Suara tawa saling bersahutan mencoba menyamakan kerasnya dengan alunan musik, ingar bingar cahaya lampu mengintip dari balik sebuah mansion megah, mewah nan indah yang terbangun di atas tanah seluas dua hektar.
Mansion yang memiliki ruang hiburan khusus berukuran besar, berisikan meja bilyar, juga terdapat bar yang megah di dalamnya. Jangan lupakan mansion ini juga dilengkapi berbagai fasilitas olahraga, dari mulai kolam berenang, lapangan golf, dan ada juga ruangan spa yang bisa digunakan penghuninya untuk bersantai ria.
Di dalam mansion saat ini tengah dipenuhi oleh pria dan wanita yang sedang mengadakan pesta untuk merayakan sebuah keberhasilan misi dari sang majikan mansion ini.
Keadaan di dalam mansion sangat meriah, berbagai makanan dihidangkan dari sebuah restoran dengan predikat Michelin Star Chef, tentunya tidak perlu diragukan lagi dengan rasa dari setiap masakannya, juga berbagai jenis minuman dari botol-botol yang sangat cantik dan unik bentuknya.
Mansion luas nan megah ini berdiri di pedalaman yang penuh dengan keasrian di sebuah negara yang sangat terkenal dengan keelokan pemandangan alamnya.
Sebuah negara yang terletak di kawasan Amerika Serikat, penamaan negara ini pun didasarkan dari letak geografis negaranya, yang dilintasi langsung oleh garis ekuator. Negara yang indah ini dinamai dengan Ekuador, yang merupakan bahasa Spanyol dari ekuator.
Ekuador merupakan negara pertama dengan penamaannya berdasarkan fitur geografis.
Negara indah ini tidak akan pernah menyangka bila salah satu penduduknya adalah seorang mafia hebat yang tidak kenal rasa takut kecuali dirinya sendiri.
Negara ini tidak akan pernah tahu jika salah satu penduduknya melakukan sebuah kegiatan ilegal, mafia itu tidak pernah tersentuh oleh badan hukum negara mana pun, tidak pernah terjamah oleh aparat negara mana pun, tetapi dia secara nyata terhukum oleh dirinya sendiri.
Pintu mansion terbuka lebar, seorang pria tampan masuk dengan mengenakan jas panjang, kali ini jas panjang yang ia kenakan berwarna biru tua, dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya membuat dirinya terlihat sangat tampan dan meyakinkan.
Suasana hati sang pria tampan saat ini sedang tidak baik, perasaannya diliputi oleh keraguan dan kecemasan, hari ini sang pria tampan begitu sensitif, padahal beberapa jam sebelumnya dirinya begitu gembira.
Melihat di dalam mansion begitu penuh, berisik membuat dirinya begitu marah, apalagi sorot lampu yang begitu terang menyilaukan mata, untung saja dia mengenakan kacamata hitam, sehingga tidak membuat matanya sakit akibat menerima banyak cahaya secara langsung.
“Hei, senang melihat kau kembali dengan selamat, kau mau?” sapa seorang pria dengan tubuh yang kekar terawat, sembari menyentuh lengan pria tampan. Pria kekar itu menawarkan minuman berwarna cokelat keemasan, yang sedang dia pegang kepada pria tampan yang baru saja datang entah dari mana.
“Tidak perlu menyentuhku, kawan, aku tidak selera dengan minuman itu,” jawabnya ketus, sang pria tampan menepis tangan pria yang menawari minuman padanya. Dia tegas, terlalu kaku, dan hari ini dia terlihat sangat galak.
Pria tampan dengan jas panjang itu meneruskan langkah kakinya untuk mencari sosok orang yang selalu bersama dengan dirinya kemanapun dia pergi, entah kenapa dia kehilangan jejaknya. Dia melihat banyak orang di sekitarnya, dia mendengus terlihat tidak nyaman.
“Albert …!” teriaknya. Membuat orang-orang terkejut.
“Di mana dia?” tanya pria itu pada dirinya sendiri.
“Hei, kau. Kau lihat Albert?” tanya dia pada seorang laki-laki yang sama kekarnya dengan pria yang menawarinya minuman di depan tadi.
“Aku belum melihatnya hari ini,” jawabnya.
“Albert …!” teriaknya lagi, kali ini dia berteriak lebih keras lagi, sehingga orang-orang yang kebetulan melihat padanya diam seketika.
Setelah tidak menemukan orang yang dia cari, pria itu melanjutkan kembali langkahnya menuju ruangan lainnya yang tidak kalah ramai.
“Albert …!” teriak pria itu lagi. Dia sudah sampai di dalam mansion dengan berbagai furnitur antik, melihat ke sana ke mari tetapi tidak kunjung menemukan sosok seorang Albert yang dia teriakan namanya dari depan mansion tadi.
“Albert, di mana kau?!” teriakannya semakin nyaring.
Karena lama tidak ada jawaban dari Albert, membuat dia semakin geram, kemarahannya memuncak, ia berjalan mendekati sebuah guci, ia bawa guci itu dan dengan sengaja dia lemparkan sebuah guci mewah itu, harga dari sebuah kemarahan yang sangat tinggi.
Karena hanya dengan satu guci itu saja kita semua bisa membeli satu mobil merek terkenal dari keluaran terbaru, guci itu hancur berkeping-keping.
Orang-orang yang sedang menikmati pesta pun berhamburan, melihat pecahan guci yang dilempar dengan sengaja, oleh seorang pria yang tengah berdiri dengan wajah yang sudah merah padam. Mereka panik, tetapi tidak tahu harus berbuat apa, tidak ada satu pun yang berani menanyakan tentang apa yang terjadi.
“Albert, di mana dia?!” tanya pria itu dengan begitu marah, mencoba bertanya pada setiap orang yang kebetulan satu ruangan dengannya.
Seorang laki-laki tinggi dan penuh kewibawaan datang dengan tergesa menghampiri seorang pria yang sedang naik pitam saat ini. Dia berjalan mendekati, menghalau kerumunan orang-orang, dia begitu terkejut melihat serpihan-serpihan guci yang berhamburan di lantai mansion yang mewah ini.
“Albert, dari mana saja kau?” tanya sang pria tampan begitu melihat sosok yang sedari tadi ia cari. Albert yang mendapat pertanyaan seperti itu dibuat heran olehnya, pasalnya sebelum pria tampan ini tiba di mansion, dia meminta Albert untuk membuka file dokumen yang ia kirimkan olehnya melalui pesan surel.
“Aku sedang melihat dokumen penting yang semalam kau kirim, Ars. Ada apa? Kenapa di sini kacau sekali? Kau terlibat pertengkaran?” Melihat kekacauan yang terjadi, membuat Albert panik, berbagai pertanyaan datang bertubi-tubi darinya.
Ars orang yang dipanggil oleh Albert adalah Arshaka Dean, sang mafia hebat yang telah memenangkan pertempuran besar dan kecil, bersama dengan pasukannya ataupun oleh dirinya sendiri, yang pasti dia melakukannya selalu dengan tangan kosong.
Arshaka Dean, seorang mafia hebat dengan misi-misi yang selalu terselesaikan dengan cantik, dengan taktik-taktik yang ciamik. Arshaka Dean yang memenangkan pertarungan di pelabuhan pada malam hari yang begitu mencekam waktu itu. Arshaka Dean, yang kemarin malam telah menyeberangkan bahan-bahan berbahaya yang bisa meledakkan sebuah negara.
Dirinya memang seorang mafia, tetapi Arshaka Dean memiliki paras yang sangat tampan, dengan rambut panjang yang sedikit ikal, selalu diikat, menambah kesan gagah dengan pesonanya. Arshaka Dean selalu memakai jas panjang untuk melengkapi penampilannya, dengan tinggi badannya yang menjulang membuat keberadaannya sangat mengancam banyak orang. Umurnya 33 tahun saat ini.
“Tidak perlu banyak bertanya, Albert. Kenapa lama sekali kau datang, Albert?” tanya Arshaka Dean.
“Aku sedang fokus memeriksa dokumen, di kantor utama. Ada apa di sini, kenapa guci hancur berantakan?” tanya Albert sembari melihat ke lantai yang dipenuhi pecahan guci.
“Jangan bertanya lagi, Albert. Bereskan semua kekacauan ini, dan satu lagi siapa yang mempunyai ide dengan acara seperti ini di mansion-ku, Albert?” tanya Ars.
“Mereka hanya ingin merayakan kemenangan kita, Ars. Biarkan mereka bersenang-senang,” saran Albert.
“Apa? Bersenang-senang bisa di tempat lain, Albert. Untuk apa semua orang ada di sini, Albert?!” teriak Ars.
“Mereka ingin merayakan bersamamu, Ars. Ayolah, Ars,” bujuk Albert.
“Tidak perlu ada perayaan, Albert. Bubarkan semua orang, atau akan aku hancurkan semua yang ada di sini,” ancam Ars.
Malang bagi Albert, semua yang terucap dari mulut Arshaka Dean adalah sebuah perintah bagi siapa saja yang mendengar ucapannya. Albert dengan nama asli Albert Abercia adalah seorang asisten pribadi yang sudah bekerja dengan Arshaka Dean dalam waktu yang sangat lama, bahkan Albert telah menemani Arshaka Dean dari sebelum menetap di Ekuador.
Albert sangat setia pada Arshaka Dean, dia sebenarnya adalah bawahan langsung dari keluarga Arshaka sebelum semuanya hancur. Albert mengetahui perjuangan berat dari hidup seorang Arshaka Dean. Tugas Albert sangat sederhana, yaitu tunduk dan patuh atas perintah yang keluar dari mulut Arshaka Dean.
Albert Abercia berperawakan tinggi, bijaksana dan juga tampan, umurnya dua tahun lebih tua dari Arshaka Dean, berkacamata dan sangat cekatan melakukan tugas yang diberikan oleh Arshaka Dean kepadanya.
Albert selalu berpenampilan rapi, selalu mengenakan kemeja dan selalu ia lengkapi dengan jas, sangat disegani oleh semua penghuni mansion, tetapi jangan salah Albert tetap tunduk pada sang majikan, Arshaka Dean.
“Tunggu apalagi, Albert? Bubarkan semua orang, kosongkan mansion. Aku ingin tidur dengan nyaman,” perintahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments