NovelToon NovelToon

H U R T

Satu

Braaaaaak..............

Suara keras yang berasal dari ruang keluarga terdengar jelas di kamar ku yang terletak di lantai atas, suara yang selalu aku dengar saat ayah ku pulang ke rumah. Kali ini tidak terdengar suara bunda yang menangis setiap kali ayahku menggebrak meja atau pintu seperti biasa nya, melainkan suara Kaka laki-laki ku yang terdengar sama tinggi nya dengan ayahku.

" UNTUK APA AKU TETAP TINGGAL DI RUMAH INI !!! KELUARGA INI SUDAH HANCUR......BAHKAN AKU TIDAK LAGI MERASA MEMILIKI KELUARGA "

" ANAK KURANG AJAR "

plaaaaaak.........

baru saja aku membuka pintu kamarku, suara tamparan itu menyambut ku dari bawah. Rasa nya pasti sangat sakit, tapi kali ini aku setuju dengan Kaka ku, rasa nya ingin juga aku segera mengemasi semua barangku dan pergi bersama Kaka ku.

" tampar ajh sesuka hati ayah......karna itu semakin membuat aku yakin untuk pergi "

terlihat Kaka ku meraih tas ransel hitam bercorak biru di atas meja, Kaka ku menoleh ke arah bunda yang duduk tertunduk tanpa menghentikan dia yang hendak pergi. aku kembali ke dalam kamarku dengan perasaan campur aduk, aku benci dengan keluarga ku sendiri dan aku kesal dengan Kaka ku yang tidak mempedulikan aku sedikitpun, padahal dia tau aku pun merasakan apa yang seperti dia rasakan.

aku mengunci pintu kamarku dan mulai menyalakan musik favoritku dengan sangat kencang.

ayah ku sudah lama berselingkuh dengan salah satu staf di kantor nya, dan bunda sudah lama pula mengetahui kelakuan ayah selama ini, tapi entah karna bunda terlalu sayang atau terlalu bodoh, bahkan sampai saat ini bunda tidak menggugat cerai atau apa lh. terkadang aku melihat bunda menangis sendirian di dalam kamar nya seperti menahan semua sakit nya sendirian.

malam ini aku tertidur dengan musik yang masih terdengar kencang di kamar ku, dan sampai pagi tiba baik bunda atau ayahku tidak ada yang memintaku untuk mematikan nya. seperti anak sekolah lain nya aku bangun pagi dan mulai bersiap berangkat sekolah, setelah rapih dengan seragam sekolahku, aku turun menuju ruang makan, terlihat bunda dengan mata sembab menyiapkan sarapanku dengan di bantu mba ayu art di rumahku.

langkahku berhenti di depan meja makan dan melirik bunda yang juga mulai melirik ku.

" Yuri.......kamu udah siap???? kemarilah sarapan "

" di mana ayah???? "

bunda terdiam dan memalingkan wajah nya, lalu mulai duduk tanpa menatapku. aku menghampiri bunda untuk sarapan dan terus bertanya agar mendapatkan apa yang ingin aku ketahui sejak kejadian semalam.

" kenapa bunda ngg jawab???? apa ayah sudah pergi tanpa sarapan??? "

mba ayu melirik ku dan menatapku seperti sedang mengasihi ku, ah hidupku apa semenyedihkan itu di mata orang lain ?.

mba ayu memang sudah lama bekerja di rumahku, ya bisa di bilang hampir sama dengan usia Kaka ku. mba ayu seorang janda yang di tinggalkan suami nya karna meninggal akibat kecelakaan, dia memiliki satu anak perempuan yang sebaya dengan ku, tari namanya, dulu dia tinggal di rumahku bersama mba ayu, tapi semenjak masuk sekolah SMP tari dan mba ayu mengontrak di kampung sebelah perumahan ku.

setiap pagi buta mba ayu dan tari datang ke rumahku untuk bekerja, kemudian tari akan pulang setelah adzan subuh dan baru bersiap kesekolah..

sepulang sekolah tari masih harus bekerja di toko kue milik bunda, ya bunda memang senang memasak dan membuat kue, itu lah alasan kenapa bunda memiliki beberapa toko kue di beberapa kota, setidak nya itu alasan yang aku tau.

aku hanya memakan sepotong roti yang sudah ku olesi selai coklat kacang kesukaan ku.

" bunda masak nasi goreng kornet kesukaan mu, apa kamu tidak mau memakan nya "

aku berdiri tanpa menghiraukan pertanyaan bunda seperti yang bunda lakukan padaku saat aku bertanya tentang ayah, aku meraih tas ransel ku dan bergegas keluar. terlihat bunda menghela nafas panjang dan berusaha menahan kesal, tapi aku tak ingin peduli.

mba ayu yang melihatku berjalan menuju luar buru buru mengejar ku untuk membukakan pintu gerbang seperti biasa nya.

" neng Yuri ngg makan nasi goreng nya bunda??? "

" ngg mba " jawabku ringan sambil ku kencangkan helm hitam di kepalaku

" kasian loh neng ibu udah masak "

" apa beda nya dengan bunda yang tidak menjawab pertanyaanku dan membiarkan Kaka pergi dari rumah semalam ???? aku juga sama kaya bunda mba, sama sama manusia "

ku tancap gas motorku dengan kencang setelah gerbang terbuka dan tak menghiraukan lagi mba ayu yang terlihat masih ingin menasehati ku.

" gpp mba ngg usah di tutup, saya mau keluar sekarang "

" oh baik Bu, tapi bukan nya ibu biasa pergi jam 9 ya....ini kan baru jam setengah 7 "

" gpp mba, aku mau ada urusan dulu "

mba ayu hanya menganggukkan kepala nya dan menunggu mobil bunda keluar untuk menutup kembali gerbang nya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

mataku langsung mencari tari di antara kerumunan orang orang yang berjalan, dengan segera aku meletak kan helm ku di atas motor saat melihat tari.

" tari !!!! "

dengan suara ku yang keras aku memanggil tari agar dia menungguku, seperti biasa tari yang kalem, anggun dan lemah lembut hanya membalas panggilanku dengan senyuman manis nya dan lambaian tangan ke arah ku.

aku berlari bergegas menghampiri tari dan langsung merangkul nya.

" ka yugi telpon ngg semalam ??? "

" dia pergi dari rumah???? "

" aku yakin kamu tau "

" kemarin ka yugi ke toko, tp ngg bilang apa apa tuh "

" aneh...... "

" ko aneh ???? "

" kan biasa nya ka yugi selalu cerita apapun sama kamu "

" ngg gtu ri, ka yugi cuma cerita yang menurut nya memang perlu di ceritain "

" ka yugi semalam ribut sama ayah, trus pergi ngg tau kemana, ayah juga seperti nya pergi "

tari hanya menatapku tanpa bereaksi apapun, dia memang sudah lama mengetahui keadaan keluarga ku, jadi ngg heran kenapa aku bisa leluasa menceritakan apapun pada nya.

" aku mau bolos, mau nyari ka yugi "

aku membalik kan badan ku hendak pergi kembali ke parkirkan, tapi dengan cepat tari menahan ku dan menarik tanganku membawa nya masuk kelas .

" ngg, ngg !!!! ngg ada bolos bolosan, lagian kalau ka Yugi tau kamu bolos dia pasti marah "

" tapi tar......."

" aku bilang ngg ya ngg !!!! "

aku tersenyum dan memilih menuruti tari, tanpa tari sadari aku selalu senang saat dia memarahi ku atau melarang ku saat aku melakukan hal bodoh.

" Iyah iyaaaah Kaka ipar "

wajah tari langsung memerah setiap aku mengatakan kalimat itu, tapi jujur aku memang berharap banget tari berjodoh dengan Kaka ku.

" hus ... kebiasaan kamu ngomong nya "

aku tertawa puas melihat tari menjadi salah tingkah dan wajah nya semakin memerah.

Dua

mobil bunda berhenti tepat di depan rumah berukuran 30x60 yang terlihat sederhana dengan gerbang hitam yang tak terlalu tinggi, setelah menghela nafas nya bunda meraih tas merah yang terletak di samping tempat duduk nya.

bunda melangkah pasti dan langsung masuk setelah membuka gerbang hitam yang memang tidak terkunci, tiba tiba pintu utama terbuka, terlihat ka Yugi keluar menyambut bunda dengan wajah datar nya.

" bagaimana kabar mu ?? "

" seperti yang bunda lihat "

ka yugi hanya menjawab bunda dengan santai dan singkat, ya memang seperti itu lah ka Yugi, dingin, cuek, simple tapi di balik sifat nya yang seperti acuh tak acuh dia laki laki yang hangat dan perhatian.

ka yugi meraih tangan bunda dan menuntun nya masuk, mereka berdua duduk di sofa kecil berwarna abu abu yang terletak di sudut ruangan yang menghadap tv.

" bunda mau aku siapkan sarapan??? "

" ngg usah bunda sudah sarapan di rumah "

sesaat mereka saling terdiam sampai akhir nya bunda memulai bercerita pada ka Yugi.

" bunda rasa Yuri marah pada bunda "

" ................... "

" dia terus bertanya tentang ayah mu "

" hmmmmm.....sudah ku bilang dia sudah dewasa Bun "

" tapi bunda terlalu pengecut untuk menceritakan semua nya pada Yuri "

" Yugi tidak akan paksa bunda, lakukan yang bunda mau tapi jangan sampai menyakiti Yuri, ingat dia jg menderita "

" hmmm.... bunda tau !!! itu lah sebab nya bunda tidak ingin dia ikut dengan mu "

suasana kembali hening, ka Yugi menggenggam tangan bunda dan menatap nya.

ka Yugi tau persis apa yang terjadi antara bunda dan ayah, sayang nya dia memilih untuk tidak berbagi dengan ku dan membiarkan aku dengan semua pikiran ku sendiri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

seseorang menghampiri ku di dalam kelas, seorang laki laki dengan senyum khas nya dan berkulit sedikit gelap, dengan gaya nya yang petakilan serta tatapan nya yang selalu membuat para cewe terpesona dan berujung jatuh cinta pada nya.

dia Alfin seorang anak laki laki dari keluarga sederhana, yang sudah setahun ini menjadi pacarku, mungkin aku beruntung atau mungkin, ah sudah lah, inti nya aku merasa masalah ku hilang ketika sikaf random nya membuat ku tertawa.

" yank yank liat nih "

baru melihat nya dengan sudut mata saja sudah membuatku geli dengan kerandoman dia, kali ini Alfin membawa beberapa bunga yang dia petik di taman depan sekolah, dia menyusun dan memberikan nya pada ku dengan berlutut di hadapan ku seperti layak nya pangeran dalam dongeng, untung nya dia tampan, jadi ya ngg masalah lah dengan kekonyolan yang dia lakukanlakukan seperti saat ini.

" makasih honey "

" sama sama ayank "

" btw, bunga nya halal kan bukan nyuri ??? "

mataku menatap Alfin sedikit sinis.

" halal yank, aku kan bayar iuran SPP di sekolah, jadi semua yang ada di sekolah ya bisa aku ambil "

aku dan tari saling melempar senyum mendengar jawaban Alfin yang memang tidak pernah bisa di tebak.

Alfin meraih kursi kosong di samping tempat duduk ku dan mulai duduk menghadap ke arah ku.

" aku pergi dulu ya, kalian lanjut ajh "

ucap tari yang memang paham setiap kali Alfin menghampiri ku di mana pun.

aku dan Alfin melambaikan tangan pada tari yang mulai berjalan menuju tempat duduk yang berada di depan.

Alfin menggesekkan kursi nya mendekat pada ku, tangan nya meraih tangan ku yang membolak balik kan bunga yang baru saja Alfin berikan.

" kamu sedih ya??? "

" ngg ko, mana bisa aku sedih "

" gpp yank, kamu juga manusia biasa yang punya rasa sedih dan marah "

" aku ngg mau pulang hari ini "

" aku temenin kamu maen di taman kota ya pulang sekolah "

senyum Alfin yang terlihat jelas saat dia mendekatkan wajah nya ke arahku memberikan aroma Alfin yang wangi dan memberi aku ketenangan. aku mengangguk mengiyahkan ajakan Alfin, dengan wajah yang sumringah Alfin berdiri dan melambaikan tangan nya ke arahku, dia berbalik dan berjalan keluar untuk masuk ke kelasnya.

aku dan Alfin sama sama duduk di kelas 2 SMA hanya saja kita berbeda kelas, jadi ya seperti itu lah pertemuan aku dan Alfin saat di sekolah, aku memang tidak selalu ingin berduaan bersama Alfin, dan Alfin tau itu, jadi kita lebih banyak menghabiskan bersama teman kita masing masing saat di sekolah, dan hanya beberapa saat Alfin menghampiriku untuk menyapa seperti yang baru saja dia lakukan.

7 jam berlalu aku habiskan di sekolah, akhir nya bel pulang berbunyi juga, suara langkah kaki mulai mengisi lorong lorong sekolah, semua anak berhamburan keluar kelas sambil saling bersautan meneriaki macam macam kata, aku dan tari bergegas merapihkan buku di atas meja untuk bersiap untuk pulang juga.

" kamu pake motor ku ajah tar "

" ogah ah "

" aku pulang bareng Alfin "

" ya udah Alfin yang bawa motor kamu "

" mana mau dia "

" mau ko.....pasti mau "

tari bangun dari duduk nya, dia menepuk pundak ku perlahan memberi isyarat kalau dia hendak pergi.

" aku duluan ya, kamu happy ya sama Alfin, jangan nakal nakal ingat pulang ya "

" siap Kaka ipar " jawabku sambil cengengesan menanggapi celotehan tari.

tari memonyongkan bibir nya membalas mengejek ku, menurutku tari sangat manis, tubuh nya yang kecil, rambut nya yang panjang dan penampilan yang sederhana membuat dia selalu terlihat menarik di mataku.

aku melipatkan kedua tanganku di atas meja, membiarkan nya menopang pipiku yang sedikit bulat ini, mataku mulai menatap jendela yang terbuka, angin kecil yang masuk melewati jendela kelasku mengibaskan rambut hitam sebahu ku, membuat wajahku terasa lebih sejuk dari sebelum nya.

suara langkah kaki mulai sudah tak terdengar lagi, menandakan orang orang sudah mulai meninggalkan sekolah, di ruangan yang mulai hening kini terdengar langkah kaki yang berjalan menghampiriku, tanpa menoleh aku tau itu pasti Alfin.

alfin duduk di sampingku dan mengusap kepalaku dengan lembut, dia mencium keningku saat aku menoleh ke arah nya.

" kamu masih mau di sini yank??? "

" rasa nya di sini lebih nyaman dari pada berada di rumah "

" aku tau tempat yang lebih nyaman dari pada di sini, kamu mau tau ngg ???? "

aku menyodorkan kunci motorku pada Alfin sambil tersenyum dan mengangguk.

" ok ayooo !!! "

Alfin yang bersemangat langsung mengambil kunci motor yang ku sodorkan dan menuntun tangan ku mengajak berjalan bersama menuju parkiran.

setiap hari Alfin pergi dan pulang sekolah hanya menggunakan bis, bukan dia tidak memiliki kendaraan, hanya saja dia tidak mau memakainya dengan alasan lebih nyaman memakai bis.

