mobil bunda berhenti tepat di depan rumah berukuran 30x60 yang terlihat sederhana dengan gerbang hitam yang tak terlalu tinggi, setelah menghela nafas nya bunda meraih tas merah yang terletak di samping tempat duduk nya.
bunda melangkah pasti dan langsung masuk setelah membuka gerbang hitam yang memang tidak terkunci, tiba tiba pintu utama terbuka, terlihat ka Yugi keluar menyambut bunda dengan wajah datar nya.
" bagaimana kabar mu ?? "
" seperti yang bunda lihat "
ka yugi hanya menjawab bunda dengan santai dan singkat, ya memang seperti itu lah ka Yugi, dingin, cuek, simple tapi di balik sifat nya yang seperti acuh tak acuh dia laki laki yang hangat dan perhatian.
ka yugi meraih tangan bunda dan menuntun nya masuk, mereka berdua duduk di sofa kecil berwarna abu abu yang terletak di sudut ruangan yang menghadap tv.
" bunda mau aku siapkan sarapan??? "
" ngg usah bunda sudah sarapan di rumah "
sesaat mereka saling terdiam sampai akhir nya bunda memulai bercerita pada ka Yugi.
" bunda rasa Yuri marah pada bunda "
" ................... "
" dia terus bertanya tentang ayah mu "
" hmmmmm.....sudah ku bilang dia sudah dewasa Bun "
" tapi bunda terlalu pengecut untuk menceritakan semua nya pada Yuri "
" Yugi tidak akan paksa bunda, lakukan yang bunda mau tapi jangan sampai menyakiti Yuri, ingat dia jg menderita "
" hmmm.... bunda tau !!! itu lah sebab nya bunda tidak ingin dia ikut dengan mu "
suasana kembali hening, ka Yugi menggenggam tangan bunda dan menatap nya.
ka Yugi tau persis apa yang terjadi antara bunda dan ayah, sayang nya dia memilih untuk tidak berbagi dengan ku dan membiarkan aku dengan semua pikiran ku sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
seseorang menghampiri ku di dalam kelas, seorang laki laki dengan senyum khas nya dan berkulit sedikit gelap, dengan gaya nya yang petakilan serta tatapan nya yang selalu membuat para cewe terpesona dan berujung jatuh cinta pada nya.
dia Alfin seorang anak laki laki dari keluarga sederhana, yang sudah setahun ini menjadi pacarku, mungkin aku beruntung atau mungkin, ah sudah lah, inti nya aku merasa masalah ku hilang ketika sikaf random nya membuat ku tertawa.
" yank yank liat nih "
baru melihat nya dengan sudut mata saja sudah membuatku geli dengan kerandoman dia, kali ini Alfin membawa beberapa bunga yang dia petik di taman depan sekolah, dia menyusun dan memberikan nya pada ku dengan berlutut di hadapan ku seperti layak nya pangeran dalam dongeng, untung nya dia tampan, jadi ya ngg masalah lah dengan kekonyolan yang dia lakukanlakukan seperti saat ini.
" makasih honey "
" sama sama ayank "
" btw, bunga nya halal kan bukan nyuri ??? "
mataku menatap Alfin sedikit sinis.
" halal yank, aku kan bayar iuran SPP di sekolah, jadi semua yang ada di sekolah ya bisa aku ambil "
aku dan tari saling melempar senyum mendengar jawaban Alfin yang memang tidak pernah bisa di tebak.
Alfin meraih kursi kosong di samping tempat duduk ku dan mulai duduk menghadap ke arah ku.
" aku pergi dulu ya, kalian lanjut ajh "
ucap tari yang memang paham setiap kali Alfin menghampiri ku di mana pun.
aku dan Alfin melambaikan tangan pada tari yang mulai berjalan menuju tempat duduk yang berada di depan.
Alfin menggesekkan kursi nya mendekat pada ku, tangan nya meraih tangan ku yang membolak balik kan bunga yang baru saja Alfin berikan.
" kamu sedih ya??? "
" ngg ko, mana bisa aku sedih "
" gpp yank, kamu juga manusia biasa yang punya rasa sedih dan marah "
" aku ngg mau pulang hari ini "
" aku temenin kamu maen di taman kota ya pulang sekolah "
senyum Alfin yang terlihat jelas saat dia mendekatkan wajah nya ke arahku memberikan aroma Alfin yang wangi dan memberi aku ketenangan. aku mengangguk mengiyahkan ajakan Alfin, dengan wajah yang sumringah Alfin berdiri dan melambaikan tangan nya ke arahku, dia berbalik dan berjalan keluar untuk masuk ke kelasnya.
aku dan Alfin sama sama duduk di kelas 2 SMA hanya saja kita berbeda kelas, jadi ya seperti itu lah pertemuan aku dan Alfin saat di sekolah, aku memang tidak selalu ingin berduaan bersama Alfin, dan Alfin tau itu, jadi kita lebih banyak menghabiskan bersama teman kita masing masing saat di sekolah, dan hanya beberapa saat Alfin menghampiriku untuk menyapa seperti yang baru saja dia lakukan.
7 jam berlalu aku habiskan di sekolah, akhir nya bel pulang berbunyi juga, suara langkah kaki mulai mengisi lorong lorong sekolah, semua anak berhamburan keluar kelas sambil saling bersautan meneriaki macam macam kata, aku dan tari bergegas merapihkan buku di atas meja untuk bersiap untuk pulang juga.
" kamu pake motor ku ajah tar "
" ogah ah "
" aku pulang bareng Alfin "
" ya udah Alfin yang bawa motor kamu "
" mana mau dia "
" mau ko.....pasti mau "
tari bangun dari duduk nya, dia menepuk pundak ku perlahan memberi isyarat kalau dia hendak pergi.
" aku duluan ya, kamu happy ya sama Alfin, jangan nakal nakal ingat pulang ya "
" siap Kaka ipar " jawabku sambil cengengesan menanggapi celotehan tari.
tari memonyongkan bibir nya membalas mengejek ku, menurutku tari sangat manis, tubuh nya yang kecil, rambut nya yang panjang dan penampilan yang sederhana membuat dia selalu terlihat menarik di mataku.
aku melipatkan kedua tanganku di atas meja, membiarkan nya menopang pipiku yang sedikit bulat ini, mataku mulai menatap jendela yang terbuka, angin kecil yang masuk melewati jendela kelasku mengibaskan rambut hitam sebahu ku, membuat wajahku terasa lebih sejuk dari sebelum nya.
suara langkah kaki mulai sudah tak terdengar lagi, menandakan orang orang sudah mulai meninggalkan sekolah, di ruangan yang mulai hening kini terdengar langkah kaki yang berjalan menghampiriku, tanpa menoleh aku tau itu pasti Alfin.
alfin duduk di sampingku dan mengusap kepalaku dengan lembut, dia mencium keningku saat aku menoleh ke arah nya.
" kamu masih mau di sini yank??? "
" rasa nya di sini lebih nyaman dari pada berada di rumah "
" aku tau tempat yang lebih nyaman dari pada di sini, kamu mau tau ngg ???? "
aku menyodorkan kunci motorku pada Alfin sambil tersenyum dan mengangguk.
" ok ayooo !!! "
Alfin yang bersemangat langsung mengambil kunci motor yang ku sodorkan dan menuntun tangan ku mengajak berjalan bersama menuju parkiran.
setiap hari Alfin pergi dan pulang sekolah hanya menggunakan bis, bukan dia tidak memiliki kendaraan, hanya saja dia tidak mau memakainya dengan alasan lebih nyaman memakai bis.
Alfin memang selalu di ajarkan untuk berbagi oleh ayah nya, itulah sebab nya dia lebih nyaman menggunakan bis karna dia bisa berbagi rejeki dengan seorang supir, atau dia lebih senang membantu seorang ibu yang kesulitan mengangkat belanjaan nya untuk naik atau turun, seperti itu lah Alfin, dan masih banyak kebaikan kecil yang selalu dia lakukan, dan yang paling membuatku iri adalah keadaan rumah nya sangat lah harmonis, meski hidup sederhana tapi kedua orang tua nya tidak pernah bertengkar, Alfin dan kedua adik nya pun selalu saling membantu dalam hal apapun.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments