The Mafia Who Is Looking For The Truth His Identity
Malam hari di pelabuhan salah satu negara terkenal menguar suasana mencekam dan penuh ketegangan, terlihat dua kelompok manusia yang sedang menanti datangnya kesempatan untuk menjatuhkan satu sama lain.
Pria-pria gagah dan pemberani saling adu pandang mengirim sinyal intimidasi terhadap mereka yang siap untuk melakukan perebutan kekuasaan. Mata mereka saling bergerilya mencari celah untuk melancarkan strategi yang sudah matang terorganisir.
Di antara perkumpulan ini, ada sosok pria gagah yang sangat tampan dengan rambut panjang yang terikat dengan rapi, memakai jas panjang berwarna hitam dan di hadapannya seorang lawan yang tidak kalah gagahnya tengah tersenyum, merendahkan pria yang kini melihat padanya.
Lusinan tukang pukul siap bertarung memperjuangkan harga diri mereka, mempertahankan gelar terhebat yang telah lama tersemat.
“Ada baiknya kita selesaikan dengan segera, banyak orang yang menunggu. Waktu adalah uang, bukan?” ucap seorang lawan yang tidak kalah gagah di ujung sana.
“Tidak kusangka, kau bisa berbuat bijak juga ternyata,” jawab pria tampan di depannya.
“Turunkan semua yang kalian bawa, kita selesaikan dengan tangan kosong!” seru pria tampan itu.
Atas perintah langsung itu, semua yang berada di pelabuhan serentak menjatuhkan apa pun yang mereka bawa. Suara keras besi yang terjatuh bertemu dengan aspal terdengar di malam yang sepi ini, semua mata telah fokus dengan tujuan mereka, dengan tekad yang kuat dan keberanian yang tidak perlu diragukan lagi.
Wajah-wajah sangar yang siap menerkam siapa saja lawan di depannya, mengintimidasi semua mata yang tengah melihatnya malam ini.
Pemimpin dari dua kubu berjalan mendahului lusinan tukang pukul yang mereka bawa, berjalan semakin mendekat satu sama lain, kini mereka saling berhadapan. Melempar senyum untuk sekadar menyapa, tetapi sarat akan intimidasi di dalamnya.
“Kita bertemu lagi, kawan,” ucap lawan sang pria tampan.
“Senang bertemu denganmu lagi, kawan,” balas pria tampan.
“Menurut otak cerdasku ini, sepertinya sudah cukup kita saling berbasa-basinya. Bukankah kau bilang di ujung sana banyak yang menunggu kabar dari kita?” ucap pria tampan lagi, sembari menunjuk ke lautan lepas nan jauh dan gelap dengan sorot matanya.
“Benar, kami sudah siap menjatuhkan pasukanmu,” balasnya.
“Baiklah, kita lihat saja hasilnya.” Sang pria tampan tersenyum, bersiap mengambil ancang-ancang. Strategi dan taktik-taktik pertarungan telah ia susun dengan baik di kepalanya yang luar biasa cerdas itu.
Dengan komando gerakan tangan dari masing-masing pemimpin mereka, pertempuran pun terjadi, lusinan tukang pukul berlarian. Mencari lawan yang sepadan dengannya, mereka saling adu tinju dan saling tendang.
Urat-urat leher mereka merentang dan menonjol, menandakan kesungguhan mereka dalam menjatuhkan setiap lawan. Di sini, di tempat ini sekali lagi akan menjadi saksi tentang betapa hebatnya dua kubu ini.
Suara tangkisan, dan tinjuan terdengar dari berbagai sudut, pertempuran malam ini sangat sengit. Dua kubu terlihat sama kuatnya, tetapi mereka pantang untuk berkata lemah, mereka tidak kenal rasa lelah dan menyerah.
Lenguhan dan umpatan keluar dari mereka yang sengaja saling banting, teriakan-teriakan memenuhi pertempuran, mereka saling menjaga satu sama lain. Satu per satu dari tukang pukul kedua kubu berjatuhan, dengan kondisi kacau balau, babak belur dan tidak berdaya.
Di sisi lain pemimpin mereka tengah bertinju dengan sengit, sang lawan dan pria tampan saling melayangkan pukulan, lebam dan memar sudah tidak mereka perdulikan lagi.
Menjatuhkan lawan dan memukul mundur adalah tujuan dari pertempuran kali ini demi menyeberangkan bahan-bahan berbahaya ke ujung dunia sana.
