Kaisar Alam Baka
Apa yang harus aku lakukan jika ternyata aku adalah pemilik kekuatan terkuat di dunia?
Semuanya bermula dari ketika itu. Di kamar kontrakan 3x4 meter yang berantakan dan pengap, aku lupa kapan terakhir kali membereskannya. Jam dinding dengan kacanya yang pecah dan tampak berdebu menunjukan pukul 23:29 mendekati tengah malam.
Aku yang baru saja merebahkan badan sebab kelelahan setelah seharian bertarung dengan nasib yang pelik tanpa sadar tertidur begitu saja di malam itu.
Lalu ketika aku kembali membuka mata dengan kondisi yang belum sepenuhnya sadar, aku merasakan hangat cahaya matahari, di langit terlihat barisan awan putih bersih seperti dalam lukisan, serta angin lembut yang mengusap wajahku.
Rasanya begitu tenang dan damai, dan sesekali terdengar suara pekik elang di kejauhan. Aroma padang rumput yang segar sejenak membuat aku lupa keras dan angkuhnya kehidupan.
Sebelum kemudian aku tiba-tiba menyadari tempat itu terasa asing. Apakah di bumi masih ada tempat yang belum terkontaminasi polusi? Tanyaku dalam hati.
Sebentar kemudian aku menoleh ke sekitar sebelum kembali memejamkan mataku yang masih sayu. Sedetik, dua detik, kemudian menit, setelahnya entah berapa waktu yang telah berlalu, mataku seolah enggan tertidur lagi.
Maka kembali kubuka mata, lalu perlahan bangkit. Sekali lagi menatap sekitar sembari merenggangkan sendi-sendi tubuhku yang masih terasa kaku.
Hijau padang rumput di bawah langit luas, begitu bebas dan lepas, suasana pemandangan yang belum pernah kurasakan sebab melulu terjebak di bising rutinitas ramai kota, kota dengan kerumunan yang terburu-buru seolah selalu ketinggalan dan mengejar sesuatu. Kota yang sesak wajah-wajah lesuh di antara wajah-wajah angkuh. Kota yang bising dengan deru mesin-mesin. Kota yang mempermainkan nasib sekian juta orang miskin.
Aku percaya bahwa aku sedang bermimpi, mimpi yang indah dan sunyi. Kurentangkan kedua tanganku, kuhirup dalam-dalam kesegaran itu dengan perlahan. Kunikmati tiap hirupan dan hembusan udara segar yang masuk dan keluar dari paru-paru.
Setelahnya lambat laun segalanya mulai terasa tak nyaman. Waktu berjalan lamban dan kian membosankan. Lalu hari pun kian tinggi, panas matahari semakin terik, pekik elang telah lama tak terdengar lagi. Aku mulai merasa gerah dan kepanasan.
Rasa jenuh pun semakin terasa, aku kian gelisah, tak ada sesuatu yang terjadi dan tak ada siapa pun. Hanya aku di padang rumput yang luas, mulai merasakan kesepian. Aku berjalan, berlari, berteriak dan terbaring sendirian, waktu terasa makin panjang dan lengang.
Aku pun dan terus menyusuri padang rumput yang seolah tanpa akhir, mungkin ada sesuatu atau seseorang, pikirku. Hingga hari pun berlalu. Rasa lapar dan lelah menyerang tubuhku. Semua keindahan dan kesegaran sebelumnya telah lama memudar, berganti gusar.
Tubuhku mulai gemetar karena haus dan lapar. Lelah bercampur resah. Mimpi yang aneh mulai terasa seolah nyata.
Begitulah awal mula ketika aku terbangun di sini, di mana hal-hal yang tak masuk akal dan klise terjadi.
Lalu tepat pada hari ke empat, ketika aku meringkuk sakit perut setelah mengunyah rumput, tiba-tiba seorang gadis jatuh dari angkasa dan menimpaku.
Gadis itu mendarat tepat di atasku. Matanya bulat merah darah, rambutnya yang juga berwarna merah darah terurai sepinggang bergoyang tertiup angin. Kulitnya putih pucat dengan bibir mungil yang menggemaskan. Dan sepasang sayap hitam membentang, mengepak di punggungnya.
“Akhirnya, akhirnya hamba menemukan tuan” Ucapnya dengan suara bergetar, tiba-tiba. Lalu secepat kilat ia memeluk tubuhku yang terbaring tak berdaya, sangat erat.
Sementara tumpukan daging kenyal di dadanya menempel tepat di perutku yang ‘kriuk’, juga aroma rambutnya yang has segera menghadirkan sensasi aneh bagi tubuh dan otakku.
Sebagai lelaki normal, apa pun jenisnya, ia adalah seorang perempuan yang tampak cantik. Maka dengan segera bagian lain paling sensitif di tubuhku bangkit, menciptakan rasa gelisah, sebab terusik keberadaannya.
Apakah benda itu masih bertenaga? Ah!
Sementara aku resah dan sibuk dengan pikiranku sendiri, perempuan itu tiba-tiba bangkit dan segera bersujud di sampingku.
“Maafkan kelancangan hamba tuan… maafkan..”
Masih dengan kondisi terbaring lemas, aku menepis kemesuman yang sedang menyerang otakku.
Kemudian aku perlahan berdiri dengan tenaga yang masih tersisa sembari merasa nyeri di bagian punggung dan pangkal paha setelah tertimpa tubuh perempuan yang datang entah dari mana itu.
Sejenak kemudian aku menatap perempuan yang masih bersujud di hadapanku itu “Bisa kau buka bajumu? Ah, bukan. Maksudku…” Entah ada apa dengan otakku ketika itu.
Sebelum sempat aku menyelesaikan kata-kataku “Apa pun perintah anda, tuan” Perempuan itu segera bangkit, lalu ia dengan cepat menarik ujung bawah gaunnya yang berwarna hitam tanpa lengan itu, kemudian mulai menyingkapnya ke atas.
“Berhenti…!” Pintaku cepat sembari memalingkan pandangan ketika gaunnya itu tersingkap hingga pusar di perutnya yang putih pucat.
Ah sial, dia menggunakan penutup dalam bawah, merah muda bergambar panda. Meski sekilas, aku dapat mengingatnya itu dengan benar. Sungguh logika dan nafsu memang tak bisa bersatu!
“Tuan tidak tertarik dengan hamba?” Tanyanya kemudian dengan malu -malu, kulit wajahnya yang putih pucat menjadi kemerahan. Itu tampak aneh.
“Tentu saja aku tertarik, ah, maksudku, kau menggoda” Apa yang baru saja aku saksikan masih terbayang. “Duh, maaf, bisa kau bangunkan aku?”
“Bangunkan?” Perempuan itu sedikit memiringkan kepalanya lalu kembali bicara “Tuan terlihat kurus dan berantakan, apa yang terjadi selama ini pada tuan? Ah, apa maksud tuan tadi bangunkan di bagian… hem..” ia malu-malu menatap bagian bawah perutku.
“Kau punya makanan?” Segera aku mengalihkan pembicaraan yang semakin, mungkin sebenarnya aku inginkan andai saja aku masih punya tenaga tersisa.
Tapi ini tidak normal, seorang perempuan berkulit putih pucat dan memiliki sayap? Tentu saja hal-hal seperti itu hanya ada di alam mimpi. Aku meyakinkan diri.
“Tuan lapar? Sebaiknya kita segera kembali. Semua orang telah mencari tuan, semua orang menunggu kedatangan tuan…” Ucapnya cepat sembari menanggalkan pedang di pinggangnya, kemudian melangkah mendekatiku.
“Apa yang kau laku…”
Sebelum aku menyelesaikan kata-kataku, perempuan itu telah berlutut tepat di depanku dan bicara dengan cepat “Pedang ini merindukan pemiliknya” sembari menyodorkan sebilah pedang bergangang ukiran kepala singa dengan taring panjang berwarna keemasan.
Sementara itu aku terdiam ragu untuk menyentuh pedang tersebut. Perempuan itu kembali bicara setelah melihat aku yang hanya diam “Ah, maafkan hamba tuan…”
Tiba-tiba ia maju ke depan, melingkarkan tangannya di pinggangku, sesaat kemudian pedang itu telah tergantung di sisi kiri pinggangku seolah aku seorang kesatria.
Tapi di sisi lain, dengan posisi yang sedemikian, kepala perempuan berkulit putih pucat itu tepat berada di ‘sana’.
Aku mendongak ke atas berpura-pura tidak terjadi apa pun, seolah tak merasakan apa-apa. Sebenarnya ketika itu aliran darah di tubuhku menjadi lebih cepat, dadaku rasanya berat dan terbakar, menanggung sesuatu yang berkobar.
Aku tak ingat kapan terakhir kalinya aku membelai seorang wanita. Sial! Mungkin sebentar lagi aku akan berkarat dan terkapar.
Setelah itu perempuan tersebut kembali berdiri dan bicara “Tuan, sepertinya ada serangga bergerak di dalam celana tuan, tepat di sana” Ia menunjuk di ‘sana’ itu dengan jarinya yang ramping “Haruskah hamba membunuhnya?” dengan polosnya.
“Ahk!” Wajahku pasti memerah. “Tolong abaikan..”
“Kita harus segera kembali, tuan” Ucap perempuan itu lagi, lalu dengan cepat meraih tanganku, kemudian dengan cepat ia mengibaskan kedua sayap hitam di punggungnya itu, membawaku terbang bersamanya.
Aku terseret sebelum kemudian terbawa ke atas bersamanya. Aku pikir itu cara yang kasar untuk membawa seseorang. Dan ia tampak tak peduli.
Aku tak tahu apa yang terjadi, hanya saja aku meyakini bahwa semua yang kualami adalah mimpi. Selain di komik atau novel fiksi, mungkinkah kau bertemu seorang perempuan yang bisa terbang?
Setelah beberapa saat, pangkal lenganku terasa nyeri dan sakit. Tubuhku yang lemas akhirnya terkulai tak berdaya, pasrah di udara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments