Bimbang

"Tapi lu aneh, dah.., bukannya lu mau buang dia gitu aja ?"

Aku tiduran telentang di atas lantai setelah puas memukul samsak yang ada di kamarku. Kalimat Alvin terus terngiang di kepalaku. Aku kesal dengan kata-katanya, tapi itu memang niatku dari awal. Aku langsung bangun,

"Sadar, Alan ! Lu harus meluruskan niat lu. Kembali ke rencana awal. Lagian cewek kayak dia itu gak pantes punya cowok kayak elu !!"

"Tapi wajahnya akhir-akhir ini bersinar dan..., Cantik...,"

Bug !

Aku reflek meninju wajahku sendiri,

"Apa, sih yang lu pikirin?? Cewek gendut kayak dia itu lebih cocok dibilang si buruk rupa !! Sadar Alan !!!!!" Kataku.

*

Sheilla POV

Reyna membaca komik shonen koleksiku di atas kasurku,

"Shei !" Panggil Reyna.

"Hm?" Tanyaku yang tidak bisa bergerak karena mencoba masker wajah pemberian Reyna.

"Lu sama kak Alan masih jadian, kan?" Tanya Reyna lagi.

"Iya..," jawabku singkat. Sebenarnya aku mau udahan aja, pacaran itu merepotkan, tapi kalau ingat dia minta aku jadi ceweknya sambil nangis, agak iba juga, meskipun aku heran kenapa dia sampai seperti itu. Memangnya aku sepenting itu baginya?

"Tapi kenapa kalian tuh jarang berinteraksi gitu di sekolah?" Tanya Reyna lagi. Anak ini kenapa meluncurkan berbagai pertanyaan di saat aku sedang pakai masker???

"Eh, sorry, maskernya lagi mengeras, ya? Uhm.., jawabnya nanti aja...," Kata Reyna lalu kembali membaca komik lagi.

*

Reyna memandangku dengan seksama, Sepertinya ia benar-benar menantikan penjelasanku,

"Ehm.., pertama-tama kamu tau,kan kalo kak Alan itu playboy?" Tanyaku.

"Oh.., APAA??? Playboy ????" Sebenarnya aku tidak berharap reaksi Reyna sekaget ini.

"Jadi kamu gak tau?" Tanyaku.

Reyna langsung menggelengkan kepalanya cepat,

"Itu berarti aku udah comblangin kamu sama orang yang salah, dong??? Duuh, harusnya aku tau kalo dia playboy..., Iya juga,ya, kan dia ganteng, harusnya aku sadar itu..., Aku ini udah gagal jadi temen kamu, Shei..., " Kata Reyna merutuki dirinya sendiri.

"Haduuh..., Udah gak apa-apa, udah terlanjur. Cepat atau lambat kak Alan juga bakalan mutusin aku...,"

"Uugh.., tapi pasti kamu sedih..., Kamu pasti kecewa...,"

"Gak juga, kenapa juga harus sedih. Buang-buang tenaga aja...," Kataku enteng.

"Eeh?? Kok kamu seenteng itu,sih? Kamu jadi gak suka sama kak Alan?" Tanya Reyna.

Aku menggeleng,

"Biasa aja...,"

"Berarti prediksi aku kalo kamu suka sama kak Alan itu meleset, dong???"

"Iya. Meleset jauh sampe rumah tetangga...,"

"Pft.., ih, apaan, sih, Shei.., malah berusaha ngelawak lagi...," Kata Reyna agak kesal.

Aku hanya tersenyum menanggapinya karena merasa lawakanku garing.

"Duuh, maaf,ya Shei..., Sebenarnya waktu itu aku kebawa emosi gara-gara Thalia ngejek kamu terus, dan karena aku pikir kamu suka sama kak Alan, makanya...,"

"Iya, gak apa-apa. Untuk saat ini aku belum bisa putus sama dia. Tapi pasti kita bakalan putus. Nanti aku bakalan lupain pernah pacaran sama dia...," Kataku dengan percaya dirinya.

"Beneran?"

"Iya...," Kataku sambil tersenyum,

"Shei..., Eh?" Kata Reyna yang tidak jadi memelukku.