“Ayolah, tidak mungkin kemampuanmu berkurang, bukan,” ucap sang lawan dan melayangkan satu tinju pada rahang tegas sang pria tampan, yang menerima tinjuan itu jatuh terpental.
Tidak terima dengan kata-kata yang diucapkan lawannya, sang pria tampan bangkit, ia membuka jas panjangnya, dan melemparnya ke sembarang arah. Tatapannya nyalang, melotot, wajahnya memerah, terlihat sangat marah dan siap menerkam mangsanya saat ini juga.
Sang pria tampan berlari, melayangkan serangan demi serangan, menendang, meninju sang lawan tanpa ampun, dirinya sudah tidak terkontrol lagi. Amarahnya sudah menyelimuti sang pria tampan seutuhnya, mereka yang berada di depannya harus siap sedia menerima pelampiasan amarahnya.
Mereka kini tengah baku hantam, sang pria tampan terjatuh dan menjadi santapan empuk bagi sang lawan, tetapi lawannya kali ini salah perhitungan rupanya, karena dengan posisi itu, memudahkan sang pria tampan untuk mengunci perlawanan. Mereka saling lempar umpatan, melanjutkan perkelahian di aspal jalan.
Pukulan demi pukulan dilayangkan, wajah, perut dan dada tidak luput dari sasarannya, hari ini stamina sang pria tampan sedang ada di atas langit, bersemangat sekali dan terlalu membabi buta. Malam yang dingin ini tidak memudarkan semangat mereka, perlawanan terus dilancarkan, hingga sang lawan tidak bisa berkutik lagi.
Napas sang pria tampan memburu, meski lawan sudah terjatuh dan tidak ada niat untuk melawan kembali, pria tampan tetap memburunya hingga dirinya merasa puas.
Suara tubuh yang terseret di aspal jalan, terdengar sangat pilu. Hari ini, di malam hari yang begitu dingin dan mencekam, untuk yang kesekian kalinya, sang pria tampan membuktikan kehebatannya di mata lawan yang tidak kalah hebatnya.
Keadaan malam ini sangat kacau dan penuh ketegangan, banyak tukang pukul yang berjatuhan dengan bersimbah darah di sekujur tubuhnya.
Kubu lawan ternyata banyak menjatuhkan korban, meskipun malam ini pertempuran dilakukan dengan jumlah yang seimbang dan sama kuat, nyatanya mereka tidak mampu untuk melawan kehebatan pasukan sang pria tampan yang masyhur di kalangan para penguasa dan pengusaha dunia.
Tukang pukul yang dibawa oleh sang pria tampan, telah teruji kehebatan dan kesungguhannya dalam setiap pertempuran, rahasianya hanya satu, kesetiaan.
“Ternyata kau masih sama hebatnya seperti dulu,” ucap sang lawan. Dengan tenaga yang masih tersisa, sang lawan melayangkan pujian yang tulus, tetapi di dalam hatinya masih terus melayangkan protes atas kekalahannya malam ini.
“Dan kau sama payahnya seperti waktu pertama kali kita bertemu,” balas sang pria tampan. Sang pria tampan mencengkeram kerah baju lawannya, melihat sekilas wajah lawannya dan langsung saja dia layangkan satu pukulan keras tanpa aba-aba.
Dengan pukulan tinju terakhirnya, sang lawan pun terjatuh, akhirnya kubu lawan berhasil dipukul mundur. Dengan hasil kemenangan telak, tujuan pun terwujud meskipun harus banyak korban yang berjatuhan.
“Sekali lagi aku mengakui kehebatanmu, kawan,” ujar sang lawan. Dengan menahan rintihan kesakitan hasil dari pertempuran mereka.
“Lain kali, cobalah mengalahkanku, kawan,” balasnya.
“Silakan, kau bebas menyeberangkan barangmu, kau menang,” pungkas sang lawan.
Setelah pertempuran selesai, kubu lawan membubarkan diri, dengan terpincang-pincang mereka membopong kawannya yang sudah tidak berdaya lagi. Sorakan kemenangan terdengar, senyuman puas yang tersungging dari sang pria tampan terlihat sangat mempesona, menambah euforia keberhasilan malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
NENG IKA WULANDARI
mencoba membaca sepertinya bagus
2022-11-23
1