aku dan Alfin sampai di pinggir sungai yang Alfin maksud, rumput yang di hiasi bunga warna warni menyambutku dan Alfin, mata ku juga sudah di manjakan dengan pemandangan yang luar biasa membuatku takjub, pepohonan yang berbaris di sepanjang jalan, sungai yang bersih, angin sepoy sepoy dan jembatan berwarna merah yang menjadi penghubung antara jalan kota menuju sebuah pedesaan.
" aku ngg tau ternyata masih ada tempat seperti ini di kota "
" masih banyak tempat seperti ini di Bandung, kamu nya ajah yang ngg pernah nyari "
" hmmmm.....hidup ku terlalu membosankan ternyata "
aku dan Alfin berjalan menuju pinggir sungai, Alfin melepaskan switer berwarna coklat yang dia gunakan dan menggelarkan nya untuk ku duduki.
" kamu duduk di sini "
aku menatap Alfin yang tampak serius, dan mengambil kembali switer milik nya.
" aku bisa duduk di rumput sama kaya kamu Fin "
Alfin tersenyum padaku sebelum pada akhir nya aku dan Alfin duduk di atas rumput.
tempat ini lumayan ramai, banyak pemuda pemudi yang juga duduk duduk santai seperti aku dan Alfin, ada juga beberapa pedagang di pinggir jalan, ini terlihat seperti tempat beristirahat orang orang dari penatnya hari.
" kamu ko bisa tau tempat ini sih Fin ??? "
" dulu orang tua ku sering mengajak ku liburan ke sini, ya cuma sekedar makan bersama "
" enak ya jadi kamu "
Alfin menatapku lembut dan mulai merangkul ku, dia mengusap rambutku dan menyenderkan kepalaku di bahu nya yang tidak terlalu lebar tapi cukup nyaman untuk ku.
" semua hidup orang itu ada enak dan ngg nya yank......kamu ngg bisa menilai hidup orang lain cuma dengan mendengar cerita nya saja "
" aku cuma iri, aku bahkan sudah tidak pernah lagi merasakan makan bersama dengan keluargaku, bahkan mungkin udh ngg bakal pernah ngerasain lagi "
" itu karna orang tua mu sibuk, kan pekerjaan orang tua kita beda "
" justru perbedaan itu yang membuat aku iri "
" aku mau belajar lebih giat lagi yank, biar aku dapet beasiswa dan kuliah di luar negri "
" kenapa ??? "
" biar aku jadi orang kaya "
" kalau udah kaya??? "
" aku bisa nyenengin kamu yank "
wajah Alfin terlihat serius, mata nya terus menatap air sungai seolah olah dia sedang meminta permohonan.
aku cukup tersanjung dengan keinginan Alfin, meski nyata nya dengan kesederhanaan Alfin pun aku udah ngerasa bahagia.
" kalau begitu, harus nya kita di sini sambil belajar ya "
ejek ku pada Alfin yang masih tetap dengan fokus menatap air.
aku dan Alfin terus mengobrol menghabiskan waktu pulang sekolah di tempat itu, hanya beralaskan rumput dan segelas es teh manis yang Alfin beli dari seorang pedagang di pinggir jalan yang tak jauh dengan tempat yang aku duduki.
matahari mulai berubah warna menjadi keorenan, langit mulai meredup tak sebiru saat aku dan Alfin baru tiba di tempat ini. Alfin melihat jam tangan nya yang sudah menunjukan pukul 5 sore.
" kita pulang yu, udah sore "
" aku masih mau di sini Fin "
" hmmmm.....kamu harus makan sayaaaaaaang "
Alfin mulai berdiri dan menepuk nepuk celana nya agar tidak ada rumput yang menempel.
" aku cuma butuh kamu dan angin bukan makan "
" tapi aku butuh makan dan minum "
dengan santai Alfin menanggapi kata kataku yang sedikit konyol, dengan wajah menggemaskan Alfin mendekatkan wajah nya dengan wajahku, nafas Alfin terasa hangat di depan wajahku membuatku sedikit merinding.
beberapa detik seperti itu rasa nya membuat seluruh darahku naik ke atas kepala dan membuat wajahku mulai terasa hangat, untung Alfin segera memalingkan wajah nya dan beralih melihat ke arah langit, itu membuat nafasku yang tadi sempat terhenti kini berhembus lagi.
dengan cepat aku berdiri dan menepuk nepuk rok ku seperti yang tadi Alfin lakukan.
" ayo aku anterin kamu pulang "
Alfin melirik ku yang mulai berjalan membelakangi nya menuju motor ku yang terparkir di pinggir jalan, tanpa berkata kata lagi Alfin mengikutiku dari belakang.
" lucu ya, harus nya aku loh yang bilang kaya gitu "
" maksud nya ???? " aku mengerutkan keningku tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Alfin barusan.
