...🖤🖤...
Sepertinya ia harus menyerah.
Menyerah mencari keberadaan teman baiknya. Dimanapun tempat yang sering mereka berdua kunjungi sudah Elenora sambangi, hasilnya nihil. Tidak ada Biundra disatupun tempat.
Bahkan Elenora sempat kembali berpikir untuk datang ke apartement Biundra. Barang kali laki-laki itu sudah pulang, tapi satu pikiran terlintas diotak Elenora. Dia tidak perlu bergantung pada laki-laki itu, hanya belanja bulanan tidak akan membuatnya kesulitan.
Kalau meraih barang yang sulit untuk dia gapai, kan ada banyak pekerja yang bisa membantunya, begitu kan?
Elenora mengangguk, dia mulai menghidupkan mesin mobilnya dan mengendarai menuju mall terdekat.
Jangan kaget, mall tidak akan pernah sepi apa lagi ini awal bulan. Padat. Elenora mengela kesal pada sederetan orang yang tidak mau mengalah. Doa sudah mengantri untuk mengambil soda tapi tubuhnya terus terdorong.
Ck,
Elenora hanya bisa berdecak sebal, tinggal satu botol soda besar yang tersisa dirak, tapi tangan laki-laki kekar sudah meraihnya. Huh. Elenora imgin menangis.
"Nih.."
Dahi Elenora mengkerut, siapa?
"Buat kamu."
"Kamu?"
"Aku tidak suka soda."
"Ouh, terima kasih." Meraih botol yang diserahkan. Dia menaruh kedalam keranjang dorongnya. "Lalu, kenapa kamu mengambilnya?"
"Membantumu."
Laki-laki itu berjalan pergi, meraih botol jus buah rasa jambu dan laki-laki itu taruh kedalam keranjang ditangannya.
Elenora tersenyum menatap punggung laki-laki itu, hum, lumayan. Tapi jutek, Elenora tidak tertarik.
Elenora kembali melanjutkan pencariannya. Satu tangan mendorong troli dengan beberapa barang keperluannya untuk satu bulan kedepan. Tangan lainnya menggenggam ponsel dan mata tertuju kesana. Sampai pukul tujuh malam, Biundra masih belum memberikan tanda kabar padanya. Jangankan dibalas pesannya, dibaca saja tidak. Apartemen laki-laki itu masih kosong, tidak biasanya Biundra pergi tanpa mengabari dirinya.
Kira-kira kemana perginya laki-laki itu ya?
Elenora ingin bertanya pada teman-teman Biundra, tapi tidak ada yang akrab, hanya tau tau saja dan sekedar bicara namun tidak kenal lebih.
Percakapan dengan laki-laki didepan kelas Biundra tadi kembali terngiang, bahwa seseorang melihat Biundra pergi dengan kekasihnya, mungkin saja Biundra pergi dengan Jesslyn tanpa ingin diganggu. Elenora menghela napas kesal, mereka sangat dekat tapi ia tidak memiliki kuasa untuk mengambil pikiran Biundra. Memang, sepertinya Biundra sudah menaruh semua perhatiannya pada Jesslyn, sesayang itukah?
Huf, mungkin ia tidak akan membantu Biundra untuk lepas dari pacar-pacarnya jika bosan.
Ponselnya bergetar membuat Elenora melihat dengan cepat, padahal deringnya bukan dari dering khusus milik Biundra, tapi dia tetap cepat merespon.
Dari mama Biundra.
"Holla tante..." Sapa Elenora manja, dia sering melakukan hal itu sejak lama.
"Ele, apa kabar sayang?"
"Baik." Elenora tertawa kecil. "Tante apa kabar?"
"Baik." Terdengar suara menghela napas sari ujung sana. "Ele, kenapa tidak ikut pulang sayang?"
"Ele ada ulangan seminggu kedepan tante," jawab Elenora, "kan bulan depan jadwal El pulang."
"Uhh, tante kangen." Terdengar lagi suara kesal dari sebrang. "Biu pulang bawa pacarnya semalam, tante kira dia bawa kamu. Ternyata mereka cuma berdua."
"A-apa? Biu pulang bawa Jesslyn?"
"Um, kamu kenal? Tapi sudah pulang sore tadi. Apa dia belum mengabarimu, sayang?"
"Tidak." Elenora menggeleng, mama Biundra belum tentu melihat, tapi tetap dilakukannya. "Ohh, El tau soal Jesslyn karena Biu yang kasih tau, tante." Perasaan Elenora mendadak panas, dia ingin menangis tapi tidak ada kekuatan lagi. "Tantee, El lagi belanja bulanan nih, harus masukin barang ke bagasi dulu. Nanti El telepon lagi kalau sudah sampai apart okey?"
"Kamu tidak menunggu Biu?"
"Haduhh, keburu El kelaparan karena gak ada stok makanan lagiii..." Rengeknya manja, dia tetap bersikap seperti biasanya. "Babay tantee, love youuu..."
Mendengar balasan dari mama Biundra, Elenora memasukkan ponselnya dan mulai memasukkan barang belanjaan kedalam bagasi. Air matanya jatuh, Biundra tidak pernah mengenalkan perempuan yang dia pacari kepada keluarga, apakah laki-laki itu serius pada Jesslyn?
...🖤🖤...
Elenora menangis disamping mobil, dia berjongkok dan memasukkan seluruh kepalanya kedalam lututnya yang terlipat. Biundra akan serius tentang ini, bagaimana nasibnya?
"Mau aku bantu?"
Elenora mendongak, mengusap kesua pipinya yang mulai banjir oleh air mata. Laki-laki yang membantunya mendapatkan botol soda sedang berdiri didepannya. Elenora berdiri.
"Tidak bisa menaikkan ya?" Laki-laki itu bertanya lagi, Elenora melihat kearah bagasi mobilnya yang terbuka, dan beberapa plastik miliknya tergeletak dilantai. Memang ada beberapa kardur yang tidak bisa dia angkat sendiri, tapi tidak tau mau meminta tolong pada siapa, sedangkan hatinya sedang sesak. Membuat Elenora memilih menangis memeluk lutut.
"Um," Elenora mengangguk, melihat laki-laki dihadapannya menunggu.
"Biar aku bantu," tawar laki-laki itu dengan lembut dan mulai menaikkan semua barang milik Elenora kedaam bagasi sebelum ia menerima tawaran.
^^^To be continued 🖤🖤^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments