" untuk apa kamu ke sini??? aku tidak akan menandatangani dokumen itu "
suara ayah terdengar sedikit lantang dengan nada tegas, bunda menoleh dan langsung membuka maf hijau di tangan nya itu.
" mau apa lagi??? saya udah ngg bisa meneruskan rumah tangga ini "
" ini semua gara gara laki laki itu kan??? kamu meminta aku menandatangani dokumen itu biar kamu bisa nikah lagi Iyah kan??? "
" kamu pikir hanya aku yang melakukan nya ??? "
"alah alasan mu selalu sama, Riska itu adik mu, kenapa kamu masih mencurigai nya "
" batin seorang Kaka sekaligus istri itu tidak akan pernah salah mas "
kali ini ayah tidak lagi meneruskan ucapan nya, ayah hanya terdiam lalu duduk di sofa depan yang berbeda dengan yang bunda duduki.
" 5 tahun mas, bukan waktu yang sebentar "
dengan suara gemetar hampir menangis bunda meneruskan kata kata yang selama ini ingin dia utarakan.
" aku udah cukup sabar demi anak anak, aku pikir kamu akan benar benar berganti mas, tapi ternyata aku salah "
" . . . . . . "
" kamu benar Riska itu adik kandungku, dan memang sudah sepatut nya seorang Kaka berkorban untuk adik nya, jadi aku mau kamu menandatangani gugatan cerai ini mas "
kedua nya terdiam tanpa suara lagi, ruangan pun terasa hening, hanya hembusan nafas bunda dan ayah yang saling beradu.
hubungan ayah dan tanteu Riska mulai tercium oleh bunda sejak 3 taun lalu, saat kita berlibur di Bali.
waktu itu tanteu Riska yang merupakan adik satu satu nya bunda di paksa bunda untuk ikut, tapi tanteu Riska terus menolak dengan alasan pekerjaan yang ngg bisa dia tinggal. tapi setelah satu Minggu kita di Bali bunda tanpa sengaja melihat tanteu Riska di salah satu mini market dekat hotel tempat kita menginap, terlihat juga ayah yang membantu tanteu Riska membukakan pintu mini market layak nya seperti pasangan kekasih yang di mabuk asmara.
dengan perasaan hancur bunda mencoba menelpon tanteu Riska untuk memastikan apa itu benar dia atau bukan, ternyata kecurigaan bunda benar wanita yang bersama ayah itu memang tanteu Riska adik kandung bunda.
bunda terus mencoba berpikir positif setiap kali mengingat kejadian itu, hingga satu taun lama nya bunda berusaha tetap bersikap biasa ajah seolah tidak terjadi apapun, meski bunda sudah merasakan perselingkuhan itu sebelum tau kalau wanita yang menjadi selingkuhan ayah adalah adik nya sendiri.
bunda memang tidak suka gegabah dalam setiap hal, dia selalu berhati hati, apa lagi tidak ada bukti yang bunda pegang, itu lah kenapa bunda terlihat biasa saja seolah tak ada yang terjadi, dan itu juga yang membuatku tak pernah mengetahui masalah apa yang selama ini ada di rumahku.
karakter bunda yang tenang juga membuat ayah menganggap bunda tidak pernah tau apa yang selama ini dia lakukan.
setelah beberapa saat mereka saling terdiam, bunda meraih tas milik nya dan mulai berdiri meninggalkan ruangan itu, baru saja bunda melangkahkan kaki nya ayah dengan cepat menarik tangan bunda.
