NovelToon NovelToon

Alisya & Albar

Chapter 1

Menceritakan kisah pertemuan antara Albar, seorang jendral TNI yang gagah dan Alisya, seorang gadis muda yang ceria. Mereka bertemu dalam situasi yang penuh tantangan, saat Indonesia dilanda bencana yang mengharuskan mereka terikat dalam cinta yang penuh romansa. Bersama-sama, mereka akan membawa kita kembali ke masa di mana teknologi elektronik belum menguasai dunia.

Namun, apakah kisah mereka akan berakhir bahagia selamanya? Yuk, langsung saja kita ikuti ceritanya.

Alisya dan Albar mengisahkan kisah tragis yang terjadi pada tahun 2021, saat bencana dahsyat melanda tidak hanya Indonesia, tetapi juga beberapa negara di dunia. Bencana ini menghancurkan hampir semua negara, meruntuhkan rumah, gedung, dan segalanya.

Albar, seorang Mayjend TNI bernama Rasyid Albar Aquary, adalah pria yang tegar dan memiliki postur tinggi. Sedangkan Alisya, seorang gadis cantik, masih muda, dan penuh semangat, menjadi peran wanita dalam kisah ini.

Jam 15:02 (Jakarta)

Beberapa saat sebelum bencana datang, Albar bersama empat anggota TNI AD lainnya sedang ditugaskan di Sulawesi Selatan untuk mengirim bantuan sosial ke beberapa desa yang terkena banjir. Mereka berjuang keras untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

08:45 (Sulawesi Selatan)

Setelah menyelesaikan misi pengiriman bantuan, Albar dan timnya hendak pulang. Namun, mereka mendapatkan kabar bahwa di Jakarta terjadi bencana tsunami. Kabar tersebut segera disampaikan kepada Albar oleh pilot TNI, yang juga seorang Mayor. Tanpa waktu yang lama, berita tentang kehancuran tersebut menyebar tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.

Judul beritanya memang cukup menggambarkan situasi yang sedang terjadi. Semua warga sedang menonton televisi dan melalui ponsel mereka menyaksikan bencana yang begitu menyayat hati. Wajah mereka terlihat tegang, mereka merasa pasrah dan berdoa untuk keselamatan keluarga dan diri sendiri.

Pak Albar menerima kabar bahwa saat ini hanya Sulawesi yang masih aman, namun diperkirakan akan mengalami kehancuran seperti daerah lainnya. Ia berpikir keras tentang apa yang harus dilakukan, namun ia menyadari bahwa tidak akan mampu menolong semua masyarakat yang membutuhkan, terutama dengan hanya ada satu pesawat transportasi.

Pukul 09:03 malam

Tiba-tiba, burung-burung mulai terbang dengan gelisah, dan semua hewan berlarian ke sana-sini, seolah-olah mereka sudah merasakan keburukan yang akan terjadi.

"Pak, kita harus pergi," ucap TNI Mayor.

"Tapi bagaimana dengan mereka?" ucap Pak Albar yang merasa tidak tega meninggalkan masyarakat.

"Pak, kita tidak akan mampu menolong mereka semua," ucap TNI Mayor dengan penuh kekhawatiran.

Berita kembali muncul, mengabarkan bahwa setengah wilayah Sulawesi telah hancur akibat tsunami. Semua orang yang menonton berita tersebut merasa ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa. Mereka hanya bisa berdoa dan pasrah menghadapi situasi yang sulit ini.

Pak Albar dan TNI lainnya dengan sedih dan gelisah melihat semua orang, mereka menangis dan berdoa. Berita kembali mengabarkan bahwa Jakarta, Kalimantan, Sumatra, Aceh, dan daerah lainnya telah hancur.

Pukul 09:32 malam, tiba-tiba angin ****** beliung yang sangat kuat datang dan menghancurkan perumahan. Semua orang berlarian kesana kemari untuk menyelamatkan diri.

Pak Albar dan empat TNI lainnya segera mengarahkan warga untuk berlari ke daerah yang belum terkena bencana. Mereka masuk ke rumah-rumah orang untuk membangunkan mereka agar segera meninggalkan rumah.

Pukul 09:50, Pak Albar melihat dari jendela salah satu rumah ada seorang wanita yang sedang tidur pulas. Pak Albar mencoba membangunkannya, tetapi wanita itu tidak terbangun. Pak Albar terpaksa mendobrak pintu rumah wanita tersebut. Dia melihat keretakan di dinding rumah dan segera mengangkat wanita itu keluar dari rumah.

"Lapor! Pak, Semua warga telah kami arahkan ke tempat yang aman," ucap Pak Albar kepada TNI Mayor.

"Saya merasa tidak pantas sebagai TNI. Kita tidak mampu menolong mereka. Kita mengarahkan mereka untuk pergi, tapi mereka tidak tahu bahwa tempat yang mereka tuju juga belum tentu aman," ucap Pak Albar sambil menggendong wanita yang masih tertidur.

"Pak, kita hanya manusia biasa. Ini semua adalah kehendak Allah. Saat ini, kita tidak bisa menolong mereka karena kita juga harus menolong diri sendiri. Di saat seperti ini, jabatan tidak lagi berguna," ucap TNI Mayor.

Pak Albar dan TNI lainnya segera naik pesawat dan lepas landas. Pak Albar meletakkan Alisya dan memberikan baju tentaranya untuk menutupi tubuh Alisya.

Tidak lama kemudian, Alisya terbangun dan bingung mengapa dia berada di pesawat bersama TNI. Dia segera menyadari bahwa dia hanya mengenakan baju tidur yang sedikit terbuka dan segera menutupi tubuhnya dengan baju Pak Albar.

TNI Dony menceritakan semua yang telah terjadi dan mengapa Alisya berada di tempat ini. Setelah menjelaskan, Dony bertanya tentang nama Alisya, dan Alisya mengaku namanya Alisya.

Mendengar penjelasan dari Dony, Alisya terlihat tidak percaya dan merasa sedih. Dia melihat perumahan yang mereka lewati di bawah mereka telah hancur akibat bencana tersebut. Alisya khawatir tentang keluarganya yang berada di daerah yang berbeda karena dia selama ini tinggal sendiri.

"Pak, apa yang terjadi dengan orang-orang di bawah? Apakah mereka selamat?" tanya Alisya, yang dijawab oleh Pak Rendi dengan hanya menggelengkan kepala dan menunjukkan ekspresi sedih, menandakan bahwa kemungkinan mereka tidak selamat.

Pak Albar dan yang lainnya memutuskan untuk pergi ke Raungan karena itu satu-satunya tempat yang aman dari bencana. Namun, karena cuaca buruk dan tidak memungkinkan untuk pesawat terbang, mereka singgah di Pulau Karangan sementara waktu menunggu cuaca membaik.

Karena tempatnya tidak cukup luas untuk pesawat mereka lepas landas, mereka turun menggunakan tali. TNI Dony bertanya kepada Alisya, "Apakah kamu bisa?" Alisya menjawab bahwa dia tidak bisa. TNI Randy menghibur Alisya, "Jangan takut, ini hanya seperti ini saja." Dia turun terlebih dahulu, diikuti oleh TNI lainnya.

Setelah semua turun kecuali Pak Albar dan Alisya, Alisya melihat ke bawah dan terlihat takut untuk melakukannya. Pak Albar berkata, "Sekarang giliranmu." Alisya mengatakan bahwa dia takut dan belum pernah melakukannya, khawatir akan jatuh. Pak Albar menegaskan, "Apakah kamu ingin tetap di sini atau turun?" Alisya mencoba melanjutkan perkataannya, tetapi Pak Albar segera menarik Alisya dan mereka turun. Alisya yang merasa takut memeluk erat Pak Albar dan menutup matanya.

Pukul 12.01 malam, Alisya dan TNI lainnya beristirahat, kecuali Pak Albar dan Pak Mayor yang tetap berjaga dan memeriksa situasi.

