Lahirnya Sang Pewaris

Lahirnya Sang Pewaris

Bab 1

"Om,, pelan-pelan,,," Pinta Davina dengan suara menahan des-- sahan.

Dave terlihat tak menghiraukan ucapan Davina. Sebagai laki-laki yang sudah lama tidak melakukannya, sudah pasti Dave sangat bersemangat.

"Om tidak dengar.?!! Aku bilang hati-hati.!! Om bisa membahayakan anakku.!"

Karna kesal, Davina sampai berteriak di tengah-tengah permainan yang semakin panas.

Dave yang sudah melayang menikmati permainan itu, seketika menghentikan gerakannya dan menatap kaget.

"Anakku.??" Dave mengulangi ucapan Davina.

"Jadi kamu beneran hamil.???" Dengan tatapan serius, Dave menatap lekat wajah Davina. Sekilas pria itu menatap perut Davina yang memang sedikit lebih menonjol. Tidak rata seperti sebelumnya.

Walaupun Dave sudah menyadari keanehan itu sejak lama, namun dia tidak bisa memastikan bahwa Davina memang sedang hamil. Apalagi Davina dan keluarganya tak pernah mengatakan apapun.

"Om sudah tau.?" Davina balik bertanya. Karna pertanyaan Dave seolah mengatakan bahwa pria itu sudah pernah mengetahui tentang kehamilannya.

Seketika Dave menyingkir dari atas tubuh Davina. Dia tidak memikirkan kenikmatan yang belum dia dapatkan.

"Ada darah dagingku di dalam sini.?" Tanya Dave dengan mata yang berkaca-kaca dan suara tercekat. Dia mengusap lembut perut Davina, kemudian mendaratkan kecupan di sana.

Dave begitu bahagia mengetahui kehamilan Davina. Bahkan kini mulai meneteskan air matanya.

"Kenapa menangis.?" Davina menatap bingung.

"Aku bahagia, sangat bahagia." Sahut Dave yang langsung mendekap erat tubuh Davina.

Kehadiran darah dagingnya dalam rahim Davina merupakan hal yang sangat membahagiakan dalam hidupnya hingga sulit untuk di ungkapkan dengan kata-kata.

Davina hanya bisa tertegun melihat Dave yang tak berhenti menangis sembari memeluknya. Sesekali terdengar suara dari hidung yang membuat Davina merasa jijik hingga tubuhnya bergidik ngeri.

Suara cairan dari hidung yang di hirup kembali, terdengar memenuhi kamar.

Ssrrooottt,,,! Ssrooott,,,!!

Entah sudah berapa kali Davina mendengar suara menggelikan itu. Dia sontak mendorong bahu Dave agar menjauh darinya karna merasa tidak tahan lagi dengan kekonyolan itu.

"Ya ampun Om,, hentikan.! Itu jorok sekali,,!" Davina menatap kesal. Dia memilih bergeser menjauh sembari menarik selimut untuk membalut tubuh polosnya.

"Maaf,, aku terlalu bahagia." Jawab Dave. Dia turun dari ranjang untuk mengambil tisu di atas nakas.

Lagi-lagi Davina dibuat menggelengkan kepala. Kini tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh Dave, laki-laki itu dengan percaya dirinya berjalan kearah tempat sampah untuk membuang tisu yang baru saja dia pakai untuk mengusap ingusnya.

Sesuatu yang sudah tertidur, terlihat melambai-lambai saat Dave berjalan.

Sadar bahwa Davina sedang menatap pada benda berharga itu, Dave dengan santai mengembangkan senyum.

"Aku tau kamu menginginkannya." Kata Dave percaya diri.

"Tapi sebaiknya kita tunda dulu karna aku ingin membawamu ke dokter." Dave memunguti satu persatu baju miliknya dan Davina.

"Siapa bilang aku menginginkannya.?" Protes Davina tak terima.

"Aku justru geli melihat benda itu seperti sedang bergelantungan." Davina mendekati Dave, dia menyambar baju miliknya dari tangan Dave.

"Jangan pura-pura tidak suka."

"Suara desa-hanmu membuktikan kalau benda ini membuatnya tergila-gila." Dengan jahilnya Dave mengarahkan tangan Davina pada benda itu.

"Om Dave.!!" Nisa reflek menggenggam erat pusaka Dave, dan berakhir dengan suara kesakitan Dave yang menggema di seluruh kamar.

"Astaga Davina,, kau itu benar-benar,," Dave hampir saja balas memukul Davina, namun segera dia tahan. Rasa sakit pada bendanya itu terasa sampai ke ubun-ubun.

