.

Setelah memberikan jawaban pada pria diujung sana. Sekat pembatas ruangan kembali di tutup. Zaylin pun pamit undur diri sebab urusannya telah usai.

Dia masih merasa asing karena tidak terbiasa berada di lingkungan pondok. Wanita yang masih berstatus jomblo itu lalu melangkah menuju parkiran dimana sepeda motornya berada.

Vario putih milik sang wakil kepala sekolah, perlahan meninggalkan pelataran komplek Yayasan menuju asramanya kembali.

Sepuluh menit kemudian.

Zaylin memarkirkan kendaraan miliknya di teras kamar. Sebab parkiran umum hanya untuk roda empat inventaris dari Yayasan bagi para staff dengan level menengah ke atas.

Baru saja kunci kamar masuk dalam lubangnya. Sebuah suara mengejutkan Zaylin.

"Lin, gimana?" tanya Wirda, menyembulkan kepala dari balik pintu.

"Apanya?" Zaylin acuh, melanjutkan membuka pintu kamar.

"Cakep kan? bener ya, dikenalin dengan tamu nya Yai. Dia muallaf ternyata, kata adekku," Wirda memberikan informasi rahasia pada kawannya itu.

"Nyai gak bilang gitu. Ah, info kamu gak akurat. Sudah malam, istirahatlah. Besok kamu ngajar kan? aku masih libur. Bye," tak menunggu jawaban dari Wirda, ia pun masuk ke dalam kamarnya.

"Lin, Lin... Zaylin, ck BuWaSek gak sopan," seru Wirda meneriakkan nama Zaylin dari celah pintu kamarnya

Mengabaikan teriakan sang sahabat, Zaylin berusaha menetralisir perasaan asing yang perlahan hadir. Dia memilih berwudhu untuk melakukan sholat isya serta witir sebelum tidur.

"Bismillah, aku gak pernah menolak siapapun yang datang padaku Ya Robb. Jika memang baik ... dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami...." Zaylin berulang kali melafalkan ayat ke 48 surat Ath-thur.

Setelah hatinya kembali tenang. Ia meraih ponsel dari atas meja. Berniat menghubungi walinya.

Tuuut. Tuut.

Beberapa kali panggilan tak dijawab seseorang di ujung sana.

"Mungkin Abah sudah tidur, besok lagi saja deh," ucapnya seraya meletakkan kembali benda pipih itu di tempat semula.

*

Sementara di kediaman lainnya.

Seorang pria tengah menatap langit kamar. Mencoba menghalau kepingan ingatan yang kembali datang mengusik.

"Lillah...." hembus nafasnya kasar.

"Akhirnya aku tahu siapa kalian sebenarnya. Jatuh dan terpuruk, tanpa seorang pun mencari keberadaanku selama hampir tiga bulan ini."

"Terimakasih ya Allah, mungkin memang inilah jalan agar mataku terbuka," gumamnya memejamkan netra yang kian berkabut mengetahui kenyataan pahit bertubi-tubi menimpa dirinya.

...***...

Club, Jakarta.

Suasana malam ini terasa berbeda tak seperti biasanya. Jika rutinitas berjalan normal, satu ruangan ini dipenuhi oleh ratusan manusia pengumbar aurat. Tapi kini nampak lengang. Hanya tersedia beberapa private table untuk merayakan sebuah acara sakral.

"Kau milikku, jangan lagi menemui pria itu, Sayang," tegas sang dominan pada sosok dihadapannya.

"Tergantung bagaimana kau menyayangiku. Apakah sepertinya atau bahkan jauh lebih baik," suara seksi yang terdengar manja menguar menusuk gendang telinga.

"Kita lihat, seberapa setia engkau," balasnya, menarik dagu sosok yang duduk disamping lalu memagut bibirnya mesra.

"Mungkin, dia sudah mati. Tapi mayatnya tak ditemukan. Bagaimana bila ia masih hidup dan mencariku?"

"Ada aku, easy baby," bisik sang pria.

"Baiklah. Kapan kita pergi? aku tak sabar," godanya nakal menggigit bibir bawahnya yang sensual.

"Segera, come on, Baby."

Keduanya beranjak dari ruangan club yang sejatinya baru mereka tempati. Riuh suara kawan yang menghadiri acara malam itu.

Tanpa Abimanyu ketahui, ia telah di tusuk oleh orang yang pernah dia sayangi.

Dari sudut ruangan yang sama, sepasang netra elang milik seorang pemuda, akhir-akhir ini kerap mengawasi semua hal yang berkaitan dengan sang pemilik nama Yasa.

"Ck, bodohnya kamu. Tapi tenang saja, tangan, mulut dan mata ini yang akan membelamu, Abimanyu Yasa," ujarnya kala membuang puntung rokok lalu menginjak kuat, selaras langkah kaki meninggalkan club.

"Dimana kamu? jangan membuatku khawatir. Inginnya tidak peduli namun apa daya, bayangan wajah tampan itu terus menghantui. Aku mengumpulkan semua bukti jika nanti kau tak percaya," keluh sang pemuda, saat ia mulai memasuki mobilnya.

HR-V Hybrid hitam meluncur membelah jalanan Ibu Kota menuju sebuah tempat yang berkesan bagi dirinya.

"Yasa, Cafe and Lounge. Idemu memang cemerlang, tak heran semua usahamu melejit dalam waktu singkat," dia masih bermonolog mengemudikan kendaraan.

Beberapa saat kemudian.

"Selamat malam, Tuan Arjuna," sapa manager di tempat yang ia tuju.

"Malam, aku minta laporan keuangan? tolong bawa ke mejaku," ujarnya tegas. Ia yang akan meng-handle sementara semua usaha Abimanyu selama kabar keberadaan pria itu masih belum di ketahui.

Kerugian yang pria itu derita hampir membuat usahanya gulung tikar jika saja lelaki yang bernama Arjuna acuh.

"Halo, aku memintamu melanjutkan pencarian dia, sampai dapat. Baik, terimakasih...." titahnya pada sang karyawan setia milik Abimanyu melalui panggilan telepon.

"Beruntung, kamu masih punya karyawan setia. Pandanglah kerja kerasnya nanti ya Bim," Arjuna membuat beberapa catatan penting untuk sang owner. Juga menghubungi lawyer agar menjadi saksi pengalihan kuasa atas asset yang tersisa setelah di gasak seseorang.

Lama dirinya berada disana, melihat perkembangan dan situasi cafe melalui kamera CCTV rahasia yang baru ia pasang belum lama ini.

"Kangen kamu, lekaslah kembali...."

Jemarinya mengusap sebuah bingkai foto yang ada diatas meja. Ketampanan yang tak jauh berbeda, membuat mereka kerap dibandingkan.

Arjuna, keluar dari kantor gedung berlantai dua dengan interior manly tepat pukul sebelas malam.

Angin malam yang mulai dingin sebab telah memasuki musim penghujan menyergap tengkuknya yang terbuka.

Jemarinya menarik resleting jaket yang ia kenakan untuk menghalau suhu, lalu meraih sebuah bungkus rokok dari saku celana. Menyalakan pemantik guna membakar gulungan kretek yang mulai mengepulkan asap.

Dia gundah, dan apa yang dilakukannya baru saja, sebagai pengusir rasa yang paling ia takuti. Kehilangan seorang pria yang bernama Abimanyu Yasa.

.

.

...___________________________...

Terpopuler

Comments

Ersa

Ersa

klo di wayang abimanyu itu kakak nya Arjuna...

2023-05-20

1

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

makin penasaran, masih bnyak misteri, 😌

2023-01-22

0

@Ani Nur Meilan

@Ani Nur Meilan

Abim.. Dikhianati kekasih nya.. 😱😱😱

2023-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!