Atas perintah mutlak dari Arshaka Dean, Albert memutuskan untuk membubarkan pesta malam ini. Padahal mereka sedang dalam keadaan yang begitu bahagia, merayakan kemenangan atas pertarungan mereka, sudah seharusnya mereka mendapat balasan yang setimpal dengan tenaga yang sudah terkuras malam itu.
Tetapi apa daya, perintah dari atasan adalah mutlak dan wajib dituruti, maka dengan perasaan hampa dan cemas, mereka dengan suka rela membubarkan diri. Sebelum semuanya bubar, Albert menyarankan untuk memindahkan pestanya di sebuah villa milik Arshaka Dean, demi mengobati kekecewaan mereka. Meskipun hanya sebuah villa, jangan salah, fasilitas yang ditawarkan tidak kalah dengan mansion yang ditempati olehnya. Arshaka Dean tidak banyak berbicara tentang saran Albert, yang ia butuhkan saat ini adalah ketenangan di kediaman yang kebetulan ia tempati saat ini.
Setelah semua bubar, Albert memusatkan perhatiannya pada Arshaka Dean yang tengah berdiri berkacak pinggang, sembari matanya menelusuri setiap jengkal mansion-nya. Seperti sedang mencari seseorang, Arshaka Dean menoleh pada Albert, dengan tatapan penuh akan amarah, hari ini majikannya terlihat sangat tidak santai.
“Di mana Watson? Dia ada di sini, bukan?” tanya Ars, dia masih berdiri sembari berkacak pinggang.
“Benar, dia sepertinya tertidur,” jawab Albert, dia berusaha terlihat tenang, padahal jauh di dalam hatinya dia sedang dilanda kecemasan, karena majikannya ini pasti sebentar lagi akan menjadi lebih sensitif dari situasi saat ini. Albert seperti sudah mengetahui jadwalnya, dia dari tadi berujar dalam hati mengatakan ‘sudah waktunya’ berulang-ulang.
“Tertidur?!” bentaknya.
“Tidur di mana dia?” tanyanya lagi.
“Di samping kamarmu, Ars,” jawab Albert, sudah pasti majikannya ini akan mengamuk karena telah mengetahui kebenarannya.
“Apakah mansion ini dia anggap miliknya?!” bentaknya lagi.
“Kenapa hari ini banyak yang membuat hatiku meradang? Kepalaku mau pecah saja rasanya,” geramnya, Ars memegang kepalanya mengetahui kelakuan temannya itu.
Watson adalah teman lama dari Arshaka Dean, dan satu-satunya orang luar yang diizinkan oleh Arshaka Dean berkunjung ke mansion-nya meskipun tidak dia undang sekalipun. Watson memiliki nama lengkap Watson Varun, dia tidak terlalu tinggi, wajahnya memiliki fitur khas orang Eropa, Watson Varun seumuran dengan Arshaka Dean. Watson Varun juga menjadi orang luar pertama yang mengetahui Arshaka Dean sebagai mafia. Sesekali dia juga membantu menyelesaikan misi bersama Arshaka Dean.
“Setelah mereka bubar, segera bereskan tempat ini, Albert. Semuanya, aku tidak mau lihat satu barang pun yang tertinggal dari acara sampah ini, Albert!” perintahnya.
“Akan aku lakukan,” jawab Albert.
Albert terlihat memanggil semua pelayan dan penjaga mansion ini untuk segera membereskan sisa kekacauan dari pesta malam ini. Sesaat setelah semua berkumpul, Albert memberikan instruksi kepada semua yang terlibat, dia dengan detail memberitahu harus melakukan apa terhadap kekacauan malam ini. Semua pelayan dan penjaga mansion menganggukkan kepala mereka, tanda mengerti atas apa yang diperintahkan oleh Albert, dan masing-masing dari mereka segera melaksanakan perintah tersebut.
Arshaka Dean menyaksikan semua apa yang dilakukan oleh Albert, dia memantau bagaimana patuhnya pelayan dan penjaga di mansion ini atas perintah Albert. Arshaka Dean melihat ekspresi ramah Albert ketika memberi instruksi, dia tidak pernah habis pikir, bagaimana seorang manusia bisa sesabar dan setenang Albert, setelah dirinya memperlakukan Albert tanpa ada keramahan sama sekali.
“Satu lagi, Albert,” panggil Ars, dia mengernyitkan dahinya, dia tiba-tiba merasakan sakit kepala yang begitu hebat.
“Panggilkan Robert dan Cadhla, sepertinya anak sialan itu akan datang besok,” perintahnya, dia masih menahan sakit di kepalanya yang secara tiba-tiba menyerang.
Albert yang melihatnya panik, dia berusaha untuk menenangkan Arshaka Dean. Albert mendekatinya, maksud hati ingin memberi ketenangan bagi Arshaka Dean dengan merangkul bahunya agar Arshaka Dean tidak terjatuh, tetapi yang ia dapatkan tangannya ditepis oleh Arshaka Dean. Albert mengalah, dia sangat tahu sekali apa yang akan terjadi dengan Arshaka Dean, malam ini atau besok pagi.
“Tunggu apa lagi, Albert!” bentaknya, dia memegang kepalanya, menekannya berkali-kali dengan tangannya untuk meredakan sakitnya.
