Ch 3: Kekuatan Pedang

Kami menerobos semak belukar dan akar berduri yang menjalar lebih besar dari pahaku, menghindari seekor ular yang lebih besar dan panjang dari pohon kelapa. Sepasang kijang setinggi dua setengah meter sedang kawin terkejut dan bubar oleh kehadiran kami. Seekor burung biru ungu melompat dan terbang membuat suara gaduh dengan kepakan sayapnya.

Aku bertanya-tanya dalam kepalaku, apakah penghuni hutan ini berukuran raksasa semua?

Sebelum kemudian tiba-tiba Tora si Elf yang berjalan paling depan berhenti dan tampak penuh waspada. Ketika itu hutan mulai temaram menuju gelap, cahaya matahari tersisa samar-samar menerobos di celah-celah daun. Suara jangkrik dan sesekali pekik burung malam mulai terdengar.

“Ada yang mengawasi kita” Bisik Elf lelaki berwajah tampan itu pada kami sebelum kemudian ia dengan gesit memanjat pohon dan bergelantungan dengan cekatan seperti seekor kera sembari terus memperhatikan sekitar dengan cermat.

Tepat saat ia tiba di sebatang cabang pohon yang besar ia segera menarik busur panahnya dan lalu ‘slup’, anak panah itu terbang dengan tenaga dan kecepatan penuh. Panah itu seketika melesat membelah angin dengan kecepatan yang sangat cepat sehingga aku tak dapat melihatnya dengan benar, apa lagi dengan kondisi temaram tersebut.

Kemudian tiba-tiba terdengar suara raungan yang mengerikan searah anak panah dari Tora melesat. “Aaarrggg… Dasar kurang ajar, akan kumakan kalian semua!” Suara seekor monster raksasa tiba-tiba terdengar menggema-gema di sekitar sebab terkena anak panah Tora yang ia terbangkan sebelumnya, tepat menancap pada mata kanan raksasa itu.

Sesaat kemudian satu mata merah menyala muncul dari balik pohon-pohon besar di depan kami, beriringan dengan derak pohon dan ranting patah. Raksasa yang terluka mata kanannya itu pun mengamuk, lalu datang tergesa-gesa untuk menyerang kami.

Saat itu juga ketika menyaksikan mahluk besar yang sangat mengerikan itu seluruh tubuhku pun gemetar ketakutan, rasanya aku ingin pipis tapi malu. Tubuhku pun membatu dengan wajah pucat membeku.

Kepala monster rakasasa itu tampak seperti kepala badak dengan tiga tanduk tajam seperti ujung tombak, dua di atas kepala dan satu di keningnya. Gigi-giginya tajam berkilau dapat terlihat meski dalam gelap. Monter itu sangat tinggi, kira-kira tiga puluh meter. Raungannya serak menggema terdengar seram dan menakutkan. Seluruh tubuhnya hitam legam sekeras logam.

Segera Putri dan Paman Januar berlari ke depan coba menghentikan pergerakan raksasa itu dengan menyerang bagian kakinya, masing-masing kiri dan kanan.

Paman Januar berlari lalu melompat sembari mengayunkan palunya dengan kekuatan penuh, palu itu tiba-tiba terbakar, memunculkan api pada bagian ujungnya seolah-seolah udara di sekitar menyala. Palu itu dikenal juga dengan sebutan palu api sang Kurcaci, palu dengan kekuatan penghancur yang dahsyat, merupakan sebuah senjata tingkat legenda yang ia terima sebagai warisan dari kakek buyutnya.

Saat palu itu menghantam kaki monster raksasa tersebut terdengar suara dentang yang memekakkan, seolah dua  baja saling beradu pada kecepatan yang tinggi.

Di waktu yang bersamaan Putri pun mencapai raksasa itu dan mengayunkan pedangnya pada bagian bawah kaki kanan monster raksasa itu. Pedang itu berkilau tajam, pedang dengan ukiran naga yang dikatakan mampu memotong apa saja, memunculkan kilatan petir dari seluruh sisinya  ketika menyayat musuh.

Menerima dua serangan pada kakinya, raksasa tersebut sempat terhuyung dan melambat sebelum kemudian ia semakin murka dan segera mengayunkan kepalan tinju kedua tangannya pada Putri dan Paman Januar yang dengan gesit segera menjauh. Dua tinju monster raksasa itu menghantam tanah, membuat getaran seolah terjadi gempa. Putri dan Paman Januar yang berhasil menghindari serangan balasan tersebut, segera kembali bersiap untuk serangan berikutnya.

Namun monster raksasa tersebut dengan cepat kembali menyerang, kali ini ia mengarah pada Paman Januar, mendapati serangan itu Paman Januar cepat melompat menghindarinya. Di sisi lain, Putri kembali mengayunkan pedangnya. Moster itu kembali terhuyung. Kemudian Putri dan Paman Januar segera bersiap untuk kembali menyerang secara bersamaan.

Meski telah terkena serangan dan sempat terhuyung, monster raksasa berkepala badak tersebut tidak terlihat melemah. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, seolah monster tersebut semakin kuat dan marah.

Sementara itu, tepat di depanku Ana mulai merapal mantra sembari memetik dawai kecapinya, terdengar alunan nada-nada lembut yang menenangkan dan nyaman. Bersamaan dengan itu ketika aku mendengar nada-nada dari kecapi Ana kurasakan tubuhku seperti kembali terisi oleh energi dan semua rasa letih tiba-tiba menghilang. Dan ajaibnya rasa takut yang meyelimutiku sebelumnya terasa berkurang.

Sejenak kemudian tepat saat musik itu berhenti kepingan es beku menyerupai kristal tajam tiba-tiba muncul di sekitar Ana dan lalu melesat berterbangan ke arah raksasa tersebut. Kristal-kristal es itu terbang dengan cepat ke arah monster tersebut.

Terkena serangan dari Ana monster itu pun meraung kesakitan. Meski begitu, luka-luka pada tubuh monster raksasa itu belum cukup untuk membunuhnya, bahkan ia tampak semakin bertenaga dan ganas.

Tepat sebelum Lucia, Lewang dan Rimba yang berada di sisiku bersiap untuk ikut bertempur tiba-tiba Tora melompat dari ketinggian, dari dahan pohon sebelumnya. Ia mendarat lalu berdiri di depan kami. Dan kemudian dengan cepat berucap padaku sembari sedikit membungkukan badannya “Tuan, sepertinya kita menghadapi musuh yang merepotkan”. Seolah dia telah melakukan analisa pada pertarungan yang dilakukan Putri dan Paman Januar saat menghadapi monster tersebut.

Sebenarnya bagiku yang tak tahu cara bertarung seperti mereka monster raksasa tersebut bukanlah monster yang merepotkan, tapi mematikan.

Mengerti dengan situasi Rimba segera berbicara pada Lucia “Bawa Tuan bersamamu, kami akan coba menahan raksasa itu sementara waktu” dan Lucia menganggukan kepalanya sebagai tanda mengerti sebelum kemudian dengan cepat meraih tanganku dan mengepakan sayapnya yang hitam. Seperti kejadian sebelumnya aku kembali terseret untuk kemudian terangkat ke atas terbang bersamanya. Seperti anak ayam di cengkraman seekor elang, aku hanya pasrah, terseret lalu terangkat ke udara untuk kedua kalinya.

Namun sial, tiba-tiba raksasa itu mengayunkan tangan kanannya ke arah kami sebelum Lucia dan aku sempat menjauh. Seolah monster itu mencegah siapa pun dari kami untuk pergi.

Melihat itu Lewang dan Rimba segera melompat coba menghentikan serangan raksasa tersebut namun terlambat, demikian juga dengan Paman Januar dan Putri.

Pukulannya pun berhasil menyapu kami meski tak sepenuhnya. Aku, Lucia, Rimba dan Lewang terpental jauh lalu aku mendarat menghantam pohon. Rasanya tubuhku remuk, punggung dan leherku terasa sakit, hanya saja entah bagaimana setelah itu aku masih mampu untuk kembali berdiri. Sesaat kemudian kurasakan tubuhku kembali normal, rasa nyeri dan sakit dengan cepat memudar. Mungkin efek mantra dari Ana yang sebelumnya masih tersisa.

Sembari memegang lengan kirinya yang tampak sakit Lewang mendekatiku, sedikit menundukan kepala lalu bicara agak tergesa “Tuan, ini memalukan, setelah empat ratus tahun akhirnya kita kembali bertemu, tapi hamba justru menunjukkan kekalahan di hadapan Tuan. Ini memalukan, hamba pantas dihukum, silahkan bunuh hamba pertama kali”. Kemudian ia bersimpuh.

“…….”

“Akan menjadi kehormatan tertinggi untuk mati dalam hukuman tuan”

“Tidak..”

“Tapi, tuan…”

“….....” Bagaimana mungkin aku bisa membunuh. Lagi pula ketika itu dalam pikiranku aku hanya ingin lari. Jika pun mimpi, tetap saja aku takut mati.

“Tapi tuan…”

“Tidak..”

“Tapi”

“Tidak!”

“Maksud hamba..”

“Tidak!”

“Tapi tuanlah satu-satunya yang mampu mengalahkan monster itu, karena itu sebagai pengawal dan pelayan tuan hamba telah gagal dan pantas dihukum”

“Ya?” Hanya aku? Maksudnya aku harus bertarung dan mati? Yang benar saja.

“Sebelum tuan membunuh raksasa itu, hukum lah hamba terlebih dahulu” Lewang benar-benar terlihat pasrah dengan mata berkaca untuk menerima hukumannya dariku.

Tepat di saat itu pula, entah bagaimana, monster raksasa itu tiba-tiba melompat ke arah kami setelah membuat Paman Januar dan Putri terpental dengan pukulannya. Putri dan Paman Januar lalu cepat mengejar namun tertinggal. Monster itu telah mendarat tepat di hadapan aku dan Lewang. Semuanya terjadi begitu cepat.

“Hei.. hei hei bangun, lawan dia. Sial!” Tubuhku gemetar ketakutan. Sementara Lewang tetap di posisinya tak bergeming.

Setelah raksasa tersebut tepat berdiri di hadapan aku dan Lewang, monster itu dengan cepat mengayunkan kepalan kedua tangannya ke atas lalu dengan cepat ke bawah tepat di mana aku dan Lewang berada.

Ahk!.

Sebagai seorang yang takut mati, menerima serangan yang demikian tanganku reflek menarik pedang yang tergantung di pinggang kiriku coba melindungi diri dengan menangkis kepalan tinju raksasa tersebut demi keselamatan hidup yang berada di ujung tanduk. Sungguh ajaib tinju monster raksasa itu terhenti tepat di ujung pedangku.

Lalu seketika cahaya putih menyilaukan muncul dari pedang di tanganku itu, cahaya itu menembak lurus ke atas menembus dahan dan daun-daun hingga ke langit, membuat kegelapan di sekitar menjadi terang.

Karena terkejut dan silau, tanpa sengaja tanganku menggerakan pedang tersebut ke arah raksasa yang berada di depanku. Cahaya putih menyilaukan yang muncul dari pedang itu ikut bergerak searah pedang dan mengenai kepala hingga tubuh si monster raksasa. Akibatnya, raksasa tersebut langsung terbelah dan kemudian menghilang seperti serpihan debu yang diterbangkan angin ke segala penjuru, juga pepohonan dan apa saja yang terkena dampak cahaya dari pedang di tanganku itu. Semua yang dilewati jalur cahaya pedang ikut menjadi abu.

Dan aku hanya ternganga, tak dapat percaya menyaksikan itu semua. Seketika kemudian seluruh tubuhku tiba-tiba lemas dan terduduk lemas di tanah. Aku selamat. Sungguh kekuatan pedang yang sangat luar biasa. Aku melakukannya, aku masih tak percaya bisa selamat dari kematian di depan mata.

Setelah yang terjadi itu, sementara malam telah larut. Beberapa dari kami terluka, meski tak parah dan Ana segera melakukan mantra penyembuhan. Kami putuskan untuk beristirahat di hutan itu sebelum esok kembali melanjutkan perjalanan menuju kota. Sebab aku sudah terlalu lelah. Tubuh dan mentalku mencapai titik batas mampunya. Tanpa sadar aku pun terlelap begitu saja.

Kemudian cahaya pagi menerobos di sela dedaunan, burung-burung berkicauan, seekor kelinci berukuran besar melompat cepat tampak semangat sebelum kemudian hilang di balik semak belukar. Kicau burung seolah saling bersahutan. Hijau daun meneteskan bulir sisa embun. Udara dingin dengan aroma daging panggang yang membangunkan aku pagi itu. Dan seorang gadis Malaikat tersenyum lembut di hadapanku.

Seharusnya mereka memberiku makan dari semalam. Ahk! Daging panggang tanpa garam. Aku lahap setelah tak gosok gigi berhari-hari.

Kemudian sebelum hari cukup siang, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju kota setelah semalam bertarung dengan monster raksasa yang mengerikan. Monster raksasa Badak Baja, seekor monster yang ternyata merupakan monster kelas bencana yang sangat dihindari oleh siapa saja.

Di Alam Baka monster tidak lah secerdas manusia dan ras utama lainnya. Namun terdapat pengecualian bagi beberapa jenis monster, terutama monster yang diidentifikasi sebagai monster kelas bencana.

Monster raksasa Badak Baja, salah satu monster terkuat yang ada di Alam Baka dan tanpa sengaja aku telah membunuhnya. Monster yang mampu menghacurkan satu kota hanya dengan pukulannya. Sungguh luar biasa.

“Itu memalukan..” Lewang sangat menyesali kekalahannya. Kebanggannya sebagai pengawal dan pelayan Yang Maha sangat terusik.

“Sekali lagi kita gagal melindungi Yang Maha setelah kesalahan yang sama empat ratus tahun silam” Timpal Tora menambahkan dengan wajah penuh penyesalan yang mendalam.

“Tuan, hamba siap dihukum” Mata Lewang kembali berkaca-kaca.

“…….”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!