Rosalina kaget karena tangannya merasa dipegang oleh seseorang. Dan benar saja, ketika dia menoleh ternyata Kenzo memegang tangannya hingga langkah kakinya terhenti.
Tatapan mata Rosalina seolah bertanya pada Kenzo dan dia mengerti arti tatapan dari Rosalina itu.
"Tolong temani saya di sini," ucap Kenzo lirih seolah tak bertenaga.
Kemudian dia memejamkan matanya kembali. Dan melepaskan tangan Rosalina dengan lemas.
Rosalina tidak tega melihat Kenzo yang lemah seperti itu. Dia juga tidak bisa membiarkan orang yang sedang membutuhkan bantuannya.
Rosalina mengambil kursi yang ada di dalam kamar tersebut. Diletakkannya kursi tersebut di sebelah ranjang Kenzo.
Tangannya selalu memeriksa temperatur badan Kenzo dengan meletakkannya pada dahi Kenzo.
Entah mengapa, baby Chintya sangat nyenyak tidurnya, seolah dia tahu jika papanya sedang sakit saat ini.
Hingga dini hari, mata Kenzo terbuka dan dia mendapati Rosalina masih berada di dekatnya. Lebih tepatnya dia tertidur saat ini di dekat Kenzo dengan posisi duduk.
Kepala Rosalina diletakkan pada pinggiran ranjang Kenzo yang kosong tidak terjamah oleh tubuh Kenzo.
Kenzo menatap wajah Rosalina yang menenangkannya di saat matanya terpejam seperti itu. Diingatnya kembali apa yang terjadi semalam.
Apa dia benar-benar semalaman berada di sini? Lalu bagaimana dengan Chintya? Apa dia tidak rewel seperti biasanya? pertanyaan-pertanyaan itu hanya mampu diucapkan oleh Kenzo dalam hatinya.
Tanpa dia sadari, bibirnya tersenyum melihat wajah damai Rosalina ketika sedang tidur. Tangannya tanpa sadar terulur di atas kepala Rosalina dan mengusapnya perlahan.
Entah apa yang membuat Kenzo bersikap seperti itu pada Rosalina. Dia juga tidak tahu mengapa dia menyuruh Rosalina untuk menungguinya di dalam kamarnya.
Sebenarnya semalam trauma itu datang kembali. Setiap ada yang mengungkit tentang Levia, mendiang istrinya, pasti Kenzo akan bermimpi buruk, kadang dia mengigau dan tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Namun, semalam dia tidak hanya bermimpi buruk dan mengigau saja, badannya panas disertai dengan keringat dingin yang membanjiri tubuhnya.
Perlahan mata Rosalina terbuka, dan Kenzo yang tangannya masih berada di atas kepala Rosalina segera menurunkan tangannya secara perlahan dan kembali memejamkan matanya, berpura-pura tertidur.
Rosalina terkejut ketika mendapati dirinya tertidur dengan posisi seperti itu.
"Aduh... bisa-bisanya aku tertidur di saat menjaga orang yang sedang sakit. Keadaannya gimana ya? Apa badannya udah gak panas lagi?" ucap Rosalina sambil menempelkan punggung tangannya pada dahi Kenzo.
"Syukurlah panasnya udah reda. Oh iya Chintya, semalam dia tidak menangis sama sekali. Lebih baik aku lihat saja sekarang," ucapnya kemudian.
Dengan berjalan cepat Rosalina bergegas menuju kamar baby Chintya. Ternyata baby Chintya masih saja tertidur nyenyak, tidak seperti biasanya dia sering sekali terbangun dan menangis rewel hingga lama sekali terdiam.
Ternyata Chintya benar-benar tidak terbangun. Kira-kira kenapa dia bisa berbeda sekali jika diasuh oleh Rosalina? Kenzo berkata dalam hatinya.
Matanya kembali terpejam ketika mendengar suara derap kaki yang dia yakini adalah langkah kaki Rosalina yang menuju kamarnya.
Ternyata memang benar apa yang dipikirkan oleh Kenzo. Rosalina masuk ke dalam kamarnya dengan membawa semangkuk bubur dan segelas air putih.
"Aku taruh di sini aja kali ya. Gak mungkin dia gak tau kan? Masa' dia gak tau? Pasti tau lah," Rosalina bermonolog disertai keraguannya.
"Ah daripada nanti udah dingin gak dimakan, mending aku bangunin aja deh. Bodoh amat dah diomelin. Daripada mubazir kan?" ucap Rosalina kembali.
Celotehan Rosalina itu mampu membuat tawa dalam hati Kenzo. Namun, dengan sekuat tenaga dia menahannya agar tawanya itu tidak keluar dari mulutnya.
"Om, Om, Om Kenzo, bangun Om. Ini ada bubur masih hangat. Dimakan dulu Om, setelah itu diminum obatnya," ucap Rosalina sambil menepuk-nepuk pelan tangan Kenzo.
Mata Kenzo pun terbuka. Dia tidak tega melihat Rosalina khawatir padanya.
"Dimakan dulu Om," ucap Rosalina ketika melihat mata Kenzo sudah terbuka.
Rosalina memberikan mangkuk bubur itu di depan Kenzo, dan Kenzo hanya memandangnya tanpa berniat untuk menerimanya.
"Om mau disuapin lagi?" ceplos Rosalina tanpa berpikir.
Kenzo diam dan hanya menatap Rosalina dengan berkata dalam hatinya,
Suapi aku!
Seolah tau arti tatapan mata Kenzo padanya, tanpa memikirkan apapun Rosalina mengambil sendok yang ada dalam mangkuk tersebut dan menyuapkan bubur sesuap demi sesuap ke mulut Kenzo.
"Om, tau gak sih, Om tuh kayak anak kecil kalau lagi sakit. Ngalah-ngalahin Chintya tau gak? Untung aja Chintya pinter, dia semalaman gak kebangun. Tidurnya pulas banget. Mungkin dia tau kalau Papanya sedang sakit dan baby sitter nya ini dipinjam oleh Papanya untuk mengurusinya."
Rosalina mengomel pada Kenzo seiring dia menyuapkan bubur ke dalam mulut Kenzo.
Kenzo menutup mulutnya dan menatap tajam pada Rosalina. Melihat hal itu Rosalina baru sadar jika dirinya terlalu lancang untuk mengomeli tuan rumahnya.
Bibir Rosalina tertutup rapat dan dia tersenyum tanpa membuka bibirnya, mencoba untuk membuat Kenzo tidak marah padanya.
"Gak ikhlas? Gak usah kalau gak ikhlas," ucap Kenzo lirih dengan menatap intens mata Rosalina.
"Eh enggak Om, ikhlas kok, ikhlas banget malahan. Kita sebagai manusia kan harus tolong menolong ya Om," ucap Rosalina sambil tersenyum lebar dan menyuapkan kembali bubur yang tersisa dalam mangkuk ke dalam mulut Kenzo.
"Tumben Bik Narmi udah datang?" tanya Kenzo setelah menelan buburnya.
"Belum datang kok Om," jawab Rosalina sambil menyuapkan kembali bubur terakhir yang tersisa dalam mangkuk tersebut.
"Lah ini?" tanya Kenzo sambil menunjuk mangkuk bubur yang sudah kosong itu dengan matanya.
"Saya yang buat. Kenapa Om, gak enak ya? Tadi udah saya cicipi enak kok," ucap Rosalina ketakutan.
"Enak kok. Kamu udah biasa masak?" tanya Kenzo kembali.
"Saya udah biasa mengerjakan pekerjaan rumah Om. Lagian kalau cuma masak bubur aja sih gampang Om. Saya udah terbiasa merawat adik-adik saya dan jika mereka sedang sakit, saya juga yang merawatnya," jawab Rosalina dengan bangganya.
Kenzo tersenyum tipis melihat ekspresi kebanggan dari Rosalina setelah dia ketakutan pada saat ditanya olehnya.
"Nanti saya pasti akan memberikan bonus untuk kamu karena merawat saya yang sedang sakit," ucap Kenzo sambil meraih gelas yang berisi air putih di atas nakasnya.
Dengan cekatan Rosalina mengambilkan gelas tersebut dan memberikannya pada Kenzo beserta dengan obatnya.
"Beneran ya Om, janji?" tanya Rosalina untuk meyakinkan pendengarannya.
Kenzo pun mengangguk, kemudian dia menata bantalnya untuk digunakan tidur kembali.
"Kalau begitu sering-sering sakit aja deh Om, biar saya bisa merawat Om, biar dapat bonus terus-terusan," ucap Rosalina sambil terkekeh.
"Kalau begitu kamu pijat saja saya, biar kamu dapat bonus lagi," ucap Kenzo bermaksud menjahili Rosalina.
"Apa?!" seru Rosalina tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Allya Azzara
modus
2022-10-10
0
Widya Sari Widya Widya
lanjut lagi dong
2022-09-29
1