" aku tau laki laki itu cinta pertamamu, tapi ingat sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikan mu "
bunda melepaskan tangan ayah dan pergi begitu saja tanpa mempedulikan lagi ayah.
akhir akhir ini bunda memang dekat dengan seorang pria, bahkan aku pun tau itu, bunda hanya mengatakan kalau itu adalah seorang teman semasa sekolah nya dan aku percaya itu. tapi kenyataan nya ayah terus menyalahkan bunda dan memutar balik kan fakta seolah bunda lah yang berselingkuh dari ayah.
bunda melajukan mobil nya perlahan dan mulai menjauh dari rumah ayah, mungkin bunda merasa sedikit lega karna sedikit mengeluarkan unek unek yang selama ini dia tahan.
di sebuah rest area bunda menghentikan mobil nya dan menangis sejadi nya di dalam mobil, tangis yang mungkin sudah bertahun tahun dia tahan hanya karna ingin melindungi anak anak nya, menjaga agar kedua anak nya masih bisa memiliki keluarga yang utuh, sekaligus menjaga karir ayah sebagai pemilik perusahaan yang memiliki saham terbesar di salah satu stasiun televisi swasta, yang sudah pasti akan menjadi sorotan wartawan jika terdengar ada kabar seputar rumah tangga nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
aku yang sudah berbaring di atas tempat tidurku kembali melihat jam dinding, sudah pukul 22.00 dan belum terlihat tanda tanda bunda akan pulang.
mba ayu yang memang sudah di minta bunda untuk menginap bersama tari pun sudah mematikan lampu ruangan dan mulai menyalakan lampu malam, menutup semua pintu dan merapihkan ruang tv yang berserakan sisa makanan.
aku beranjak dari tempat tidur dan turun menghampiri tari dan mba ayu yang mulai memasuki kamar mereka.
" tar, bisa ngg kamu tidur bareng aku ajah "
perasaanku memang sudah sedikit terasa ngg nyaman, pikiran pun mulai berkeliling memikirkan bunda, ayah dan ka Yugi bergantian.
" kamu takut ri tidur sendiri ???? "
" aku ngg bisa tidur "
mba ayu menepuk bahu tari dan memberikan isyarat untuk menemaniku.
akhir nya aku dan tari berjalan bersama menuju kamarku, kitapun langsung berbaring di atas tempat tidur ku.
tari mengusap rambutku dengan lembut seolah tau perasaanku tidak baik baik ajah.
" apaan si tar, udah kaya emak ke anak nya ajah "
tari membalas celotehku dengan senyuman manis nya.
" biar tidur nyenyak ...... heeee "
" hmmmm....."
" udah ah ngantuk, aku capek nih mau tidur "
aku menoleh ke arah tari yang langsung memejamkan mata nya begitu lampu di matikan, tapi mataku tetap ajah ngg bisa tertutup untuk tertidur, aku meraih ponselku dan mencari no yang ada di kontak ku, sebuah no yang aku beri nama bro Yugi, ya no telpon ka Yugi yang sudah lama aku biarkan begitu saja.
( ka Yugi di mana ? )
sebuah pesan singkat baru saja terkirim, dan terbaca oleh ka Yugi.
( besok Kaka jemput di sekolah ya )
membaca pesan dari ka Yugi akhir nya bisa membuat mataku tertutup dan tertidur malam ini.
suara pintu yang tertutup membuatku terbangun, ku kira bunda yang baru pulang dan menyapaku untuk mengucapkan selamat malam pada ku, tapi ternyata itu tari yang sudah terbangun.
aku kembali menarik selimut tebal ku, meringkukan tubuh kurus ku di atas kasur, tari sengaja tidak membangunkan ku karna memang baru jam 4 pagi.
tiba tiba saja air mataku meneteskan air mata di ujuk pelupuk mataku, jujur aku iri pada tari dan mba ayu, mereka hanya seorang art tapi bisa menghabiskan banyak waktu bersama.
sedangkan aku, serba berkecukupan tapi untuk sekedar ucapan selamat malam pun harus mencari perhatian dulu dengan cara berulah.
belum lagi masalah ayah dan bunda pun sudah sangat membuat rumah ini terasa berbeda dengan suasana rumah saat aku berusia 5tahun.
saat di mana bunda yang setiap pagi membangunkan ku untuk berangkat sekolah, menyiapkan baju seragam, sarapan bersama, sampai rebutan lauk di meja makan bersama ka Yugi yang membuat ayah harus membagi dua agar kami berhenti berebut.
aku merindukan masa itu, sangat merindukan nya. Tapi kenyataan berkehendak lain saat ini, semua nya menuntutku untuk hidup sendiri dan kesepian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments