Ch 2: Tujuh Bintang

Dunia itu disebut Alam Baka, tempat bagi berbagai mahluk dan ras hidup. Manusia, Iblis, Malaikat, Vampir, Elf, Kurcaci dan Dedemit merupakan ras dominan atau ras utama. Selain ketujuh ras dominan tersebut masih terdapat banyak ras dan bangsa lainnya yang hidup saling berdampingan atau menghuni wilayah-wilayah tertentu.

Di Alam Baka usia seseorang dapat mencapai 2000 tahun lamanya, tak peduli ras dan bangsa. Sangat berbeda dengan cerita-cerita fiksi di bumi yang mengatakan manusia berkehidupan pendek dan elf berumur panjang.

Alam Baka, dikisahkan dahulunya Alam Baka merupakan tempat hidup yang nyaman dan tentram. Sebuah kekaisaran bernama kekaisaran Maha menguasai seluruh alam, kekaisaran tersebut dipimpin oleh Yang Maha, yang merupakan raja dari segala raja, sang Kaisar Agung yang tak boleh disebutkan nama. Semua ras dan bangsa bersujud dan tunduk padanya.

Namun, 400 tahun yang lalu sang kaisar Yang Maha menghilang  dan sejak saat itu kekacauan di Alam Baka pun terjadi. Perebutan wilayah dan tanah, intrik politik dan perang perluasan batas-batas kerajaan, masing-masing pemimpin dari berbagai kerajaan yang dahulunya tunduk pada kekaisaran Maha mulai saling serang. Alam Baka telah menjadi tempat persaingan ambisi dan nafsu.

Hasrat yang tak pernah tuntas dan tanpa batas itu mengakibatkan peperangan yang tak sudah-sudah. Kehancuran dan pertumpahan darah di mana-mana. Tak terhitung korban kehilangan nyawa hanya demi rencana-rencana para penguasa yang seolah tak ada puasnya.

Apa kah yang dikatakan mahluk berakal memang selalu rakus dan dikuasai nafsu? Aku ingat bahkan di Bumi manusia saling berperang dengan alasan paling konyol sekali pun. Apa kah dengan saling membunuh dapat menciptakan proses berkehidupan yang ideal bagi semua orang atau malah menciptakan dendam berkepanjangan? Memikirkan hal-hal demikian rasanya membuat umurku cepat berkurang.

Dan kembali ke cerita utama. Sekarang aku mulai mengerti, mencoba menerima apa yang terjadi meski akal sehatku menentangnya. Dalam pikiranku, juga harapanku, jika Alam Baka adalah mimpi aku berharap semoga menjadi mimpi yang menyenangkan. Namun andai benar kenyataan dan bukan mimpi seperti yang aku pikirkan, maka nanti akan aku pikirkan lagi harus bagaimana aku menjalaninya. Betapa absurd apa yang terjadi.

Sementara, setelah menempuh perjalanan selama dua hari satu malam melintasi luasnya padang rumput, akhirnya aku dan perempuan yang kemudian kuketahui seorang dari ras Iblis bernama Lucia itu, tiba di dalam hutan lebat dengan pepohonan yang besar dan tinggi, pohon-pohon raksasa. Aku terasa sangat kecil, seperti seekor semut yang merangkak dalam semak di bawah pohon-pohon itu.

Di dalam hutan lebat dengan pohon-pohon besar dan tinggi itu, dedaunannya menutup pandangan pada langit. Kami telah ditunggu oleh enam orang lainnya yang kemudian tiba-tiba bersujud ketika mendapati kehadiranku bersama Lucia.

“Yang Maha, tuan, akhirnya anda kembali…” Ucap salah satu dari mereka segera ketika aku tiba, ia seorang lelaki dengan kemeja putih dilapisi jubah hitam di punggungnya. Ia merupakan seorang Vampir bernama Lewang.

Ia merupakan Vampir terkuat di antara seluruh Vampir yang hidup di Alam Baka. Ia seorang yang memiliki kebanggaan tinggi dan tampak angkuh. Meski demikian, Lewang merupakan pengikut yang setia terhadap Yang Maha. Namun sering bertingkah bodoh dan selalu banyak bicara.

“Apa anda baik-baik saja tuan? Anda terlihat kurus berantakan…” Seorang perempuan dengan suara lembut ikut bicara. Rambutnya hitam lurus tampak lembut dan halus tergerai, sepasang sayap putih kecil di punggungnya memberikan kesan imut dengan pakaian seperti dewi dalam mitos Yunani. Wajahnya cantik dan penuh ketenangan. Di tangannya tergenggam harpa kecil keemasan.

Perempuan itu dipanggil Ana, seorang malaikat dengan kemampuan penyembuhan dan mantra perlindungan yang hebat.

“Ke mana saja tuan selama ini?” Nada cemas dengan suara bergetar jelas terasa dari seorang pria tua bertubuh paling pendek. Jenggotnya yang putih berantakan dengan dua kepangan pada bagian kiri dan kanan, yang tampak kasar. Di sampingnya terdapat sebuah palu yang melebihi besar kepalanya sendiri. Aku pikir benda itu pasti berat.

Ia seorang kurcaci pemberani. Sebagai seorang kurcaci tubuhnya tak lebih tinggi dari sepinggang orang dewasa. Meski demikian dalam pertempuran ia merupakan penghancur musuh yang mengerikan. Rekan-rekan memanggilnya dengan Paman, Paman Januar.

“Bisakah kalian berdiri?” Aku merasa tak nyaman diperlakukan demikian oleh orang-orang itu. Meski aku mulai paham dengan kekeliruan bahwa mereka menganggap aku penguasa tertinggi Alam Baka yang pernah menghilang. Hanya saja jika mereka mengetahui kebenarannya bahwa aku hanya seseorang yang datang entah dari mana dan tiba-tiba ada di dunia mereka, wah bisa dianiaya aku pikirku dalam kecemasan.

“Tapi tuan…” Suara enggan datang dari seorang gadis Manusia berbaju zirah ala kesatria eropa zaman perang kerajaan dengan pedang dan kuda. Rambutnya sebahu kecokelatan dengan kulit kuning langsat. Namanya adalah Putri, seorang kesatria yang belum pernah kalah dalam menghadapi musuh. Ia seorang yang agak pendiam namun mengerikan ketika menghabisi musuh-musuhnya.

“Itu perin.. perintah..” Aku memaksa keberanian dan menahan gemetar pada suaraku sembari menguji apakah mereka akan mengikuti kata-kataku atau malah mengabaikannya, dan ternyata dengan cepat ke enam orang itu segera berdiri, berjejer tepat di depanku. Tentu saja, bukankah aku adalah pemimpin mereka?

“Tuan, semenjak tuan menghilang Alam Ba…” Lelaki manusia harimau dengan tubuh kekar coba menceritakan apa yang terjadi di Alam Baka semenjak Yang Maha menghilang 400 tahun yang lalu.  Sebelum kemudian dengan cepat aku menghentikan kata-katanya dengan kata-kataku.

Lelaki itu seorang Dedemit bernama Rimba. Ras dedemit merupakan jenis yang unik, mereka dikenal atau biasa juga disebut dengan ras manusia binatang. Rimba memiliki kecepatan yang luar biasa. Cakar dan taringnya mampu merobek dan menembus baja. Ia adalah petarung yang lincah.

“Ya, aku tahu…” Cepat aku bicara sembari coba membiasakan diri di antara mereka, diam-diam aku berusaha menyimpan dengan rapi rasa takut di dalam diri. Semua cerita itu telah diceritakan Lucia berulang-ulang sepanjang perjalanan padaku sehingga aku telah mengingat cerita itu, sangat detail.

Di sepanjang perjalanan sebelum akhirnya tiba di hutan lebat itu, Lucia tak henti-hentinya bercerita tentang berbagai hal dan persoalan mengenai apa yang terjadi di Alam Baka selama sang Kaisar Yang Maha atau kita sebut saja dengan Yang Maha menghilang tanpa seorang pun tahu jejak keberadaannya.

Selama itu pula ia dan enam orang rekannya itu terus mencari keberadaan Yang Maha ke seluruh tempat. Tiap inci belahan Alam Baka pun telah mereka terlusuri, hingga pada akhirnya ia menemukan aku terkapar di padang rumput yang luas itu. Sungguh rekan-rekan yang setia dan penuh pengabdian.

Lucia dan enam rekannya tersebut, yang baru saja aku temui, merupakan pengawal pribadi Yang Maha. Mereka dikenal dengan sebutan Tujuh Bintang, tujuh orang kepercayaan sang Kaisar. Mereka orang-orang terpilih dari tiap ras dominan dengan masing-masing kekuatan dan kemampuan. Seorang Manusia, Iblis, Malaikat, Vampir, Elf, Kurcaci dan seorang Dedemit atau ras manusia binatang.

Ah ya, tentang Lucia, ia merupakan gadis Iblis yang polos dan ceroboh. Meski demikian ia adalah seorang pembunuh yang kejam. Ia mampu menghancurkan musuh-musuhnya hingga tak tersisa sampai ke tulang. Ia adalah pengguna sihir yang mahir dan mengerikan. Ia seseorang yang selalu siap melakukan apa saja demi Yang Maha.

“Lalu apa perintah tuan?” Tanya Tora yang merupakan seorang pria dari ras Elf sembari memindahkan busur panah dari tangan kanan ke tangan kirinya sebagai pertanda siap bergerak. Ia merupakan Elf dengan kewaspadaan tinggi dan seorang yang bijak. Wajahnya tampan dan selalu tampak tenang. Selain itu, ia juga merupakan ahli racun nomor satu. Dan dalam pertempuran jarak jauh belum seorang pun yang dapat menandingi kemampuan memanahnya.

Mendapatkan pertanyaan demikian segera muncul dengan kuat gambaran makanan lezat, minuman segar dan kasur yang empuk di dalam benakku. Dengan sedikit ragu, aku mengungkapkan apa-apa yang ada dalam benakku itu pada mereka dan segera setelah itu aku, Lucia, Lewang, Ana, Paman Januar, Putri, Rimba dan Tora bergerak melakukan perjalanan menuju kota terdekat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!