Pukul 06.07 pagi, TNI Albar, Mayor, Dony, Randy, dan Radinal sudah bangun dan sedang menikmati makanan mereka, kecuali Alisya yang masih tertidur pulas. Mereka melihat seekor landak mendekati Alisya dan bermain-main dengan baju Alisya. Para TNI tersenyum melihat hal itu, kecuali Pak Albar.

"Dia akan kaget saat dia bangun dan melihat landak tersebut," ucap TNI Dony.

"Sebentar lagi dia akan bangun, kita akan melihat reaksinya," ucap TNI Randy.

Chapter 2

Mendengar mereka tertawa membuat Alisya terbangun.

Melihat landak di dekatnya membuat Alisya segera bangkit dan tak sengaja tersandung yang membuatnya kaget sehingga kepala Alisya kejedot di batu karna terjatuh pada saat hendak lari.

Tni Randy, Dony dan Radinal segera menghampiri Alisya yang kepalanya sedikit berdarah.

"Nona Alisya,kepala nona." Ucap TNI Dony

"Saya baik baik saja." Ucap Alisya yang sembari membersihkan darah nya dengan tangannya.

TNI Dony, Randi dan Radinal segera mengajak Alisya untuk bergabung makan bersama.

"Nona Alisya tidak apa apa?." Tanya pak Mayor.

"saya baik baik saja pak." Ucap Alisya yang tersenyum.

"Ini makanan untuk nona Alisya." Ucap pak mayor.

"Wah, ini makanan tentara yah." Ucap Alisya yang segera mencoba makanan tersebut.

"Mmm ini enak banget, selama ini saya hanya melihat nya di YouTube." Ucap Alisya

"Ternyata nona penggemar TNI juga." Ucap TNI Randi

"Bukan hanya aku tapi semua orang suka sama tentara, mereka kan pahlawan." Ucap Alisya yang membuat pak Albar terbenung mendengar ucapan Alisya, Pak Albar merasa ia tidak berhak di panggil pahlawan karna tidak dapat menolong orang lain yang terkena bencana saat itu, Pak Mayor yang melihat hal tersebut, menepuk pundak Pak Albar untuk hanya berpasrah kepada Allah SWT.

Hari kedua 16.43

Karna cuaca yang masih buruk memaksakan mereka untuk tetap tinggal di pulau tersebut.

Pak Mayor membagi kelompok untuk Dony dan Radinal mencari ikan, Mayor dan Randi mencari kayu bakar dan pak Albar dan Alisya mencari makanan di hutan.

"Pak, apa di hutan ini ada makanan?." Tanya Alisya yang mencoba bertanya ke pak Albar namun di hiraukan.

"Tapi kan pak, saat orang sedang berpetualangan di hutan, mereka mendapatkan buah buahan gitu jadi pasti di hutan ini juga ada makanan, iya nggak pak." Ucap Alisya.

"Pak,pak?". Panggil Alisya.

"Pak." Teriak Alisya.

"Kalau kamu hanya berdiri dan mengoce terus disana, sampai pagi pun kita tidak akan mendapatkan makanan." Ucap Pak Albar

"Itu kan karna bapak tidak menjawab pertanyaan saya, coba bapak menjawabnya dari tadi pasti sudah selesai dari tadi iyakan pak." Ucap Alisya namun Pak Albar hanya sibuk mencari makanan dan mengabaikan kembali Alisya.

Alisya menemukan buah yang terlihat begitu lezat karna terdapat di tempat jurang, Alisya menarik tangan pak Albar dan menyuruhnya untuk tetap diam di tempat tersebut. Alisya berusaha menggapai buah tersebut saat sudah mengambilnya, tiba tiba kaki kiri Alisya terlihat hendak tergelincir, pak Albar yang melihat segera menarik pinggan Alisya, wajah Alisya yang begitu dekat dengan wajah pak Albar saat itu memandangi Alisya, namun lain dengan Alisya yang hanya masa bodoh dengan situasi tersebut sambil memakan buah yang ia dapat.

" Mmm ini rasanya enak." Ucap Alisya

Pak Albar segera mendorong Alisya dan melepaskan tangannya dari pinggang Alisya.

"aduh." Ucap Alisya yang tetap melanjutkan memakan buah tersebut,lain dengan pak Albar yang merasa canggung dengan situasi yang sebelumnya terjadi.

Alisya yang saat itu melihat kelinci mencoba mengejarnya dan dari depan pak Albar segera menangkap kelinci itu dan berniat akan menjadikan santapan malam mereka Alisya yang melihat nya segera merebut kelinci tersebut. Alisya tidak tega jika kelinci lucu itu di jadikan santapan dan berniat ingin membawah pulang dan akan memeliharanya.

Tidak begitu lama mereka berjalan Pak Albar mengambil sebuah tanaman dan menggigit nya agar tanaman tersebut hancur setelah itu ia mengoleskannya ke dahi Alisya yang terluka.

"Aduh sakit pak, bapak kan sudah menggigitnya,itu...?." Ucap Alisya.

"Kamu lihat di sini apa ada batu apa ada alat untuk meracingnya tidak ada kan meningan kamu diam jika luka kamu ini mau cepat sembuh." Ucap pak Albar yang kembali mengobati luka Alisya.

08.03 di peristirahatan

TNI Radinal TNI Radinal melaporkan ke pak Albar bahwa besok mereka bisa melanjutkan perjalanan karna cuaca sudah kembali membaik.

"Pak apa kita akan selamat." Ucap Alisya yang bertanya ke pak Albar namun di cuekin.

"Insyaallah kita akan selamat besok pagi kita akan ke desa Raungan karna cuma tempat itu yang aman dan kita akan tinggal disana." Ucap Pak Mayor.

"Tinggal di sana? Maksudnya kita akan tinggal di sana selamanya?." Tanya Alisya.

"Iya semua daerah sudah hancur kecuali tempat itu." Ucap Pak Mayor.

06.12 pagi

Pak Albar dan yang lainnya bersiap siap untuk melanjutkan perjalanan.

09.01 pagi

Mereka telah tiba di Raungan yang Alhamdulillah masih ada beberapa orang yang selamat, mereka mengecek berapa masyarakat yang selamat dan terdapat laki laki 11 orang termasuk 5 dari mereka dan 203 wanita, rata rata di antara mereka gadis dan juga terdapat janda karna suaminya meninggal disebabkan bencana tersebut.

Beberapa hari kemudian

"Kita harus menambah populasi kita dan menambah populasi laki laki kembali karna tidak mungkin kita tinggal di negara kita dengan mayoritas wanita." Ucap TNI Mayor.

"Jadi apa rencana kita pak?." Tanya TNI Dony "Para laki laki harus menikahi wanita dengan minimal 20 wanita." Ucap pak Mayor.

"waw, bahkan saya tidak pernah membayangkan akan menikahi 3 wanita." Ucap TNI Randi.

"Tapi bagaimana dengan pak Albar apakah bapak akan menyetujui nya?." Tanya Radinal

"Biarkan saya yang akan berbicara dengan pak Albar." Ucap pak Mayor.

Setelah pak Mayor membicarakan rencana mereka pak Albar menyetujui hal tersebut mengingat populasi mereka yang sedikit terlebih populasi pria.

Pak Mayor segera menyuruh masyarakat untuk berkumpul dan menjelaskan maksud dari rencana mereka dan Alhamdulillah mereka semua dapat paham dan mengerti, kini perkawinan massal akan di lakukan.

"Bro, ini mah di namakan surga." Ucap TNI Dony yang tersenyum.

"Surga si surga, tapi apa kita tidak akan kelelahan melayani 29 Istri." Ucap TNI Rendi.

"Nikmati aja bro." Ucap Dony.

"Nikmati apanya lihat dari salah satu mereka sudah berumur alias nenek nenek siapa yang akan menikahi dia." Ucap Randi.

"Yang beruntung." Ucap Dony yang tertawa.

Pak albar dan pak Mayor segera membagi kelompok siapa yang akan menjadi istri dari 11 lelaki tersebut.

Tidak beberapa lama Alisya datang dan bertanya apa yang sedang mereka bicarakan.

"Nona Alisya dari mana?." Tanya Dony.

"Dari bermain dengan moci ( kelinci yang ia beri nama moci)." Ucap Alisya.

TNI Dony menjelaskan maksud dari rencana Pak Mayor dan ia juga akan termasuk dalam kelompok untuk jadi istri dari salah satu pria tersebut.

Tentu saja Alisya kaget karna rencana nya untuk menikah dengan suami idamannya dan hidup bahagia berdua selamanya hanya angan angan semata.

"What!, wait, wait ini rencana gila." Ucap Alisya.

"Nona Alisya kita harus melakukan ini untuk menambah populasi kita." Ucap TNI Dony.

"Aku bisa gila, tidak tidak tidak aku memang sudah gila." Ucap Alisya.

"Saya tidak mau menikah biar saya jomblo tua." Ucap Alisya yang membuat TNI Dony, Randi dan Radinal tersenyum dengan tingkah Alisya.

Pak Albar dan Pak Mayor menghampiri Alisya, Pak Mayor menjelaskan maksud dari rencana mereka dan Alisya hanya bisa pasrah.

"Nona Alisya tidak usah cemberut begitu, kalau nona Alisya mau saya siap menjadikan nona Alisya sebagai istri satu satunya yang saya cintai." Ucap Dony.

"Tidak mau." Ucap Alisya yang menunjukkan wajah cemberutnya.

"Nona Alisya saya dan Pak Albar sudah menemukan kelompok nona, nona ada di kelompok A, silahkan bergabung di sana." Ucap Pak Mayor.

"(Siapa yang akan jadi suami saya, tidak masalah lah siapa yang bakal suami saya yang penting saya tidak ingin jadi istri yang sesungguhnya lagi pula ini rencana konyol)." Ucap Alisya dalam hati.

Kelompok C dan D telah melangsungkan perkawinan dan kini giliran kelompok A yang segera masuk ke dalam tenda sederhana tersebut.

Alisya yang melihat dony berada di dalam ruangan tersebut.

"(apa, jadi dia yang bakal suami saya)." Ucap Alisya dalam hati yang merasa tidak terlalu senang.

Chapter 3

Tiba tiba dari belakang Alisya, datang Pak Albar, yang segera duduk dan mengucapkan ijab kabul.

"(Ha, bukan dony, tapi pak Albar, wah kalau dia mah setiap hari malas bicara, bagaimana caranya jadi istri dia)." Ucap Alisya dalam hati sambil mengelus moci (kelinci) peliharaan nya.

Tidak jauh dari tempat tersebut.

"Bapak tahu juga mana cocok buat pak Albar." Ucap Radinal kepada Pak Mayor yang tersenyum.

"Pak Albar memang cocok dengan nona Alisya." Ucap Randi.

Beberapa hari kemudian, setelah pernikahan massal tersebut, kini semuanya menjalankan aktifitas nya masing masing.

Pagi yang cerah di sertai angin yang sepoi-sepoi di temani kicauan burung yang begitu merdu, Alisya yang sedang duduk di bawah pohon terlihat menikmati suasana tersebut.

"Nona, nona mengapain di sini sendiri?." Tanya Dony yg menghampiri Alisya.

"Siapa bilang sendiri,saya berdua dengan moci (kelinci) kesayangan nya." Ucap Alisya

"Nona, bagaimana jadi istri pak Albar, are you happy." Ucap Randi yang mencoba menggoda Alisya.

"Istri, bahkan saya merasa saat ini saya masih gadis, lihat saja saya masih freskan." Ucap Alisya sambil memperlihatkan wajah cantik sambil tersenyum.

"Oh iya, bagaimana malam pertama kalian." Tanya Alisya yang kembali menggoda Dony, Randi dan Radinal.

"Nona nih suka mengganti topik aja." Ucap Randi.

"Eh siapa yg mengganti topik, hem malu yah." Icap Alisya yg tertawa.

"Alisya." Panggil Pak Albar dari belakang

"Pak." Ucap Dony, Randi dan Radinal yg segera bangkit dari tempat duduk mereka.

"Eh bapak, bapak mau ikut gabung." Ucap Alisya.

Dony menyenggol Alisya dan membisiknya.

"Pak Albar kan sudah jadi suami kamu, apa tidak seharusnya kamu panggil bapak tapi sayang, darling atau suamiku gitu." Bisik Dony.

"Ih,oga." Ucap Alisya.

"Kalian ngapain kumpul di sini?." Tanya pak Albar.

"Di sana masih banyak kerjaan, sebagian cari kayu bakar dan sebagian tangkap ikan." Ucap pak Albar.

Segera saja mereka melaksanakan perintah pak Albar, dan Alisya yang hendak mengikuti mereka di hentikan Dony.

"Nona ngapain ikut." Ucap Dony.

"Kan tadi bapak bilang, sebagian cari ikan dan kayu bakar." Ucap Alisya.

"Iya, tapi bukan nona tapi hanya kita bertiga maksud bapak, cepat nona pergi sama bapak." Ucap Dony yg segera pergi.

"Yah, padahal tangkap ikan seruh banget tapi tidak bisa ikut." Ucap Alisya.

"Alisya." Panggil Pak Albar untuk menyuruh Alisya segera pulang bersamanya.

Terlihat Alisya yang hanya memandangi pepaya mentah yang berada di dekatnya ia tidak tahu cara memasak pepaya karna selama ini, ia hanya di bantu oleh bibi di rumahnya.

"(Ini sayur mau di apain,ngapain si saya di kasih tugas segala udah tahu saya tidak tahu masak)." Gumam Alisya.

"Nona Alisya." Ucap salah satu wanita.

"iya." Jawab Alisya.

"Nona tidak tahu ya cara memasak pepaya." Icap wanita tersebut yg merupakan salah satu istri pak Mayor.

"Eh siapa bilang, dulu waktu di tempat saya, saya juara masak 11 kali berturut turut, Chef senior." Ucap Alisya membanggakan diri yang ternyata dari tadi pak Albar memperhatikannya.

"Benarkah, saya senang kalau di antara kami ternyata ada Chef profesional seperti nona Alisya, jadinya para suami kami senang dan puas dengan masakan kita." Ucap wanita tersebut.

"Ah, hehehe, iya, saya akan memberikan pelayanan yg terbaik buat para suami kalian." Ucap Alisya.

Saat dapur sepi, terlihat Alisya bingun harus berbuat apa, bahkan dia tidak tahu harus memasak apa. Ia dari tadi hanya mencincang pepaya tersebut.

"Makanya lain kali jadi orang jangan pura pura tahu tapi tidak tahu." Ucap Pak Albar yg mengambil pisau di tangan Alisya dan menggantikan nya untuk memasak.

Saat Pak Albar sedang memasak dan Alisya yang hanya duduk melihatnya, tiba tiba salah satu istri Pak Albar datang.

"Mas, mas ngapain disini, inikan tugas para istri,meningan mas pergi saja ya." Ucap wanita tersebut.

Alisya yang melihat hal tersebut terlihat geli dengan sikap wanita tersebut dan pergi meninggalkan mereka.

Alisya pergi memeriksa hewan peliharaan nya si moci, namun Alisya tidak melihat moci di kandangnya, Alisya pun segera mencarinya. Alisya sangat terkejut dan bersedih saat melihat para wanita sedang memanggang hewan yg terlihat mirip dengan si moci.

"No, no, teriak Alisya.

"Kau, kau, kau (sambil menunjuk para wanita yang lagi membakar) kau pembunuh, kau telah membunuh si moci." Ucap Alisya.

"Moci, moci." Ucap Alisya yang segera mengambil hewan yg di bakar tersebut dan membuat tangannya sedikit terkena api.

Pak Albar yang melihat hal tersebut kembali mengambil hewan yang di panggang dari tangan Alisya kemudian meletakkannya kembali.

"Apa yg kamu lakukan lihat tangan kamu, tangan kamu terluka." Ucap Pak Albar yang terlihat khawatir.

"Ih, saya tidak peduli, mereka pembunuh, mereka bunuh anak saya, anak saya mati, kalian kalian harus di hukum, eh tidak tidak tidak kalian harus di panggang juga." Ucap Alisya yang membuat semua wanita tersebut kaget akan ucapan Alisya.

Dony, Randi dan Radinal yg melihat tingkah laku Alisya tersenyum senyum.

Tidak lama Pak Mayor datang sambil membawah moci, Alisya yang melihat moci segera mengambilnya.

"Moci sayang, ini kamu kan, ibu hampir pingsan saat ibu melihat sesuatu yg mirip sama kamu di panggang." Ucap Alisya yang memeluk kelincinya.

"Maaf nona, saya tidak sempat beri tahu bahwa moci ada sama saya, tadi saya melihat moci terlihat lapar dan lemas makanya saya membawanya dan memberinya makan." Ucap Pak Mayor.

"Ow, maaf yah, ibu lambat berikan kamu makan, ini semua gara gara seseorang yg maksa ibu terus untuk masak jadi ibu lupa kasih kamu makan, untung ada pak Mayor, makasih ya pak Mayor." Ucap Alisya.

"Aduh sungguh tega orang yg memaksa nona untuk memasak sehingga lupa untuk memberi makan si moci." Ucap Dony yg bercanda sambil melihat Pak Albar dan tersenyum.

"Sangat tega." Ucap Alisya.

"Sudah, semuanya kembali bekerja." Ucap pak Albar.

"Baik pak." Ucap semuanya.

Saat Alisya hendak mengembalikan moci ke tempatnya...

"Kamu mau kemana?." Tanya Pak Albar.

"Mau bawah moci ke belakang." Ucap Alisya.

"Bawah dia ke kamar kamu." Ucap Albar

"Boleh?, moci boleh saya kasih masuk ke rumah, betulan pak?, tapi kenapa?, bukannya kemarin kemarin bapak melarang saya." Ucap Alisya.

"Mau atau tidak." Ucap pak Albar kembali.

"Eh, eh, eh, mau mau mau." Ucap Alisya yg segera berlari menuju rumahnya yang sangat terlihat senang.

"Terlihat banget ya, pak Albar sayang banget dengan nona Alisya." Ucap Randi.

"Iya padahal duluh waktu di Jakarta jika ada gadis yg mendekati pak Albar, pak Albar bersikap dingin banget." Ucap Radinal.

"Mereka memang cocok, cantik dan tampan, chapel and cocok markucop." Ucap Dony.

Pak Albar mendatangi Alisya yang sedang berada di kamarnya.

"Bapak, bapak ngapain ke sini, ada yang saya bisa bantu." Ucap Alisya.

"Kamu tidak perlu panggil saya bapak, kamu tahu kan saya ini suami kamu." Ucap pak Albar.

"Tahu, bapakkan sudah punya banyak istri, so, bagaimana kalau bapak anggap saja saya ini adik bapak, bagaimana?." Tanya Alisya.

"Ini (sambil memberikan baju), ini ada beberapa baju, dengan begini kamu tidak perlu lagi hanya pake baju kamu itu terus." Ucap pak Albar.

"Ha! baju ini, ini baju apaan, ini tidak cocok buat aku, aku biasanya pake baju yg bermerek, Berendet." Ucap Alisya.

"Mau bermerek, yaudah pergi sana ke mall, sampai mati pun kamu tidak akan mendapatkan apa yang kamu mau. ini, cepat ganti baju kamu setelah itu keluar untuk makan malam." Ucap Pak Albar kemudian berlalu pergi.

"Begini begini begini, emang dia siapa ngatur ngatur, bahkan saya tidak pernah kenal dia siapa, anak siapa, tinggal di mana, eh tiba tiba jadi suami." Ngomel Alisya.

"Dony, dimana nona Alisya." Tanya Pak Albar.

"Nona seperti nya belum keluar dari kamarnya." Ucap Dony.

Pak Albar kemudian segera mendatangi Alisya di kamarnya untuk mengajaknya keluar.

"Kamu seharusnya keluar dan membantu orang lain menghidangkan makanan bukan di sini." Ucap pak Albar.

"(Iiiihh, saya bisa gila setiap hari dengar suara dia)." Ucap Alisya dalam hati......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!