Albert segera menghubungi orang-orang yang diperintahkan oleh Arshaka Dean, dia dengan sangat bijaksana dan ramah, meminta tolong kepada mereka untuk segera datang ke mansion milik Arshaka Dean, mereka sepertinya bersedia, itu terlihat dari Albert yang berkali-kali mengucapkan terima kasih.
“Mereka akan datang, satu jam dari sekarang, Ars. Mari kita naik ke kamar, Ars. Kau perlu istirahat,” saran Albert.
“Terserahlah,” jawabnya ketus.
Albert mengiringi Arshaka Dean untuk pergi ke lantai atas, Albert melihat langkah kaki Arshaka Dean terhuyung-huyung, dia sangat cemas, tetapi Arshaka Dean bersikeras tidak mau dibantu oleh siapa pun, jiwa keras kepalanya sedikit membuat Albert mendengus kesal. Merasa dirinya akan limbung jika tidak ada yang membantu, Arshaka Dean memilih untuk memegang pinggiran tangga yang begitu indah itu. Sedikit demi sedikit Arshaka Dean menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya, Arshaka Dean masih terus memegangi kepalanya dengan tangan yang satunya.
Sakit kepala yang ia rasakan saat ini tidak tertahankan, dengan reputasi dia sebagai seorang mafia hebat yang bergelimang harta, membuat dirinya enggan mengakui jika ia sekarang tengah kesulitan, dia selalu memendam semua rasa sakitnya sendiri.
Albert yang mengetahui keadaan Arshaka Dean, menghela napas panjang, ia tidak kuasa melihat Arshaka Dean jika dia sedang seperti ini, jiwa ingin menasihatinya meronta-ronta, tetapi dia tidak bisa berbuat banyak, mengingat Arshaka Dean sangat keras terhadap dirinya sendiri.
Mereka tiba di kamar pribadi Arshaka Dean, dia memasuki kamarnya, Albert membantunya untuk membuka pintu kamarnya, kali ini Arshaka Dean tidak menolak. Kamar tidur utama yang ditempati oleh Arshaka Dean, memiliki luas 335 meter persegi, dengan tambahan balkon seluas 107 meter persegi.
Kamar tidur ini dilengkapi dengan tempat tidur berukuran king size dan beralaskan ranjang mewah yang dikelilingi ukiran indah berwarna hitam. Di kamar ini juga terdapat meja kerja yang biasa digunakan oleh Arshaka Dean. Suasana kamar ini begitu tenang dan nyaman, perlengkapan yang dibutuhkan untuk kamar ini saja ditaksir menghabiskan lebih dari dua milyar.
Arshaka Dean bersungguh-sungguh menginvestasikan uangnya untuk kenyamanan dirinya beristirahat.
Arshaka Dean mendudukkan dirinya di atas kasur, dia masih menahan rasa sakit yang menjalar di kepalanya. Dalam keadaan seperti itu, Arshaka Dean hanya mampu tertunduk, dia begitu lelah dengan segalanya. Keberhasilannya dalam memenangkan misi ini tidak membuat hatinya lega. Arshaka Dean masih merasa hampa di hatinya.
“Mengapa semua orang berbahagia, Albert?” tanya Ars, dalam upaya menahan rasa sakitnya.
Albert yang ditanya hanya mampu melihat pada dirinya, dia tidak mempunyai jawaban atas pertanyaannya. Albert berat melihat Arshaka Dean kesakitan seperti ini, bila bisa memilih, Albert lebih baik dimarahi daripada melihat Arshaka Dean kesakitan seperti sekarang ini.
“Mengapa mereka seperti tidak punya beban, Albert?” tanyanya lagi.
“Apa mereka tidak tahu, banyak yang kita korbankan untuk kemenangan ini?” Arshaka Dean menatap Albert yang tengah berdiri setia di hadapannya.
“Pantaskah aku bahagia saat ini, Albert? Kenapa kepalaku selalu sakit, Albert?” tanyanya terdengar pilu. “Kenapa di sini selalu terasa kosong, Albert?” tangannya menunjuk ke bagian dadanya.
Albert begitu terpukul mendengar setiap pertanyaan Arshaka Dean, Albert sungguh tidak mampu berbuat lebih terhadap keadaan saat ini. Albert frustrasi, ketika dirinya bahkan sangat tahu atas keadaan majikannya, tetapi tidak mampu berbuat apa-apa.
Arshaka Dean membaringkan dirinya, dia kembali memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Kali ini mafia hebat kita terlihat begitu lemah dan rapuh, tidak akan ada yang percaya bahwa mafia hebat yang terkenal bengis, saat ini hanya bisa mengasihani dirinya sendiri.
“Bersiaplah, Albert,” ujarnya.
Albert membantu menyelimuti tubuh Arshaka Dean, dengan pernyataan terakhirnya, esok hari seluruh penghuni mansion harus bersiap dengan apa yang akan terjadi. Sungguh saat ini, semua penghuni mansion tidak ada yang siap dengan apa yang akan terjadi besok atau bahkan malam ini. Tetapi mau tidak mau, majikannya telah memerintahkan dia untuk bersiap, maka mereka harus selalu siap untuk hari esok. Esok hari mungkin saja akan begitu panjang, tetapi bisa juga esok hari akan begitu singkat, kita tidak pernah bisa menerka akan takdir hidup seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments