H U R T

H U R T

Satu

Braaaaaak..............

Suara keras yang berasal dari ruang keluarga terdengar jelas di kamar ku yang terletak di lantai atas, suara yang selalu aku dengar saat ayah ku pulang ke rumah. Kali ini tidak terdengar suara bunda yang menangis setiap kali ayahku menggebrak meja atau pintu seperti biasa nya, melainkan suara Kaka laki-laki ku yang terdengar sama tinggi nya dengan ayahku.

" UNTUK APA AKU TETAP TINGGAL DI RUMAH INI !!! KELUARGA INI SUDAH HANCUR......BAHKAN AKU TIDAK LAGI MERASA MEMILIKI KELUARGA "

" ANAK KURANG AJAR "

plaaaaaak.........

baru saja aku membuka pintu kamarku, suara tamparan itu menyambut ku dari bawah. Rasa nya pasti sangat sakit, tapi kali ini aku setuju dengan Kaka ku, rasa nya ingin juga aku segera mengemasi semua barangku dan pergi bersama Kaka ku.

" tampar ajh sesuka hati ayah......karna itu semakin membuat aku yakin untuk pergi "

terlihat Kaka ku meraih tas ransel hitam bercorak biru di atas meja, Kaka ku menoleh ke arah bunda yang duduk tertunduk tanpa menghentikan dia yang hendak pergi. aku kembali ke dalam kamarku dengan perasaan campur aduk, aku benci dengan keluarga ku sendiri dan aku kesal dengan Kaka ku yang tidak mempedulikan aku sedikitpun, padahal dia tau aku pun merasakan apa yang seperti dia rasakan.

aku mengunci pintu kamarku dan mulai menyalakan musik favoritku dengan sangat kencang.

ayah ku sudah lama berselingkuh dengan salah satu staf di kantor nya, dan bunda sudah lama pula mengetahui kelakuan ayah selama ini, tapi entah karna bunda terlalu sayang atau terlalu bodoh, bahkan sampai saat ini bunda tidak menggugat cerai atau apa lh. terkadang aku melihat bunda menangis sendirian di dalam kamar nya seperti menahan semua sakit nya sendirian.

malam ini aku tertidur dengan musik yang masih terdengar kencang di kamar ku, dan sampai pagi tiba baik bunda atau ayahku tidak ada yang memintaku untuk mematikan nya. seperti anak sekolah lain nya aku bangun pagi dan mulai bersiap berangkat sekolah, setelah rapih dengan seragam sekolahku, aku turun menuju ruang makan, terlihat bunda dengan mata sembab menyiapkan sarapanku dengan di bantu mba ayu art di rumahku.

langkahku berhenti di depan meja makan dan melirik bunda yang juga mulai melirik ku.

" Yuri.......kamu udah siap???? kemarilah sarapan "

" di mana ayah???? "

bunda terdiam dan memalingkan wajah nya, lalu mulai duduk tanpa menatapku. aku menghampiri bunda untuk sarapan dan terus bertanya agar mendapatkan apa yang ingin aku ketahui sejak kejadian semalam.

" kenapa bunda ngg jawab???? apa ayah sudah pergi tanpa sarapan??? "

mba ayu melirik ku dan menatapku seperti sedang mengasihi ku, ah hidupku apa semenyedihkan itu di mata orang lain ?.

mba ayu memang sudah lama bekerja di rumahku, ya bisa di bilang hampir sama dengan usia Kaka ku. mba ayu seorang janda yang di tinggalkan suami nya karna meninggal akibat kecelakaan, dia memiliki satu anak perempuan yang sebaya dengan ku, tari namanya, dulu dia tinggal di rumahku bersama mba ayu, tapi semenjak masuk sekolah SMP tari dan mba ayu mengontrak di kampung sebelah perumahan ku.

setiap pagi buta mba ayu dan tari datang ke rumahku untuk bekerja, kemudian tari akan pulang setelah adzan subuh dan baru bersiap kesekolah..

sepulang sekolah tari masih harus bekerja di toko kue milik bunda, ya bunda memang senang memasak dan membuat kue, itu lah alasan kenapa bunda memiliki beberapa toko kue di beberapa kota, setidak nya itu alasan yang aku tau.

aku hanya memakan sepotong roti yang sudah ku olesi selai coklat kacang kesukaan ku.

" bunda masak nasi goreng kornet kesukaan mu, apa kamu tidak mau memakan nya "

aku berdiri tanpa menghiraukan pertanyaan bunda seperti yang bunda lakukan padaku saat aku bertanya tentang ayah, aku meraih tas ransel ku dan bergegas keluar. terlihat bunda menghela nafas panjang dan berusaha menahan kesal, tapi aku tak ingin peduli.

mba ayu yang melihatku berjalan menuju luar buru buru mengejar ku untuk membukakan pintu gerbang seperti biasa nya.

" neng Yuri ngg makan nasi goreng nya bunda??? "

" ngg mba " jawabku ringan sambil ku kencangkan helm hitam di kepalaku

" kasian loh neng ibu udah masak "

" apa beda nya dengan bunda yang tidak menjawab pertanyaanku dan membiarkan Kaka pergi dari rumah semalam ???? aku juga sama kaya bunda mba, sama sama manusia "

ku tancap gas motorku dengan kencang setelah gerbang terbuka dan tak menghiraukan lagi mba ayu yang terlihat masih ingin menasehati ku.

" gpp mba ngg usah di tutup, saya mau keluar sekarang "

" oh baik Bu, tapi bukan nya ibu biasa pergi jam 9 ya....ini kan baru jam setengah 7 "

" gpp mba, aku mau ada urusan dulu "

mba ayu hanya menganggukkan kepala nya dan menunggu mobil bunda keluar untuk menutup kembali gerbang nya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

mataku langsung mencari tari di antara kerumunan orang orang yang berjalan, dengan segera aku meletak kan helm ku di atas motor saat melihat tari.

" tari !!!! "

dengan suara ku yang keras aku memanggil tari agar dia menungguku, seperti biasa tari yang kalem, anggun dan lemah lembut hanya membalas panggilanku dengan senyuman manis nya dan lambaian tangan ke arah ku.

aku berlari bergegas menghampiri tari dan langsung merangkul nya.

" ka yugi telpon ngg semalam ??? "

" dia pergi dari rumah???? "

" aku yakin kamu tau "

" kemarin ka yugi ke toko, tp ngg bilang apa apa tuh "

" aneh...... "

" ko aneh ???? "

" kan biasa nya ka yugi selalu cerita apapun sama kamu "

" ngg gtu ri, ka yugi cuma cerita yang menurut nya memang perlu di ceritain "

" ka yugi semalam ribut sama ayah, trus pergi ngg tau kemana, ayah juga seperti nya pergi "

tari hanya menatapku tanpa bereaksi apapun, dia memang sudah lama mengetahui keadaan keluarga ku, jadi ngg heran kenapa aku bisa leluasa menceritakan apapun pada nya.

" aku mau bolos, mau nyari ka yugi "

aku membalik kan badan ku hendak pergi kembali ke parkirkan, tapi dengan cepat tari menahan ku dan menarik tanganku membawa nya masuk kelas .

" ngg, ngg !!!! ngg ada bolos bolosan, lagian kalau ka Yugi tau kamu bolos dia pasti marah "

" tapi tar......."

" aku bilang ngg ya ngg !!!! "

aku tersenyum dan memilih menuruti tari, tanpa tari sadari aku selalu senang saat dia memarahi ku atau melarang ku saat aku melakukan hal bodoh.

" Iyah iyaaaah Kaka ipar "

wajah tari langsung memerah setiap aku mengatakan kalimat itu, tapi jujur aku memang berharap banget tari berjodoh dengan Kaka ku.

" hus ... kebiasaan kamu ngomong nya "

aku tertawa puas melihat tari menjadi salah tingkah dan wajah nya semakin memerah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!