Cahaya matahari mengintip dari balik jendela kaca, sinar-sinarnya memasuki kamar tidur milik Arshaka Dean. Pagi yang indah dengan cahaya matahari yang menyorot mansion mewah ini sudah tampak kehidupan, pelayan dan penjaga yang berada di mansion terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Mansion yang mereka tempati sangat luas, tidak heran jika pekerja yang bekerja di mansion ini begitu banyak, menyesuaikan dengan keadaan di dalam mansion.
Sedari tadi Albert berdiri di dalam kamar Arshaka Dean, Albert sang asisten pribadi memiliki akses untuk keluar masuk kamar Arshaka Dean. Albert mengamati wajah Arshaka Dean, dengan harap-harap cemas, Albert menyunggingkan senyum melihat wajah damai Arshaka Dean yang tertidur. Setelah semalam sempat marah dengan pesta yang diadakan di mansion-nya, Arshaka Dean tertidur dengan nyenyak tanpa ada gangguan dari siapa pun. Tetapi, situasi seperti inilah yang sangat ditakutkan oleh Albert, dan semua penghuni mansion.
Meskipun sudah sering mengalami hal ini, mereka tetap tidak mengharapkan sesuatu terjadi menimpa kepada majikan mereka. Ketika situasi yang sudah biasa, terjadi kembali, itu akan sangat merepotkan, bagi Albert, bagi pekerja di sini, maupun bagi Arshaka Dean sendiri. Albert sudah tidak terbendung lagi menahan rasa cemas dan khawatirnya, apalagi melihat kondisi Arshaka Dean tadi malam, Albert tidak mampu membayangkan apa yang akan terjadi hari ini. Albert tidak henti berdoa, meminta kepada sang Maha Besar kepercayaannya agar situasi buruk tidak datang, Albert sungguh-sungguh mengharapkan agar Arshaka Dean baik-baik saja.
“Selamat pagi, Paman?” sapa seseorang di kamar itu. Harapan Albert tinggallah harapan, semua doanya belum dikabulkan, Albert harus mengatasi situasi seperti ini sekali lagi. Seseorang yang tidak diharapkan kehadirannya, menyapanya dengan riang gembira.
“Se …, se …, selamat pagi, Edmund. Apa kabar, Edmund?” Albert menjawabnya dengan kegugupan, hingga ia terbata-bata menjawab sapaan Edmund.
“Kenapa Paman, sakitkah?” tanya Edmund khawatir.
“Oh, tidak aku baik-baik saja,” jawab Albert, bohong.
“Lama tidak bertemu, Paman. Apakah semuanya baik-baik saja?” tanya Edmund.
“Semuanya lancar, Edmund. Iya, sudah lama sekali kita tidak bertemu, bagaimana keadaanmu?” tanya Albert.
“Aku merasa lebih baik pagi ini, aku terbangun seperti sudah melakukan tidur yang lama sekali, Paman,” jawab Edmund.
“Padahal aku hanya tertidur satu malam saja, bukan?” tanyanya kembali.
“Iya, kau benar, Edmund,” jawab Albert.
“Di mana Kakak, Paman?” tanya Edmund. “Aku sudah terlalu lama tidak melihatnya,” lanjut Edmund.
“Kakakmu sedang pergi keluar kota untuk bekerja, Edmund. Mungkin beberapa hari lagi kakakmu akan segera pulang,” jawab Albert.
Kaulah, Kakak itu, Edmund. Arshaka Dean ada di dalam dirimu, kau tidak akan bertemu dengannya sampai kapan pun, kecuali takdir memberi kesempatan kepada kalian, batin Albert.
“Baiklah. Tetapi, kenapa setiap aku datang, Kakak selalu pergi, Paman? Apakah Kakak tidak menyukai aku datang mengunjunginya?” tanya Edmund.
“Tidak mungkin, Edmund. Kakakmu sangat menyayangimu, memang saat ini kakakmu sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, Edmund. Kakakmu pasti menyesal tidak bisa bertemu denganmu seperti ini.” Albert memberi pengertian kepada Edmund untuk menenangkan perasaannya.
“Ars! Aku harus pergi, mereka memintaku pergi ke kantor!” teriak Watson di ambang pintu kamar Arshaka Dean. Watson terbangun setelah semalam ia tidur tanpa meninggalkan jejak.
Albert yang mendengar teriakan itu, menggelengkan kepalanya kepada Watson, memberi tanda bahwa Arshaka Dean masih tertidur, dan yang berada di hadapannya bukan Arshaka Dean. Watson yang mengerti dengan petunjuk itu, ia menatap Edmund yang juga menatapnya.
“Hei, temannya Kakak, sudah lama tidak melihatmu,” sapa Edmund kepada Watson.
“Kabar baik, Edmund. Maafkan aku. Aku salah mengira, kupikir kau Ars, Edmund,” balasnya.
“Tidak masalah, mungkin karena wajahku sangat mirip dengan kakakku, bisa saja salah mengira. Kakak menginap di sini, kenapa semalam kita tidak bertemu?” tanya Edmund.
“Iya, aku tidur di sini. Sepertinya semalam aku langsung tertidur, jadi tidak sempat melihatmu,” jawab Watson.
Setelah sapaan mereka selesai, Albert berjalan mendekati Watson, ada hal yang ingin disampaikan oleh Watson sepertinya. Albert menangkap isyarat yang diberikan oleh Watson kepadanya tadi.
“Apa keadaannya memburuk, Albert?” tanyanya langsung kepada Albert.
“Sepertinya begitu, semalam dia kesakitan, aku tidak tega melihatnya,” jawab Albert.
“Sejak kapan dia seperti ini?” tanyanya lagi.
“Kondisi seperti ini selalu tiba-tiba, Watson,” ujar Albert pilu.
“Baiklah, aku harus pergi, Albert. Kabari aku jika sesuatu yang buruk terjadi, Albert,” pinta Watson.
“Akan aku ingat, terima kasih,” jawab Albert.
“Baiklah, aku pergi,” pamitnya. “Aku pergi dulu, Edmund. Kita bertemu lagi nanti,” pamit Watson kepada Edmund.
“Iya, segeralah berkunjung kembali, Kak,” balasnya.
Watson melambaikan tangannya, dan pergi dari kamar Arshaka Dean. Pagi ini memang Arshaka Dean masih tertidur, dia entah kapan akan terbangun kembali, semalam dia sudah mewanti-wanti untuk bersiap kepada Albert. Bersiap untuk kemungkinan akan ada tamu yang tidak diharapkan datang, meskipun tidak siap dengan keadaan serba mendadak ini, Albert harus patuh terhadap perintahnya. Dan pagi yang damai ini, tamu itu datang, Albert tidak pernah menyangka kedatangannya akan secepat ini. Tamu itu tidak lain adalah Edmund Dean, dia juga masih atasannya, maka Albert sudah seharusnya patuh akan setiap perintahnya.
“Kenapa aku memakai pakaian, Kakak?” tanya Edmund pada dirinya sendiri.
Albert yang mendengar itu segera mendatangi Edmund kembali, Albert harus meneliti setiap tingkah laku Edmund mulai sekarang, seperti biasanya. “Mungkin kau salah memakai pakaian, Edmund. Sepertinya semalam kau terburu-buru karena mengantuk,” ujar Albert.
“Seperti itu ya, Paman? Kenapa pakaian Kakak suram seperti ini, sungguh tidak keren Kakak ini,” ejek Edmund.
“Apakah pakaianku masih ada di sini, Paman?” tanya Edmund lagi.
“Ada, Edmund. Masih tersimpan dengan baik, semua masih seperti semula, Edmund. Jika ingin berganti pakaian, kau pasti tahu harus ke mana, bukan?”
“Iya, aku tahu sekali,” balasnya.
Arshaka Dean masih tertidur dan kemungkinan menghilang sejak pagi ini, yang ada hanya raganya saja yang dipinjam oleh Edmund Dean. Arshaka Dean dan Edmund Dean adalah dua kepribadian yang menempati satu tubuh. Bingung, bukan? Arshaka Dean, sang mafia hebat kita memiliki gangguan identitas yang mana dalam kondisi tertentu Arshaka Dean akan berganti kepribadian, penyakit ini disebut dissociative identity disorder (DID). Ini merupakan rahasia terbesar dari seorang mafia hebat bernama Arshaka Dean, selain penghuni mansion, Albert, dokter pribadi, guru pribadi, dan Watson, tidak ada lagi yang mengetahui kondisi Arshaka Dean.
“Aku mau berganti pakaian, Paman. Pakaian Kakak, sungguh tidak nyaman, jelek sekali seleranya,” katanya.
“Mari, aku antar,” ajak Albert.
Edmund Dean beranjak dari tempat tidur, berlari ke ruang yang disediakan untuk pakaian, di ruangan ini terdapat lemari-lemari indah dan besar yang dipenuhi dengan pakaian berbagai merek terkenal. Satu lemari di sisi kanan pintu, penuh dengan jas panjang berbagai warna gelap dan kemeja, serta pakaian lainnya milik Arshaka Dean, sedangkan di sampingnya ada lemari yang biasa menyimpan pakaian milik Edmund Dean, berbagai pakaian berwarna cerah dan beragam memenuhi lemari itu, sangat bertolak belakang sekali dengan Arshaka Dean.
“Lihatlah, Paman. Pakaian Kakak, membosankan sekali, kenapa orang seperti dia betah berpakaian seperti ini? Bukankah wajah kita sangat mirip, kenapa Kakak punya selera yang payah sekali,” ejek Edmund pada Arshaka Dean, secara tidak langsung Edmund menghujat dirinya sendiri.
“Semua orang mempunyai selera yang berbeda, Edmund. Begitu pun denganmu dan kakakmu itu.”
Edmund memilih pakaian yang akan dia kenakan, setelah berlama-lama dalam menentukan pakaian yang akan ia pakai, akhirnya ia menjatuhkan pilihan pada t-shirt berwarna biru muda dipadukan dengan celana jeans dengan warna senada. Edmund terlihat sangat segar dengan pakaian itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Alea Wahyudi
baru paham klo ternyata ars punya 2 kepribadian...
2022-11-24
1