"Apa?"

"Kenapa kamu gak bisa putus sama kak Alan sekarang?" Sebuah pertanyaan yang sebenarnya ingin kusimpan jawabannya sendiri.

"Aku,kan gak pernah mutusin cowok. Aku jadi gak enak...,"

"Apa alasan yang sebenarnya?" Tanya Reyna, dia pasti tahu kalau aku berusaha menyembunyikannya. Aku akhirnya terpaksa menjawabnya.

"Berarti kak Alan suka, dong sama kamu??" Tanya Reyna setelah mendengar ceritaku.

"Entahlah. Bisa aja aku cuman mau dimainin." Kataku.

"Terus kamu mau gitu dimainin gitu aja?"

"Enggak. Tapi aku bukan tipe orang yang melawan saat diserang...," Kataku.

"Yang penting dalam perang ini aku gak sampe tersakiti,kan ? Kalo aku tersakiti, berarti dia yang menang."

"Kamu sanggup apa menahan perasaan kamu?"

Aku menelan ludah mendengar pertanyaan Reyna. Itulah yang aku khawatirkan,

"Selama berpikir dia adalah musuh, kayaknya aku rasa, aku bisa." Kataku percaya diri.

"Oke.., kalo kamu mau curhat, nangis, sampe ngamuk-ngamuk, aku bakalan ada buat kamu, Shei...," Kata Reyna.

"Lebay.., gak akan sampe segitunya,kali..," kataku.

*

Alan POV

Aku menyedot susu stroberi kesukaanku.

"Woy, Lan !! Sadar umur lu !! Kayak anak kecil aja lu minum susu Mulu." Tegur Andra yang sibuk dengan PlayStationku.

"Main aja lu sana. Gue lagi sibuk !!" Kataku yang tidak bisa melupakan Wajah Sheilla. Akhir-akhir dia terlihat bersinar, sepertinya The Beast sudah berubah jadi snow white__, Tidak mungkin. Itu teralu tinggi, Alan, kamu pasti ngelantur lagi.

"Woy.., lu udah gak ngambek sama gue lagi,kan?" Sindir Alvin yang membuatku semakin kesal mendengarnya.

"Ngambek? Ngambek Napa lu?" Tanya Andra,

"Yah.., Gol, sialan lu, Vin."

"Lu yang payah, ****!" Kata Alvin santai.

"Gue mau keluar bentar, kalian main aja." Kataku yang mulai bosan.

"Woy, lu mau nge date,ya?" Tanya Andra tapi tidak kujawab.

Aku pergi ke balkon sambil memandangi ponselku. Aku mencari nama Sheilla.di kontakku tapi tidak ada.

"Kenapa bisa-bisanya gue gak punya nomornya?" Kataku berbicara sendiri.

"Tunggu, kenapa juga gue mau hubungin dia?" Aku malah bingung sendiri.

*

Tiga hari kemudian. Saat Sore tiba-tiba Andra dan Alvin datang ke rumahku.

"Lan, parah lu, kenapa tiga hari ini lu gak masuk?? Sakit juga enggak!! Ketinggalan materi lu, ****** !" Kata Andra sambil tiduran di atas kasurku.

"Gue ini sakit, tau..," kataku membela diri.

"Sakit apaan lu !" Tanya Alvin.

"Sakit aja...," Kataku.

"Duuh, padahal tadi gue khawatir pas pak Tristan bilang lu sakit, perasaan lu baik-baik aja kemaren...," Kata Andra lagi.

"Gue ini sakit. Lagian Mommy udah izinin gue selama tiga hari." Kataku.

"Apa jangan-jangan lu patah hati? Ah tapi gak mungkin. Alan,kan biasanya bikin cewe patah hati..," kata Alvin lagi. Kata-katanya memang tidak salah, tapi tebakannya itu tepat sekali.

"Kayaknya bener. Apa Sheilla bener-bener mengabaikan elu, hahaha..," kata Andra.

"Jangan bahas dia !!!" Kataku makin kesal. Bisa-bisanya di saat seperti ini bahkan Sheilla tidak menghubungiku. Harusnya dia mengkhawatirkanku seperti orang gila.