"Maaf Om, aku tidak sengaja." Davina justru panik sendiri melihat Dave kesakitan. Di tambah lagi wajah Dave yang memerah dan mata yang sudah menggenang air mata.

"Aku tidak mau tau, nanti setelah pulang dari dokter, kamu harus bertanggungjawab."

"Kasian sekali aset masa depanku ini." Dave menyentuhnya pelan dengan tatapan iba. Dia takut batang itu tak bisa berfungsi sebagai mana mestinya.

...*****...

"Usia kandungan sudah menginjak 13 minggu." Tutur Dokter setelah melakukan proses USG.

Dia kemudian menjelaskan apa saja yang terlihat dalam layar itu kepada Dave dan Davina.

Raut bahagia terpancar di wajah Dave. Dia tak henti-hentinya mencium kening Davina dan mengucapkan terimakasih pada istrinya itu.

"Apa jenis kelamin anak kami Dok.?" Tanya Dave antusias. Walaupun dia tidak mempersoalkan tentang jenis kelamin anak pertamanya, namun Dave penasaran ingin mengetahui jenis kelamin anaknya tersebut. Setidak setelah mengetahui jenis kelaminnya, dia bisa menyiapkan nama, perlengkapan bayi dan mendekorasi kamar bayi sesuai dengan jenis kelamin anaknya.

Dokter dan perawat yang ada di sana hanya mengukir senyum tipis.

"Jenis kelamin janin bisa ketahui paling cepat pada minggu ke 14."

"Mungkin Tuan Dave bisa datang kembali minggu depan atau 1 bulan lagi untuk hasil yang lebih jelas." Dokter itu menjelaskan dengan pelan. Dia memaklumi antusias Dave sebagai orang tua baru yang belum berpengalaman mengenai tumbuh kembang janin dalam kandungan.

Sementara itu, Davina hanya bisa menggelengkan kepala.

Perutnya saja terbilang masih rata, tapi Dave sudah buru-buru menanyakan jenis kelamin anak mereka.

"Baik Dok, terimakasih." Sahut Dave paham.

"Kalau soal berhubungan, apa aman jika melakukannya setiap hari.?" Tanyanya santai.

"Om Dave.!" Davina sontak mencubit tangan Dave. Dia geram dengan pertanyaan yang di ajukan oleh suaminya itu.

Bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini, Dave masih memikirkan untuk melakukan pergulatan panas setiap hari.

"Aku hanya bertanya sayang."

"Kalaupun dokter mengatakan tidak boleh, aku tidak akan melakukannya setiap hari." Ujar Dave.

"Jadi bagaimana Dok.?" Tanya Dave. Dia kembali fokus menatap dokter untuk mendengarkan jawabannya. Karna bagaimana pun, kegiatan itu akan selalu menjadi prioritasnya saat berada di dalam kamar bersama Davina.

"Berhubungan suami istri pada saat hamil sah-sah saja. Selagi kandungan baik-baik saja dan tidak melakukannya dengan berlebihan." Jawab Dokter.

"Artinya tidak melakukannya setiap hari,"

Dave hanya mengangguk paham, meski sedikit kecewa dengan jawabannya.

"Sekali lagi terimakasih banyak Dok." Dave menjabat tangan Dokter itu sebelum keluar dari ruangan. Dia merangkul pinggang Davina untuk menuntunnya berjalan.

"Om membuatku malu saja.!" Davina menggerutu setelah keluar dari ruang pemeriksaan.

"Mereka pasti berfikir kita selalu melakukannya setiap hari.!" Bibir Davina mencebik.

"Kenapa harus malu. Kita sudah menikah, bahkan tidak ada larangan untuk melakukannya setiap hari ataupun 1 hari 5 kali." Dave menjawab santai.

"Mesum.!" Davina mencubit perut Dave.

Bukannya merasa kesakitan, Dave justru tersenyum dan memeluk Davina.

"Aku mencintaimu,," Ucap Dave.

Terpopuler

Comments

Tiorida Rajagukguk

Tiorida Rajagukguk

baru mampir 😊😘

2023-05-22

1

🌹🪴eiv🪴🌹

🌹🪴eiv🪴🌹

aku disini 🤗

2023-04-08

2

𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ🍾⃝ᴄͩнᷞıͧᴄᷠнͣı📴

𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ🍾⃝ᴄͩнᷞıͧᴄᷠнͣı📴

😒😒😒😒😒 kira² gitu expresinya Davina 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
masih untung Davina masih mau dan bertahan kan 😏

2022-11-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!