FWB (Friends With Benefit)
...🖤🖤...
"Kenapa lagi nih..." Clara menatap Elenora jengah, setiap pagi selalu mendapati sahabatnya memasang wajah lesu. Sebenarnya dia tahu apa yang tengah terjadi, tapi tidak berani menebak karena bisa mendapat amukan dari singa yang sedang kelaparan. Clara menutup mulutnya rapat-rapat, membiarkan perempuan berambut panjang dengan gelombang ombre warna hitam abu-abu itu sibuk dengan pikirannya.
"Ra.. Bete..." Eluhnya, masih tertidur dimeja dengan bertopang kedua punggung tangan yang dia tumpuk.
"Biundra again??" Pertanyaan Clara mendapat anggukan dari perempuan galau itu. "Udah sih, mau sampai kapan lo sama dia stuck dihubungan rumit itu."
"Gak rumit, dia kan temen gue."
"Siap, si paling temen." Jengahnya, Elenora masih menegaskan dirinya sebagai sahabat Biundra, padahal semua orang tau bagaimana rumitnya hubungan sahabatnya itu dengan laki-laki super famous dikampus mereka.
Clara menatap fokus pada layar laptopnya, melirik Elenora sekilas dan dia menggeleng kecil. "Kenapa tuh?"
"Kemarin gue ditampar sama pacarnya,"
"Lo bantuin Biundra lagi buat jadi selingkuhan dia?" Clara tidak kaget. Elenora mengangguk. "Dibayar apa?"
Elenora tidak menjawab, dia masih dalam posisi utamanya, dengan malas menyodorkan tas dengan merk terkenal.
"Widih, diapain sama pacarnya."
Tanpa menjawab, masih dengan mode malas dia menunjuk kepalanya.
"Dijambak?"
Elenora mengangguk.
"Terus respon Biundra gimana?"
Bibir mungil Elenora mengerucut.
"Dicium?"
Elenora mengangguk.
Clara menggeleng. "Mahal banget bayaran lo, dapet tas branded sama ciuman panas."
Tapi hal itu tidak membuat Elenora bahagia, tas tidak ada bandingannya dengan sakit hatinya. Elenora kembali menghela napas kesal.
"Kenapa dia..." Lynne datang dengan tangan yang menenteng kotak, tersusun empat cup coffe. "Biundra lagi?"
"Yalah, apa lagi." Balas Clara malas.
"Bosen gue denger keluhan lu anj*r." Umpat Movie. Perempuan berambut pendek itu duduk disebelah Clara, meraih kertas yang berserakan milik Clara. "Confess aja sih El, kalian kan suka menghabiskan waktu bersama. Gue yakin dia juga punya feel ke lo."
"Nyoc*t lo enak, gak tau kan lo pada bagaimana posisi gue." Amuknya. Lynne menggeleng pelan, mengelus puncak kepala Elenora sebelum duduk disebelah perempuan paling galau itu. "Lyn..."
"Iya." Lynne merentangkan kedua tangannya, membawa Elenora masuk kedalam pelukannya. Lynne mengelus kepala Elenora dengan lembut, dari tiga sahabatnya, hanya Lynne yang selalu mengerti dirinya. Si paling dewasa. "Udah berapa kali gue bilang sama lo El, hubungan persahabatan lo sama Biundra itu gak masuk logika."
"Gue juga pernah bilang itu," terobos Movie, bahkan mulutnya mungkin sudah berbusa karena banyak mengatakan hal seperti yang dikatakan oleh Lynne. "Dianya aja yang bucin tol*l."
"Mov, jangan buat El jadi tambah pusing dong." Lynne menegur Movie. Movie adalah satu-satunya sahabat Elenora yang paling bebal dengan hubungan rumit milik Elenora dengan Biundra. Dia bahkan berani mengatakan hal semenyakitkan apapun pada Elenora, meskipun ucapannya tidak pernah masuk kedalam otak Elenora. "Coba lo dengerin kata Movie deh, lo harus confess ke Biundra. Ungkapin perasaan lo ke dia, El."
"Gak bisa."
"Apa lo takut persahabatan kalian berdua akan rusak?"
"He'em."
"Terus, lo mau sampai kapan jadi fwb dia?"
Elenora menghela napas kesal, friend with benefit. Hubungan persahabatan miliknya tidak seperti persahabatan lainnya.
"Gak ada persahabatan antara perempuan dan laki-laki, El." Lynne bersuara lagi. "Kalian udah lebih dari sekedar sahabat."
"Tapi Lyn..."
Lynne mengangguk, dia sangat pahami bagaimana perasaan Elenora. Menjadi sahabat Biundra, laki-laki paling famous di kampus, laki-laki paling ramah, laki-laki paling banyak mantan dan selalu meninggalkan tapi masih banyak yang mengincar. Sulit bagi Elenora menjauhi Biundra, dia sudah kepalang suka pada laki-laki tidak jelas itu.
"Kenapa?" puncak kepala Elenora dielus pelan dan membuat mata perempuan itu melebar. Lynne yang masih memeluk Elenora mendongak menatap laki-laki yang datang tiba-tiba itu. Semoga saja laki-laki itu tidak mendengar pembicaraan mereka. "Sakit?"
"Gak apa-apa." Jawabnya cepat.
"Dia kenapa?" Tanya laki-laki tinggi itu pada Lynne yang memeluk Elenora.
"Perutnya sakit."
Mata laki-laki itu melebar, dia berjongkok meraba perut Elenora, "serius gak? mau ke rumah sakit?"
"Ihh, apa sih lo." Menghempaskan tangan laki-laki itu dari perutnya. "Gue lagi mens."
"Baru mensnya? perasaan tadi pagi gak ada apa-apa."
Clara dan Movie melebarkan matanya, mereka saling pandang. Yah jangan diherankan lagi jika seorang laki-laki bisa tau sampai kesitu. Apalagi laki-laki itu adalah Biundra, yang katanya sahabat baik Elenora.
"Kak Biuu..." Laki-laki yang tengah berjongkok didekat Elenora mendongak, laki-laki itu berdiri dan tersenyum manis pada perempuan mungil yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Ele, gue pamit ya." Matanya menatap Lynne. "Kabari gue kalau ada apa-apa."
Melihat kepergian Biundra yang semakin jauh, Movie memindahkan diri agar lebih dekat dengan Elenora. "Cewek baru?"
"Mungkin."
Mereka bertiga melihat kearah Biundra sedangkan Elenora menunduk memeluk Lynne semakin erat, laki-laki itu berjalan sembari merangkul lembut pada sosok perempuan mungil yang memanggilnya tadi. Usapan lembut nan gemas juga Biundra berikan pada perempuan itu ketika mereka berbincang.
"Padahal kemarin Ele udah dijadiin bahan selingkuhan biar dia putus sama anak kedokteran itu. Udah dapet baru aja." Sambung Clara.
"Halah, gak usah heran, cowok ganteng plus playboy kayak dia pasti banyak yang maulah." Balas Movie kesal, "gue kalau jadi lo capek El. Selalu jadi orang yang bantuin buat dia putus sama pacarnya. Terus yang lo dapet apa coba?"
"Tas branded." Jawab Clara sembari mengangkat tas milik Elenora pemberian Biundra kemarin.
"Idih najis, tapi cakep wehh.." Merampas tas Elenora dari tangan Clara.
"Udah Mov," Lynne menegur lagi, Movie hanya mendelik kesal sembari menaruh tas Elenora, dia akan terus memojokkan Elenora sampai perempuan yang masih dalam pelukan Lynne itu menangis.
Movie berdiri. "Gue kesel banget sumpah, punya temen kok b*go banget. Mau aja jadi temen tidur, tanpa ada hubungan."
Clara, Lynne bahkan Elenora terdiam mendengar kalimat sarkas Movie, perempuan itu berjalan cepat keluar dari taman kampus menuju kelasnya. Tidak ada yang salah dari ucapan Movie, hanya saja tidak dapat diterima baik oleh otak budak cinta milik Elenora.
"Sebenernya, gue setuju sama Movie," Lynne melotot pada Clara meminta agar perempuan itu tidak mengatakan apapun. Sayangnya tidak digubris oleh Clara, mungkin bagi Clara sudah waktu dia harus mengeluarkan pendapatnya. "Lo emang sedikit b*go El, gak ada persahabatan laki-laki dan perempuan seperti kata Lynne. Even less, he does not understand your feelings. Lo cuma jadi tempat pelampiasan nafsunya dia El, dia selalu mendewikan semua perempuan yang lagi dia deketin. Sewaktu dia bosan, dia balik ke lo terus menghabiskan waktu semalaman diranjang. I think that's beyond friendship."
"Lyn..." Elenora mendongak, menatap Lynne yang masih senantiasa memeluknya. Lynne mengangguk, menyetujui ucapan Clara. "Tapi gue takut, kalau gue confess eeh dia malah menjauh. Kalian kan tau, gue gak bisa jauh dari dia."
"Hadehhh, capek ngomong sama bucin tol*l." Emosi Clara memuncak, dia bangkit dari duduknya, mengemasi semua barang miliknya dan berjalan pergi tanpa berpamit.
Lynne menggeleng dengan senyum yang mengembang, mengelus pipi Elenora, bibir sahabatnya sudah mengerucut panjang.
^^^To be continued 🖤🖤^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
halimah abdul hayes
Ini perempuan paling bego
2024-05-20
0
ဣӂ꧂✪ⓝⓘⓣⓐ ⓚⓘⓜ ӂ
Semangat ya
2022-11-23
1
Rina Tyas
semangat kak
2022-10-28
1