Prince Charming And The Beast

Prince Charming And The Beast

Sepatu Pembawa Sial

Pada suatu hari hiduplah seorang pangeran tampan nan mempesona yang sedang mencari istri. Dia selalu mengadakan pesta dansa untuk mengundang semua wanita dari berbagai kerajaan untuk dijadikan kandidat istrinya.

Hingga suatu hari datanglah seorang Putri dari Kerajaan yang sangat jauh, bahkan hampir tidak pernah terjamah oleh siapapun. Putri itu menawarkan dirinya untuk berdansa dengan sang Pangeran, tetapi Pangeran menolaknya karena wajah Putri itu sangat jelek.

"bagaimana mungkin Pangeran tampan sepertiku bisa berdansa dengan wanita jelek sepertimu...," kata Sang Pangeran sombong. Tuan Putri marah dan akhirnya dia berteriak mengutuk Sanga Pangeran,

"Wahai Pangeran, Meskipun wajahmu tampan, tetapi hatimu kotor. Aku harap Dunia akan menghukummu !!! Hari ini kau telah membuatku sakit hati, maka Hatimu akan membunuh Ragamu !!!" Tepat setelah tuan putri selesai bicara petir-petir menyambar.

.

.

.

"bukankah cerita dari naskah ini sungguh seru?" tanya Gladys.

"ya, menurutku juga begitu." kata Gwen menimpali.

"siapa yang membuat naskah ini?" tanya Gladys lagi.

"siapa lagi kalau bukan mantan terindahmu alias Alan." kata Gwen lagi.

*

*

*

2 Tahun Lalu

Sheilla POV

Aku tidak bisa disebut beauty, aku lebih tepat jika dipanggil the beast. Meskipun aku adalah seorang anak perempuan, tapi bagiku penampilan harus apa adanya. Ya, benar-benar apa adanya kok. Tidak perlu vermak sana-sini.

"Alan ...!!!"

"Alvin ..!!!"

"Andra ..!!!"

Itu adalah teriakan para gadis yang tergila-gila dengan ketampanan 3A itu. Nama geng mereka seperti ukuran kertas saja. Ya, aku baru saja mengupgrade kelompok usiaku jadi remaja karena baru kemarin masuk SMP. Disinilah mulai kisah dongeng ini. Antara Prince Charming and The Beast.

Namaku adalah Sheilla Inggrid. Aku adalah seorang anak perempuan yang baru puber yang kurang peduli pada penampilan. Hobiku adalah mencicipi makanan yang dibuat ibuku dan berolahraga. Aku sangat menyukai senam, tapi hal itu bukannya mengubah tubuhku yang gemuk ini menjadi langsing melainkan semakin berotot. Bisa membayangkan wujudku? The beast adalah panggilanku sejak aku masuk SD. Teman-temanku merasa aku ini seperti si buruk rupa karena penampilanku ini, ditambah lagi aku ini agak galak, yah, itu sih menurut mereka.

"Hey, Sheilla...," Sapa temanku Reyna.

"Hm..,"

"Kalo kamu boleh milih di antara 3A itu, mana yang mau kamu jadiin pacar kamu?" Tanya Reyna yang sering mengajakku menonton permainan basket si 3A itu saat jam istirahat.

"Hm.., kenapa kamu nanya gitu?"

"Penasaran aja.., kamu kan gampang ngenalin sifat orang." Kata Reyna. Sudah bisa ditebak, dia pasti menyukai salah satu dari 3A itu.

"Oke, kita mulai dari kak Andra, kalo menurut aku dia itu yang paling gak ganteng di antara yang lainnya. Kulitnya agak gelap, tapi dia punya senyum yang manis. Tatapan matanya juga hangat, dan dia ramah ke semua orang. Itu yang bikin dia punya nilai plus."

"Iya,kan.., kak Andra itu yang terbaik...,"

"Kamu suka sama kak Andra,ya?" Tebakku.

"Eeh.., apaan, sih? Aku,kan nanya kamu, Shei..,"

"Oke, kak Alvin.., Dia itu ganteng, tapi ganteng karena mata sipitnya yang tajam dan kulit putihnya yang bening. Tapi dia itu agak pembuat onar. Suka bercanda berlebihan bahkan sama guru, tapi anehnya guru gak pernah protes sama sikap dia. Aku paling gak suka sama kak Alvin."

"Mungkin di sini berlaku aturan kalo ganteng mah bebas, hihi...," Kata Reyna geli sendiri. Aku hanya tersenyum menimpalinya,

"Oke, yang terakhir kak Alan. Dia itu cowok paling ganteng yang pernah aku temui. Entah kenapa kadar gantengnya itu gak berlebihan, pas, apalagi kalo senyum, hati rasanya langsung deg-degan...,"

"Kamu suka sama kak Alan, ya?"

"Eeeh?? Enggak, enggak...,"

"Hmm..., "

"Beneran enggak !!" Kataku.

"Oke deh, lanjut, aku penasaran, menurut kamu kak Alan kayak gimana?"

"Uhmmm..., Menurut aku dia itu punya pesonanya sendiri..., Dia juga selalu tersenyum, ramah sama setiap orang, tapi...,"

"Tapi apa?"

"Dia kayak punya sesuatu yang masih dia sembunyikan. Aku jamin kak Andra sama kak Alvin juga gak tau. Dia punya beban yang dia simpan sendiri, tapi berusaha nutupin itu sendirian dengan bersenang-senang..,"

"Bersenang-senang?"

"Iya, bersenang-senang sama gengnya itu..," kataku. Yah, jujur sejak pertama kali tidak sengaja mataku bertemu dengan mata kak Alan, aku sudah bisa menemukan rasa sakit yang ia pendam sendiri, tapi aku tidak tahu rasa sakit apa yang dia simpan itu. Mungkin itu yang membuatku selalu memperhatikannya.

*

Alan POV

Matanya sangat tajam. Itu kesan pertamaku untuknya. Tidak sengaja aku menatap matanya karena rasanya ia menatap punggungku sampai rasanya punggungku ini mau bolong. Bodohnya aku yang sedang rapuh saat itu malah memperlihatkannya lewat mataku ini. Tapi siapa yang peduli. Aku bahkan tidak ingin mengenal perempuan yang tidak cantik seperti dia.

"Alan ! Oper !" Lagi-lagi Alvin memintaku mengoper bola yang ada di tanganku. Ya, dia paling jeli kalo sudah tinggal memasukkan bola ke ring begini, tanpa ragu aku mengoper ke arahnya, dan bagusnya ia selalu bisa menangkapnya.

"Shoot !" Bola masuk dengan mulus ke dalam ring.

Alvin langsung menghampiriku dan meninju pundakku,

"Good job !" Katanya. Aku tersenyum,

"Yeah, good job !" Kataku. Namun tiba-tiba mataku ini seperti magnet langsung bertatapan dengan dia lagi. Lagi-lagi aku memergokinya sedang memperhatikanku. Sebenarnya perempuan jelek itu maunya apa, sih? Mengusik hidup tenangku saja !!!

*

Rasanya aku ingin lepas dari dia. Tapi tatapan tajamnya itu seperti menghantuiku saja. Apa jangan-jangan dia itu menyukaiku secara diam-diam?

"Eh, awas ! Awas, si the beast marah tuh !!" Tiba-tiba adik kelasku berlarian di lorong.

"The beast? Siapa yang mereka bilang the beast?" Gumamku.

"Eh, awas lu pada !!!" Tiba-tiba si jelek itu muncul. Dia berlari ke arahku, lantai yang aku pijak ini bergetar ketika dia berlari.

"Wee...," Kata dua temannya yang ada di belakangku.

"Sialan kalian !!!!" Katanya lalu melepas sepatunya dan melemparnya.

Bug!

"Sial !" Umpatku.Sepatunya itu dengan mulus mengenai wajah tampan berhargaku. Dia baru saja merusak Mahakarya terindah yang diciptakan oleh Tuhan ini. Dia pantas mati.

"Ya ampun..., Maaf, kak, maaf !" Katanya merasa bersalah. Dia lalu mengambil tissue basah di sakunya dan mengelap wajahku, tapi aku langsung mencegahnya,

"Don't touch me, The Beast..," aku yang marah padanya saat itu memanggilnya dengan panggilan itu padanya. Bisa dibilang itu panggilan yang sangat buruk untuk seorang perempuan.

Tapi dia tidak marah, keningnya bahkan tidak berkerut, apa dia bahkan tidak tersinggung? Wajahnya benar-benar tenang, tapi tatapannya itu menatapku tajam. Kenapa jadi aku yang takut? Dia yang salah karena sepatunya mengenai wajah tampanku.

"Maaf, kak...," Katanya lagi.

"Iya, iya.., sana balik ke kelas lu. Gue gak mau lihat muka lu !" Kataku akhirnya.

Ia lalu mengambil sepatunya, menjauhiku lalu membungkuk sebentar dan pergi.

Selepas ia pergi aku mengusap mulutku,

"Wah..., Padahal gue berkata kasar sama dia, tapi dia gak marah....," Kataku takjub. Apa dia juga sepertiku, sering memendam rasa sakit sendirian?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!