Alisya & Albar

Alisya & Albar

Chapter 1

Menceritakan kisah pertemuan antara Albar, seorang jendral TNI yang gagah dan Alisya, seorang gadis muda yang ceria. Mereka bertemu dalam situasi yang penuh tantangan, saat Indonesia dilanda bencana yang mengharuskan mereka terikat dalam cinta yang penuh romansa. Bersama-sama, mereka akan membawa kita kembali ke masa di mana teknologi elektronik belum menguasai dunia.

Namun, apakah kisah mereka akan berakhir bahagia selamanya? Yuk, langsung saja kita ikuti ceritanya.

Alisya dan Albar mengisahkan kisah tragis yang terjadi pada tahun 2021, saat bencana dahsyat melanda tidak hanya Indonesia, tetapi juga beberapa negara di dunia. Bencana ini menghancurkan hampir semua negara, meruntuhkan rumah, gedung, dan segalanya.

Albar, seorang Mayjend TNI bernama Rasyid Albar Aquary, adalah pria yang tegar dan memiliki postur tinggi. Sedangkan Alisya, seorang gadis cantik, masih muda, dan penuh semangat, menjadi peran wanita dalam kisah ini.

Jam 15:02 (Jakarta)

Beberapa saat sebelum bencana datang, Albar bersama empat anggota TNI AD lainnya sedang ditugaskan di Sulawesi Selatan untuk mengirim bantuan sosial ke beberapa desa yang terkena banjir. Mereka berjuang keras untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

08:45 (Sulawesi Selatan)

Setelah menyelesaikan misi pengiriman bantuan, Albar dan timnya hendak pulang. Namun, mereka mendapatkan kabar bahwa di Jakarta terjadi bencana tsunami. Kabar tersebut segera disampaikan kepada Albar oleh pilot TNI, yang juga seorang Mayor. Tanpa waktu yang lama, berita tentang kehancuran tersebut menyebar tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.

Judul beritanya memang cukup menggambarkan situasi yang sedang terjadi. Semua warga sedang menonton televisi dan melalui ponsel mereka menyaksikan bencana yang begitu menyayat hati. Wajah mereka terlihat tegang, mereka merasa pasrah dan berdoa untuk keselamatan keluarga dan diri sendiri.

Pak Albar menerima kabar bahwa saat ini hanya Sulawesi yang masih aman, namun diperkirakan akan mengalami kehancuran seperti daerah lainnya. Ia berpikir keras tentang apa yang harus dilakukan, namun ia menyadari bahwa tidak akan mampu menolong semua masyarakat yang membutuhkan, terutama dengan hanya ada satu pesawat transportasi.

Pukul 09:03 malam

Tiba-tiba, burung-burung mulai terbang dengan gelisah, dan semua hewan berlarian ke sana-sini, seolah-olah mereka sudah merasakan keburukan yang akan terjadi.

"Pak, kita harus pergi," ucap TNI Mayor.

"Tapi bagaimana dengan mereka?" ucap Pak Albar yang merasa tidak tega meninggalkan masyarakat.

"Pak, kita tidak akan mampu menolong mereka semua," ucap TNI Mayor dengan penuh kekhawatiran.

Berita kembali muncul, mengabarkan bahwa setengah wilayah Sulawesi telah hancur akibat tsunami. Semua orang yang menonton berita tersebut merasa ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa. Mereka hanya bisa berdoa dan pasrah menghadapi situasi yang sulit ini.

Pak Albar dan TNI lainnya dengan sedih dan gelisah melihat semua orang, mereka menangis dan berdoa. Berita kembali mengabarkan bahwa Jakarta, Kalimantan, Sumatra, Aceh, dan daerah lainnya telah hancur.

Pukul 09:32 malam, tiba-tiba angin ****** beliung yang sangat kuat datang dan menghancurkan perumahan. Semua orang berlarian kesana kemari untuk menyelamatkan diri.

Pak Albar dan empat TNI lainnya segera mengarahkan warga untuk berlari ke daerah yang belum terkena bencana. Mereka masuk ke rumah-rumah orang untuk membangunkan mereka agar segera meninggalkan rumah.

Pukul 09:50, Pak Albar melihat dari jendela salah satu rumah ada seorang wanita yang sedang tidur pulas. Pak Albar mencoba membangunkannya, tetapi wanita itu tidak terbangun. Pak Albar terpaksa mendobrak pintu rumah wanita tersebut. Dia melihat keretakan di dinding rumah dan segera mengangkat wanita itu keluar dari rumah.

"Lapor! Pak, Semua warga telah kami arahkan ke tempat yang aman," ucap Pak Albar kepada TNI Mayor.

"Saya merasa tidak pantas sebagai TNI. Kita tidak mampu menolong mereka. Kita mengarahkan mereka untuk pergi, tapi mereka tidak tahu bahwa tempat yang mereka tuju juga belum tentu aman," ucap Pak Albar sambil menggendong wanita yang masih tertidur.

"Pak, kita hanya manusia biasa. Ini semua adalah kehendak Allah. Saat ini, kita tidak bisa menolong mereka karena kita juga harus menolong diri sendiri. Di saat seperti ini, jabatan tidak lagi berguna," ucap TNI Mayor.

Pak Albar dan TNI lainnya segera naik pesawat dan lepas landas. Pak Albar meletakkan Alisya dan memberikan baju tentaranya untuk menutupi tubuh Alisya.

Tidak lama kemudian, Alisya terbangun dan bingung mengapa dia berada di pesawat bersama TNI. Dia segera menyadari bahwa dia hanya mengenakan baju tidur yang sedikit terbuka dan segera menutupi tubuhnya dengan baju Pak Albar.

TNI Dony menceritakan semua yang telah terjadi dan mengapa Alisya berada di tempat ini. Setelah menjelaskan, Dony bertanya tentang nama Alisya, dan Alisya mengaku namanya Alisya.

Mendengar penjelasan dari Dony, Alisya terlihat tidak percaya dan merasa sedih. Dia melihat perumahan yang mereka lewati di bawah mereka telah hancur akibat bencana tersebut. Alisya khawatir tentang keluarganya yang berada di daerah yang berbeda karena dia selama ini tinggal sendiri.

"Pak, apa yang terjadi dengan orang-orang di bawah? Apakah mereka selamat?" tanya Alisya, yang dijawab oleh Pak Rendi dengan hanya menggelengkan kepala dan menunjukkan ekspresi sedih, menandakan bahwa kemungkinan mereka tidak selamat.

Pak Albar dan yang lainnya memutuskan untuk pergi ke Raungan karena itu satu-satunya tempat yang aman dari bencana. Namun, karena cuaca buruk dan tidak memungkinkan untuk pesawat terbang, mereka singgah di Pulau Karangan sementara waktu menunggu cuaca membaik.

Karena tempatnya tidak cukup luas untuk pesawat mereka lepas landas, mereka turun menggunakan tali. TNI Dony bertanya kepada Alisya, "Apakah kamu bisa?" Alisya menjawab bahwa dia tidak bisa. TNI Randy menghibur Alisya, "Jangan takut, ini hanya seperti ini saja." Dia turun terlebih dahulu, diikuti oleh TNI lainnya.

Setelah semua turun kecuali Pak Albar dan Alisya, Alisya melihat ke bawah dan terlihat takut untuk melakukannya. Pak Albar berkata, "Sekarang giliranmu." Alisya mengatakan bahwa dia takut dan belum pernah melakukannya, khawatir akan jatuh. Pak Albar menegaskan, "Apakah kamu ingin tetap di sini atau turun?" Alisya mencoba melanjutkan perkataannya, tetapi Pak Albar segera menarik Alisya dan mereka turun. Alisya yang merasa takut memeluk erat Pak Albar dan menutup matanya.

Pukul 12.01 malam, Alisya dan TNI lainnya beristirahat, kecuali Pak Albar dan Pak Mayor yang tetap berjaga dan memeriksa situasi.

Pukul 06.07 pagi, TNI Albar, Mayor, Dony, Randy, dan Radinal sudah bangun dan sedang menikmati makanan mereka, kecuali Alisya yang masih tertidur pulas. Mereka melihat seekor landak mendekati Alisya dan bermain-main dengan baju Alisya. Para TNI tersenyum melihat hal itu, kecuali Pak Albar.

"Dia akan kaget saat dia bangun dan melihat landak tersebut," ucap TNI Dony.

"Sebentar lagi dia akan bangun, kita akan melihat reaksinya," ucap TNI Randy.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!