Alfin memang selalu di ajarkan untuk berbagi oleh ayah nya, itulah sebab nya dia lebih nyaman menggunakan bis karna dia bisa berbagi rejeki dengan seorang supir, atau dia lebih senang membantu seorang ibu yang kesulitan mengangkat belanjaan nya untuk naik atau turun, seperti itu lah Alfin, dan masih banyak kebaikan kecil yang selalu dia lakukan, dan yang paling membuatku iri adalah keadaan rumah nya sangat lah harmonis, meski hidup sederhana tapi kedua orang tua nya tidak pernah bertengkar, Alfin dan kedua adik nya pun selalu saling membantu dalam hal apapun.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tiga

aku dan Alfin sampai di pinggir sungai yang Alfin maksud, rumput yang di hiasi bunga warna warni menyambutku dan Alfin, mata ku juga sudah di manjakan dengan pemandangan yang luar biasa membuatku takjub, pepohonan yang berbaris di sepanjang jalan, sungai yang bersih, angin sepoy sepoy dan jembatan berwarna merah yang menjadi penghubung antara jalan kota menuju sebuah pedesaan.

" aku ngg tau ternyata masih ada tempat seperti ini di kota "

" masih banyak tempat seperti ini di Bandung, kamu nya ajah yang ngg pernah nyari "

" hmmmm.....hidup ku terlalu membosankan ternyata "

aku dan Alfin berjalan menuju pinggir sungai, Alfin melepaskan switer berwarna coklat yang dia gunakan dan menggelarkan nya untuk ku duduki.

" kamu duduk di sini "

aku menatap Alfin yang tampak serius, dan mengambil kembali switer milik nya.

" aku bisa duduk di rumput sama kaya kamu Fin "

Alfin tersenyum padaku sebelum pada akhir nya aku dan Alfin duduk di atas rumput.

tempat ini lumayan ramai, banyak pemuda pemudi yang juga duduk duduk santai seperti aku dan Alfin, ada juga beberapa pedagang di pinggir jalan, ini terlihat seperti tempat beristirahat orang orang dari penatnya hari.

" kamu ko bisa tau tempat ini sih Fin ??? "

" dulu orang tua ku sering mengajak ku liburan ke sini, ya cuma sekedar makan bersama "

" enak ya jadi kamu "

Alfin menatapku lembut dan mulai merangkul ku, dia mengusap rambutku dan menyenderkan kepalaku di bahu nya yang tidak terlalu lebar tapi cukup nyaman untuk ku.

" semua hidup orang itu ada enak dan ngg nya yank......kamu ngg bisa menilai hidup orang lain cuma dengan mendengar cerita nya saja "

" aku cuma iri, aku bahkan sudah tidak pernah lagi merasakan makan bersama dengan keluargaku, bahkan mungkin udh ngg bakal pernah ngerasain lagi "

" itu karna orang tua mu sibuk, kan pekerjaan orang tua kita beda "

" justru perbedaan itu yang membuat aku iri "

" aku mau belajar lebih giat lagi yank, biar aku dapet beasiswa dan kuliah di luar negri "

" kenapa ??? "

" biar aku jadi orang kaya "

" kalau udah kaya??? "

" aku bisa nyenengin kamu yank "

wajah Alfin terlihat serius, mata nya terus menatap air sungai seolah olah dia sedang meminta permohonan.

aku cukup tersanjung dengan keinginan Alfin, meski nyata nya dengan kesederhanaan Alfin pun aku udah ngerasa bahagia.

" kalau begitu, harus nya kita di sini sambil belajar ya "

ejek ku pada Alfin yang masih tetap dengan fokus menatap air.

aku dan Alfin terus mengobrol menghabiskan waktu pulang sekolah di tempat itu, hanya beralaskan rumput dan segelas es teh manis yang Alfin beli dari seorang pedagang di pinggir jalan yang tak jauh dengan tempat yang aku duduki.

matahari mulai berubah warna menjadi keorenan, langit mulai meredup tak sebiru saat aku dan Alfin baru tiba di tempat ini. Alfin melihat jam tangan nya yang sudah menunjukan pukul 5 sore.

" kita pulang yu, udah sore "

" aku masih mau di sini Fin "

" hmmmm.....kamu harus makan sayaaaaaaang "

Alfin mulai berdiri dan menepuk nepuk celana nya agar tidak ada rumput yang menempel.

" aku cuma butuh kamu dan angin bukan makan "

" tapi aku butuh makan dan minum "

dengan santai Alfin menanggapi kata kataku yang sedikit konyol, dengan wajah menggemaskan Alfin mendekatkan wajah nya dengan wajahku, nafas Alfin terasa hangat di depan wajahku membuatku sedikit merinding.

beberapa detik seperti itu rasa nya membuat seluruh darahku naik ke atas kepala dan membuat wajahku mulai terasa hangat, untung Alfin segera memalingkan wajah nya dan beralih melihat ke arah langit, itu membuat nafasku yang tadi sempat terhenti kini berhembus lagi.

dengan cepat aku berdiri dan menepuk nepuk rok ku seperti yang tadi Alfin lakukan.

" ayo aku anterin kamu pulang "

Alfin melirik ku yang mulai berjalan membelakangi nya menuju motor ku yang terparkir di pinggir jalan, tanpa berkata kata lagi Alfin mengikutiku dari belakang.

" lucu ya, harus nya aku loh yang bilang kaya gitu "

" maksud nya ???? " aku mengerutkan keningku tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Alfin barusan.

" kan aku cowo, tapi kamu malah bilang mau anterin aku pulang "

" ooooh " aku menggaruk kepala ku yang sebenar nya tidak terasa gatal.

aku dan Alfin akhir nya menaiki motor dan mulai melaju menuju rumah Alfin, di sepanjang jalan Alfin terus menggenggam tangan ku dan sesekali menggigit jari ku perlahan, entah apa yang membuat nya merasa gemas pada ku, tapi itu membuatku senang dan tak berhenti tersenyum di balik punggung Alfin.

aku juga tak pernah melepaskan tangan ku dari pinggang Alfin dan menempelkan pipiku di atas punggung nya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

lonceng yang terpasang di pintu toko kue tempat tari bekerja terus berbunyi, hari ini lebih ramai pembeli dari hari biasa nya, entah karna memang kebetulan sedang momen gajihan atau memang lebih banyak yang merayakan momen spesial.

tari tampak sibuk dengan pelanggan pelanggan yang mulai mengantri untuk mendapatkan kue yang mereka inginkan, aku masuk ke dalam toko setelah mengantarkan Alfin pulang ke rumah nya, aku langsung menghampiri tari dan meraih apron yang sama dengan yang di gunakan tari dan Dewi, karyawan bunda yang juga bekerja bersama tari.

aku letak kan kantong plastik yang ku bawa dan segera membantu tari melayani para pelanggan, tari melirik ku dan sedikit tersenyum lega.

seorang ibu menyerobot antrian dan langsung mengomel tari yang baru saja menarik nafas nya.

bruuuk.......

ibu berusia kira kira 45 tahunan itu melemparkan kotak kue yang bertuliskan d'cake nama toko kue milik bunda ini.

" kamu kerja yang becus donk, saya minta rasa coklat dua tiramisu dua, kenapa jadi tiramisu semua "

aku refleks menoleh ke arah kotak kue yang baru saja ibu itu lempar di depan tari, terlihat tari sedikit gemetar meski dia berusaha tetap tersenyum menanggapi komplenan ibu tersebut.

" maaf Bu tadi saya sudah bilang kalau coklat sudah habis "

" terus kenapa kamu kasih tiramisu semua???? saya minta ganti "

aku lirik kotak kue yang sedikit terbuka dan kondisi nya sudah sedikit berantakan, mungkin karna di lempar ibu tersebut atau mungkin memang ibu tersebut sudah sempat memakan nya.

" tadi saya sudah bertanya pada ibu, mau ganti yg lain atau tiramisu semua, ibu jawab nya tiramisu ajah Bu "

" ngg.....ngg saya ngg bilang gitu !!!! "

ibu tersebut terus menyela tari dan menyalahkan nya dengan nada tinggi, aku yang melihat tari ketakutan langsung meminta Dewi untuk menggantikan ku melayani pelanggan yang mengantri.

aku hampiri tari dan ibu tersebut, dengan perasaan kesal yang coba aku tahan. dengan segera aku meraih kotak kue yang sudah di lempar itu, aku membuka nya untuk mengetahui kondisi kue tersebut.

" maaf Bu, kalau ibu minta ganti dengan kondisi kue seperti ini kami tidak menerima nya "

" enak saja, dia udah salah giliran saya minta ganti ngg bisa, padahal sudah jelas ini salah dia "

" seharus nya kalau ibu meminta ganti ibu tidak perlu melemparnya seperti itu "

" suka suka saya donk "

rasa kesalku sekarang sudah ada di ujung kepala, aku tutup kembali kotak kue yang masih ku pegang dan merogoh uang yang ku simpan di saku rok ku.

aku lemparkan uang yang ku ambil tepat di depan wajah ibu tersebut yang wajah nya semakin menyebalkan untuk ku lihat.

" ambil kembali uang ibu dan silahkan pergi "

" heh apa apaan kamu, saya laporkan polisi baru tau rasa kamu, ingat ya uang ku lebih banyak dari pada kalian, kalian seperti itu memperlakukan pelanggan bisa bisa kalian di keluarkan dari tempat kerja kalian ini "

" makasih Bu nasehat nya, tapi kami ngg butuh pelanggan seperti ibu "

tari menarik bahu ku memberi isyarat agar aku mengalah dan tetap bersikap baik pada ibu tersebut.

" maaf ya Bu, mungkin ibu mau ganti varian lain silahkan Bu "

dengan masih lemah lembut tari menawarkan apa yang ibu tersebut mau, tapi tidak dengan aku.

" udah ngg usah, aku udah merasa tersinggung di perlakukan seperti ini "

" Iyah Bu kami minta maaf, mungkin seharus nya tadi saya bertanya setelah ibu selsai menelpon bukan saat ibu menelpon "

aku mengerutkan keningku saat mendengar ucapan tari, dengan kesal aku menatap ibu tersebut yang mulai gelagapan melihat ekspresi wajahku yang mungkin terlihat menakutkan.

" ooooh jadi ibu pesen kue sambil telponan dan ngg fokus dengan ucapan teman saya ini "

ibu tersebut terdiam dengan wajah yang terlihat sangat arogan.

" apa salah nya memesan sambil menelpon "

" salah nya telinga ibu jadi ngg berfungsi dengan baik, tau !!!! "

nada bicaraku mulai naik, dengan cepat aku melangkah ke arah pintu dan membuka pintu lebar lebar.

" silahkan ibu pergi dari sini, dan tidak perlu lagi membeli kue di toko ini "

ibu tersebut langsung pergi setelah memunguti uang seratus ribuan sebanyak 3 lembar yang tadi aku lempar, padahal aku jelas tau harga kue yang ibu itu beli hanya senilah seratus ribu rupiah.

ibu itu berjalan melewati ku dengan wajah yang masih terlihat arogan.

setelah ibu itu pergi dengan cepat aku meminta maaf pada pelanggan lain nya yang sedang duduk dan mengantri atas ketidak nyamanan mereka karna ada sebuah keributan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!