"Mau gue tanyain apa orangnya kalo ketemu?" Tanya Alvin.

"Apaan, lu, Vin? Cewe jelek kayak dia juga mau lu Embat. Kacau lu berdua." Kata Andra.

"Heh, gue tanya dia doang, gak gue rebut, tenang..., Apa yang jadi milik Alan gak akan gue ambil...," Kata Alvin. Kenapa kalau tentang Sheilla akhir-akhir ini aku sangat sensitif,ya?

Ddrrrt...,

Tiba-tiba ada ponsel yang berdering, Aku, Andra dan Alvin langsung mengambil ponsel kami. Bukan ponselku, juga bukan ponsel Andra. Aku melihat ke arah Alvin dan ternyata dia sedang tersenyum sambil memandang layar ponselnya.

"Hape lu__,"

"Ya Sheilla?" Langsung mataku ini melotot mendengar nama yang keluar dari mulutnya. Sheilla yang mana yang dia maksud? Apa Sheilla pacarku? Masa iya dia tahu nomor Alvin. Alvin lalu melirik ke arahku.

"Gue lagi di rumah Alan, lu mau ke sini?" Katanya sambil berjalan mendekatiku. Sedangkan Andra tertawa tanpa suara sambil geleng-geleng kepala.

"Lu mau ngomong sama Alan?" Tanya Alvin lagi lalu menyerahkan ponselnya padaku, aku langsung mengambilnya dan menempelkannya ke telingaku,

"Gak,kak.., gak usah..., Aku cuman heran aja, kak Alan kemana selama tiga hari? Kalo kak Alan baik-baik aja ya udah...,"

"Gue baik-baik aja,kok...," Kataku menjawab telponnya. Entah kenapa sekarang jantungku berdebar-debar sangat kencang. Dua sudut bibirku sudah aku tarik ke atas semaksimal mungkin.

"Kak Alan? Ini kak Alan?"

"Iya, ini gue. Lu khawatir sama gu__," tiba-tiba telpon ditutup.

"Sialan...," Kataku sambil mencengkram ponsel Alvin.

"Gila.., muka lu yang suram tadi langsung berseri-seri, eh balik jadi suram lagi..., Hahaha...," Kata Andra.

"Sini hape gue.., mumpung belum lu lempar..," kata Alvin sambil merebut ponselnya yang ada di tanganku.

"Parah.., padahal tadi lu bilang sakit, eh bilangnya ke The beast baik-baik aja...,"

"Banyak bacot lu, Dra!" Kataku lalu langsung membanting tubuhku di atas kasurku.

"Lah, ini Napa? Sakit lagi?" Tanya Andra.

"Iya, gue sakit." Kataku cuek lalu memejamkan mata.

"Kayaknya bener kata lu, Dra.., patah hati. Sheilla bilang dia tadi takut, soalnya Alan yang Nerima, jadi langsung ditutup, hahaha..,"

"Dia nge chat elu juga, Vin?" Tanya Andra.

"Yoi..,"

Aku langsung mendongakkan kepalaku,

"Woy, Vin.., kasih nomor Shei ke gue.., gue mau nelpon dia."

"Ogah.., minta sendiri ke dia.., Wee...," Kata Alvin.

"Ah, dasar lu, gak setia kawan." Kataku makin kesal lalu kembali tidur.

"Lah.., nih anak aneh, deh..," kata Andra.

*

Keesokan harinya. Hari ini ini aku sangat bersemangat. Aku sangat-sangat ingin menemui Sheilla dan meminta nomornya langsung. Bahkan aku sekarang sedang menunggu di depan kelasnya. Sekolah masih sangat sepi karena aku berangkat teralu pagi.

"Kak Alan?" Suara ini tidak salah lagi adalah suara Sheilla. Benar dugaanku, dia selalu datang pagi-pagi bahkan di saat belum ada yang datang.

"Lu ikut gue !" Kataku langsung menarik tangannya dan membawanya pergi.

*

Terpopuler

Comments

Dian Amelia

Dian Amelia

hhmm

2020-11-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!