" kan aku cowo, tapi kamu malah bilang mau anterin aku pulang "
" ooooh " aku menggaruk kepala ku yang sebenar nya tidak terasa gatal.
aku dan Alfin akhir nya menaiki motor dan mulai melaju menuju rumah Alfin, di sepanjang jalan Alfin terus menggenggam tangan ku dan sesekali menggigit jari ku perlahan, entah apa yang membuat nya merasa gemas pada ku, tapi itu membuatku senang dan tak berhenti tersenyum di balik punggung Alfin.
aku juga tak pernah melepaskan tangan ku dari pinggang Alfin dan menempelkan pipiku di atas punggung nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
lonceng yang terpasang di pintu toko kue tempat tari bekerja terus berbunyi, hari ini lebih ramai pembeli dari hari biasa nya, entah karna memang kebetulan sedang momen gajihan atau memang lebih banyak yang merayakan momen spesial.
tari tampak sibuk dengan pelanggan pelanggan yang mulai mengantri untuk mendapatkan kue yang mereka inginkan, aku masuk ke dalam toko setelah mengantarkan Alfin pulang ke rumah nya, aku langsung menghampiri tari dan meraih apron yang sama dengan yang di gunakan tari dan Dewi, karyawan bunda yang juga bekerja bersama tari.
aku letak kan kantong plastik yang ku bawa dan segera membantu tari melayani para pelanggan, tari melirik ku dan sedikit tersenyum lega.
seorang ibu menyerobot antrian dan langsung mengomel tari yang baru saja menarik nafas nya.
bruuuk.......
ibu berusia kira kira 45 tahunan itu melemparkan kotak kue yang bertuliskan d'cake nama toko kue milik bunda ini.
" kamu kerja yang becus donk, saya minta rasa coklat dua tiramisu dua, kenapa jadi tiramisu semua "
aku refleks menoleh ke arah kotak kue yang baru saja ibu itu lempar di depan tari, terlihat tari sedikit gemetar meski dia berusaha tetap tersenyum menanggapi komplenan ibu tersebut.
" maaf Bu tadi saya sudah bilang kalau coklat sudah habis "
" terus kenapa kamu kasih tiramisu semua???? saya minta ganti "
aku lirik kotak kue yang sedikit terbuka dan kondisi nya sudah sedikit berantakan, mungkin karna di lempar ibu tersebut atau mungkin memang ibu tersebut sudah sempat memakan nya.
" tadi saya sudah bertanya pada ibu, mau ganti yg lain atau tiramisu semua, ibu jawab nya tiramisu ajah Bu "
" ngg.....ngg saya ngg bilang gitu !!!! "
ibu tersebut terus menyela tari dan menyalahkan nya dengan nada tinggi, aku yang melihat tari ketakutan langsung meminta Dewi untuk menggantikan ku melayani pelanggan yang mengantri.
aku hampiri tari dan ibu tersebut, dengan perasaan kesal yang coba aku tahan. dengan segera aku meraih kotak kue yang sudah di lempar itu, aku membuka nya untuk mengetahui kondisi kue tersebut.
" maaf Bu, kalau ibu minta ganti dengan kondisi kue seperti ini kami tidak menerima nya "
" enak saja, dia udah salah giliran saya minta ganti ngg bisa, padahal sudah jelas ini salah dia "
" seharus nya kalau ibu meminta ganti ibu tidak perlu melemparnya seperti itu "
" suka suka saya donk "
rasa kesalku sekarang sudah ada di ujung kepala, aku tutup kembali kotak kue yang masih ku pegang dan merogoh uang yang ku simpan di saku rok ku.
aku lemparkan uang yang ku ambil tepat di depan wajah ibu tersebut yang wajah nya semakin menyebalkan untuk ku lihat.
" ambil kembali uang ibu dan silahkan pergi "
" heh apa apaan kamu, saya laporkan polisi baru tau rasa kamu, ingat ya uang ku lebih banyak dari pada kalian, kalian seperti itu memperlakukan pelanggan bisa bisa kalian di keluarkan dari tempat kerja kalian ini "
" makasih Bu nasehat nya, tapi kami ngg butuh pelanggan seperti ibu "
tari menarik bahu ku memberi isyarat agar aku mengalah dan tetap bersikap baik pada ibu tersebut.
" maaf ya Bu, mungkin ibu mau ganti varian lain silahkan Bu "
dengan masih lemah lembut tari menawarkan apa yang ibu tersebut mau, tapi tidak dengan aku.
" udah ngg usah, aku udah merasa tersinggung di perlakukan seperti ini "
" Iyah Bu kami minta maaf, mungkin seharus nya tadi saya bertanya setelah ibu selsai menelpon bukan saat ibu menelpon "
aku mengerutkan keningku saat mendengar ucapan tari, dengan kesal aku menatap ibu tersebut yang mulai gelagapan melihat ekspresi wajahku yang mungkin terlihat menakutkan.
" ooooh jadi ibu pesen kue sambil telponan dan ngg fokus dengan ucapan teman saya ini "
ibu tersebut terdiam dengan wajah yang terlihat sangat arogan.
" apa salah nya memesan sambil menelpon "
" salah nya telinga ibu jadi ngg berfungsi dengan baik, tau !!!! "
nada bicaraku mulai naik, dengan cepat aku melangkah ke arah pintu dan membuka pintu lebar lebar.
" silahkan ibu pergi dari sini, dan tidak perlu lagi membeli kue di toko ini "
ibu tersebut langsung pergi setelah memunguti uang seratus ribuan sebanyak 3 lembar yang tadi aku lempar, padahal aku jelas tau harga kue yang ibu itu beli hanya senilah seratus ribu rupiah.
ibu itu berjalan melewati ku dengan wajah yang masih terlihat arogan.
setelah ibu itu pergi dengan cepat aku meminta maaf pada pelanggan lain nya yang sedang duduk dan mengantri atas ketidak nyamanan mereka karna ada sebuah keributan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments