Alan POV
"Alan !!!" Alvin dan Andra mengejarku sambil memanggilku. Padahal aku tidak berlari, tapi kenapa mereka kalah cepat?
"Alan, tunggu !!!" Kata Alvin.
"Lan, lu serius??" Tanya Andra. Andra ini padahal paling tahu jawaban dari pertanyaannya.
Aku berhenti,
"Kalian kenapa, sih? Panik banget." Kataku enteng.
"Lu tau tadi lu barusan jadian sama siapa?" Tanya Alvin.
"Sheilla. Kenapa?"
"Lu serius jadiin dia salah satu cewek lu??" Tanya Andra lagi.
"Woy, Andra, lu,kan yang paling tau kalo gue itu gak pernah serius...," Kataku memperjelas.
"Terus?" Kata Alvin.
"Gue mau kasih tau ke tuh anak, kalo dia itu gak pantes jadi cewek gue...," Kataku. Tentu saja, tipe cewekku itu sangat jauh dibandingkan dia. Dia ibarat inti bumi jika dibandingkan dengan cewek tipeku yang seperti langit.
"Lu yakin? Firasat gue bilang, dia bukan Cewek sembarangan....," Kata Alvin.
Plok !
Plok !
Tiba-tiba Andra bertepuk tangan, ia berjalan mendekatiku lalu merangkul ku,
"Bagus deh, kalo gitu. Gue khawatir selera lu udah turun, bro !"
"Mana mungkin...," Kataku.
"Lu juga,Vin, dari kemarin perasaan lah, firasat lah..., Udah buang jauh-jauh yang kayak begituan. Sekarang yang harus kita percaya apa yang ada di depan mata kita !" Kata Andra.
"Yah.., terserah lu, deh, Lan. Moga aja lu gak kena karma." Kata Alvin lagi.
"Karma? Palingan juga ditampar sama disiram air..., Hahaha....," Kataku. Hampir semua cewek yang jadi pacarku putus dengan cara seperti itu.
"Emang kacau lu, Lan !!" Kata Andra.
*
Sudah dua Minggu sejak hari itu, hari aku menjadikan the beast pacarku. Belum ada perkembangan yang begitu berarti antara hubunganku dengannya. Namun sebenarnya aku sengaja melakukan itu. Aku mengabaikannya. Biarkan saja dia yang berharap padaku, tapi aku tidak akan memberikannya harapan apapun. Supaya dia tahu bahwa dia tidak pantas untukku.
Di kantin,
"Alan....," Kania teman sekelasku yang baru jadi pacarku selama dua hari ini mulai bertingkah. Dia memang sudah menyukaiku sejak satu tahun lalu, tapi aku selalu mengabaikannya. Setidaknya sekarang aku memberikan kemurahan hatiku untuk menerima perasaannya.
"Bisa minggir,gak?" Kata Kania manja pada Alvin dan Andra yang duduk di sebelahku.
"Hadeeh.., Lan...., Ngapa juga cewek kayak dia lu pacarin...," Keluh Alvin lalu pindah ke sebelah Andra. Kania langsung duduk di sebelahku dan menyenderkan kepalanya ke bahuku,
"Aku bahagia banget, deh..., Akhirnya setelah sekian lama kamu mau jadi cowok aku...," Kata Kania manja.
Aku lalu merangkulnya dan membelai rambutnya,
"Ya...,"
"Eh kamu !" Katanya tiba-tiba menegakkan tubuhnya, membuatku agak kaget dan mencari siapa yang berhasil membuat gadis manja ini menegakkan tubuhnya,
"The beast...," Lagi-lagi panggilan itu, reflek Andra dan Alvin menoleh ke arahku,
"Kamu tolongin aku dong, beliin milkshake vanilla...," Kata Kania.
"Uangnya...," Katanya, tidak seperti biasanya yang menatapku, kini dia mengabaikanku. Tapi tunggu, seperti ada yang berubah dari wajahnya.
"Ya ampun.., sopan dikit dong jadi adek kelas..., Pake uang lu dulu sana !! Takut amat gak gue ganti !!!" Kata Kania.
"Maaf,kak. Aku lagi gak ada uang..," katanya.
"Ih..., Dasar lu ! Udah jelek, miskin lagi !!!" Kata Kania kesal.
"Udah, udah, sayang..., Nih, pake uang gue dulu aja...," Kataku berusaha menengahi pertarungan dua cewek ini. Bisa gawat kalo mereka cekcok dan bikin keributan.
The beast.., tidak Sheilla menerima uang yang aku berikan begitu saja dan pergi untuk membeli milkshake vanilla,
"Thanks, ya, Beib.., tapi kamu gak perlu lembek ke orang kayak dia. Ish..., Aku aja tuh kesel ngeliat mukanya. Senga gitu,gak sih? Gak sopan sama kakak kelas."
"Yah, kalo kakak kelasnya kayak lu, makin senga aja, tuh mukanya..," batinku.
"Nih,kak...," Katanya yang tiba-tiba datang sambil menyerahkan milkshake vanilla pesanan Kania,
"Kak Alan, nih kembaliannya...," Katanya sambil memanggil namaku, reflek tanganku mau menerima kembaliannya,
PLAK !
tiba-tiba Kania malah memukul tangan Sheilla,
"Ugh...," Kata Alvin dan Andra,
"Heh, lu pikir lu siapa??? Kasih kembaliannya ke gue. Lu kira lu pantes apa nyentuh pacar gue????" Kata Kania marah.
"Kok gue kesel ya dengernya? Asal lu tau, Kania, Sheilla itu lebih dulu jadi cewek gue daripada lu !!!" Teriak gue dalam hati.
Tapi anak itu diam saja lalu menatap mata Kania tajam. Tentu dengan tatapan andalannya,
"Apa lu?? Berani natap gue?? Heh, jangan songong, deh lu !!!" Kata Kania kesal.
"Asal lu tau aja, bahkan untuk jadi pacar kaos kaki Alan, lu itu gak pantes, tau gak !!!"
"Pft..., Kacau lu Kania !!" Kata Andra membuat Kania merasa didukung. Tapi mataku ini masih memperhatikan Sheilla. Dia, dia tersenyum kecil lalu wajahnya kembali datar. Entah kenapa aku malah merasa terhina,
"Jadi jangan berharap, gak.., bahkan lu gak boleh mikir kalo lu__,"
BRAKK
Aku menggebrak meja karena tidak tahan. Kania langsung diam seribu bahasa, begitu juga Andra dan Alvin.
"Gue balik dulu !" Kataku lalu pergi begitu saja.
"Alan...," Kata Kania mengejarku.
Andra dan Alvin saling tatap,
"Kak, kembaliannya gimana?" Tanya Sheilla.
"Udah, itu kan duit cowok lu, ambil aja." Kata Alvin.
*
Hari ini aku kesal sekali. Benar-benar kesal dengan insiden di kantin tadi. Tanpa alasan yang jelas, aku langsung putus dengan Kania. Lagipula dia juga bukan cewek yang harus dipertahankan. Sikapnya sangat buruk.
Kini aku memandang keluar jendela mobil. Rasanya aku ingin bertemu dengannya. Aku benar-benar kesal dengan senyum kecilnya tadi. Kenapa dia seolah bahagia di saat aku ingin menghancurkannya??
"Pak, pak !!" Kataku saat mataku ini menangkap Sheilla yang sedang berjalan sendirian di trotoar. Ya, entah kenapa aku mengenali dirinya dari belakang.
"Pak, coba berhenti di samping cewek itu ...," Kataku,
Pak Anjar langsung meminggirkan mobilnya lalu mengklaksonnya, bukannya menoleh, dia malah berjalan semakin pinggir, terpaksa aku membuka kaca mobil,
"Woy... !!" Panggilku yang berhasil membuatnya menoleh padaku,
Alisnya langsung naik sebelah karena kaget,
"Nagapain lu jalan kaki di saat pacar lu punya mobil ??" Tanyaku.
"Uhm...," Dia bahkan enggan menjawabku. Jadi hanya aku yang menganggapnya pacar? Tunggu, kenapa ini tidak sesuai rencanaku? Aku seperti dihina di sini.
"Woy !!! Masuk cepetan ke mobil gue, gue anter !!!" Kataku sambil menahan rasa kesal.
"Beneran bakalan dianter??" Kini dia mulai buka suara. Tunggu, bahkan dia mencurigaiku?
"Iya..., Cepet naik !!" Kataku.
Mobil pak Anjar lalu berhenti dan dia masuk ke dalam mobilku.
"Oh,iya, kak Alan..., Nih uang kembaliannya..., Tadi belum sempet dibalikin...," Katanya malah memberikan uang padaku. Itu pasti uang milkshake vanilla tadi.
"Apaan, sih? Buat lu aja. Itu,kan uang gue." Kataku kesal. Aku kesal karena sikapnya yang menganggapku seperti orang lain.
"Terus kalo uang kak Alan, apa hubungannya sama aku?" Katanya yang berhasil memancing emosiku,
Aku lalu melepas sepatuku dan kaos kakiku,
"Nih...," Kataku memberikan kaos kakiku padanya,
"Ini kenapa lagi?" Tanyanya sok polos.
"Bukannya ini pacar lu?" Tanyaku membuat dia tak bisa berkata apa-apa.
Ia mengerutkan dahinya,
"Tapi uangnya,kak__,"
"Lu bisa diam gak, sih????" Kataku mulai kesal. Ia bahkan memejamkan matanya. Apa dia takut padaku ?
"Kenapa tadi di kantin lu diam aja, hah?!!!"
"Kenapa lu gak marah pas Kania bilang lu pacarnya kaos kaki gue??? Kenapa lu malah senyum, hah???!!" Tanyaku yang tidak sanggup menahan emosiku lagi.
"Uhm.., i, itu.., jadi kita beneran pacaran,kak?" Tanyanya polos, kini dia menatapku bukan dengan tatapan tajamnya, tapi dengan matanya yang berkaca-kaca, mungkin takut karena tadi aku bentak,
Greb !
Entah apa yang ada di kepalaku, aku langsung memeluknya,
"Lu itu cewek gue dan gue cowok lu. Lu itu milik gue...," Kataku lalu entah kenapa air mataku malah menetes,
"Uhm.., kak...,"
"Lu gak boleh ngelawan, lu gak boleh nolak !!! Mana ada cewek yang nolak gue !!!" Kataku.
Puk
Puk
Puk
Aku merasa kalau dia menepuk-nepuk punggungku lembut,
"Iya,iya...," Katanya.
Aku memeluknya semakin erat. Lalu entah kenapa lama kelamaan aku mengantuk dan tertidur di dalam pelukannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments