"Om mau kemana.?" Davina membuntuti Dave di belakang. Menjadi ekor Dave yang mengikutinya ke walk in closet sejak keluar dari kamar mandi.
Padahal Dave sudah menjawab kalau dia akan pergi mencari mangga muda, tapi Davina tidak percaya dan terus mencecarnya dengan pertanyaan yang sama.
"Mau mengambil mangga muda dari pohonnya." Jawab Dave.
"Kamu tidak percaya hmm.?" Dave berbalik badan, kedua tangannya menangkup gemas pipi Davina. Menekan pipi chubby itu hingga membuat bibir Davina tertekan dan terlihat sangat menggemaskan. Wajahnya terlampau seperti anak ABG yang masih di bawah umur, padahal akan menjadi seorang ibu.
Davina melepaskan kedua tangan Dave dari pipinya.
"Bukan tidak percaya, tapi aneh saja." Jawabnya.
"Aneh.? Apanya yang aneh?" Dave mengerutkan dahi.
"Bukannya wajar kalau seorang suaminya yang istrinya sedang hamil, tiba-tiba menginginkan mangga.?" Tanya Dave.
Dia bukan pura-pura ingin makan mangga muda yang di petik langsung dari pohonnya, tapi memang benar-benar menginginkan mangga muda saat ini juga.
Jawaban asal yang tadi dia lontarkan pada Davina tentang Papa Edwin, akhirnya berbalik pada dirinya sendiri. Tiba-tiba saja dia langsung ingin memakan mangga muda yang dalam bayangannya sangat menggoda dan segar.
"Aneh karna Om yang akan mencari dan memetik mangga itu sendiri." Davina menjawab cepat.
"Om kan bisa minta tolong pada Pak ujang atau yang lainnya untuk mencari dan memetik mangga muda. Tidak perlu Om sendiri yang turun tangan."
"Lagipula, memangnya Om bisa memanjat pohon.?" Tanya Davina dengan tatapan meledek. Dia yakin 100 persen kalau Dave tidak bisa memanjat pohon. Apalagi pohon mangga yang rata-rata berukuran tinggi.
Dave terdiam. Dia baru sadar kalau tidak bisa memanjat pohon. Tapi kalau bukan dia sendiri yang memanjat dan memetik mangga itu, rasanya tidak akan berselera untuk memakan mangganya.
"Ucapan kamu benar juga." Gumam Dave lirih.
"Tapi sayang,, aku bukan cuma ingin memakan mangga mudanya, tapi ingin memanjat pohon juga." Tutur Dave. Entah keinginan gila macam apa yang tiba-tiba terlintas dalam benaknya.
Dia saja merasa bingung. Jadi tidak heran kalau Davina menyebutnya aneh.
"Kalau begitu aku mau ikut.!" Seru Davina antusias. Dia jadi penasaran bagaimana Dave akan memanjat pohon. Pasti sangat lucu untuk di tertawakan ketika melihat seorang CEO perusahaan besar berjuang memanjat pohon mangga.
"Jangan.!" Dave menjawab cepat. Dia tak mengijinkan Davina ikut karna sejujurnya dia tak hanya akan mencari mangga muda, tapi mencari keberadaan Farrel yang menjadi tujuan utamanya.
Davina menatap curiga. Dia langsung berfikir macam-macam tentang Dave setelah Dave tak mengijinkannya untuk ikut. Belum lagi ekspresi kepanikan di wajah Dave, sudah cukup menjadi bukti jika ada sesuatu yang si tutupi oleh Dave di belakangnya.
"Kenapa.? Kenapa aku tidak boleh ikut.?!" Nada bicara Davina meninggi, tapi juga bergetar menahan tangis.
"Om bohong kan.?! Pasti Om bukan mau memanjat pohon mangga, tapi memanjat wanita lain.!"
"Om jahat.! Menyebalkan.!"Davina merengek. Dia mulai meneteskan air matanya layaknya anak kecil yang di rebut mainan. Hal itu menimbulkan kepanikan dan kebingungan di wajah Dave. Dia tidak tau harus berkata dan berbuat apa untuk menghentikan tangis Davina.
"Tidak Sayang, mana mungkin aku seperti itu."
"Aku sangat setia, asal kamu tau itu." Ujar Dave meyakinkan. Jangankan melakukan hubungan dengan wanita lain, berfikir untuk mengkhianati Davina saja tidak pernah.
"Aku tidak mau tau.!" Sahut Davina ketus. Tangisnya semakin pecah, membuat Dave panik karna takut tangisan Davina akan di dengar oleh Edwin dan Sandra.
"Sssttt,,, cup, cup, cup,, jangan menangis sayang." Dave merangkul mesra pinggang Davina dan membawanya masuk ke walk in closet agar posisinya semakin jauh dari pintu kamar.
Tapi bukannya diam, tangis Davina malah semakin menjadi.
Dave sampai keheranan karna tiba-tiba Davina menjadi cengeng dan manja. Padahal tadi pagi sebelum sarapan masih normal dan baik-baik saja. Tapi sekarang kembali ke sifat asli Davina saat belum terjadi kekacauan dalam rumah tangga mereka.
"Pokoknya aku mau ikut.!" Seru Davina. Matanya menatap tajam, mau tidak mau membuat Dave menganggukkan kepalanya.
Yang terpenting saat ini adalah situasi yang kondusif. Daripada melihat Davina terus menangis.
"Baiklah, kamu boleh ikut." Dave terpaksa membiarkan Davina ikut bersamanya. Dia tak mau mengambil resiko di acuhkan oleh Davina.
"Makasih Om,," Dengan wajah yang berbinar, Davina menghambur ke pelukan Dave. Wanita hamil itu memeluk erat tubuh suaminya yang hanya di balut handuk dari pinggang sampai lutut.
Dave mengulum senyum, baru kali ini dia kembali merasakan sikap manja dan ceria Davina yang sudah lama terkubur akibat luka yang telah dia torehkan pada hatinya.
Agaknya hati Davina kembali melunak. Wanita cantik itu sepertinya sudah berdamai dengan keadaan dan bisa menerimanya kembali seperti dulu.
Jika memang seperti itu, Dave berharap Davina akan tetap bersikap manja dan ceria di depannya. Agar bisa menghapus kecanggungan yang ada di antara mereka.
...****...
"Mau cari pohon mangga dimana Om.?" Tanya Davina. Dia mengubah posisi duduknya sedikit menyamping agar bisa leluasa menatap Dave yang sedang menyetir.
"Sampai kapan kamu akan memanggilku Om.?" Dave justru mengubah topik pembicaraan.
Dia kembali mempermasalahkan panggilan Davina padanya yang masih menyebutnya Om.
"Sudah terlanjur nyaman panggil Om." Jawab Davina.
Bagi orang lain pasti terdengar aneh memanggil suami dengan sebutan Om, tapi Davina merasa biasa saja bahkan nyaman dengan panggilan itu.
"Tapi orang lain akan mengira kita bukan suami istri."
"Setidaknya beri panggilan yang romantis."
"Hubby, honey, sayang, atau Mas mungkin." Ujar Dave memberikan pilihan.
"Aku akan pikirkan nanti,," Sahut Davina. Karna dia masih bingung harus memberikan panggilan yang sesuai untuk Dave.
"Jangan nanti. Aku mau sekarang." Dave sedikit memaksa.
"Nanti saya, aku benar-benar bingung harus memanggil apa." Keluhnya. Karna dari ke empat nama panggilan yang di usulkan oleh Dave, tidak ada satupun yang membuatnya benar-benar nyaman.
"Kalau begitu aku tidak akan memberikan pilihan." "Panggil Mas saja." Pinta Dave.
"Mas.? Tapi sama dengan panggilan Mama Sandra ke Papa."
"Tidak apa. Lagipula bukan hanya kak Sandra saja yang memanggil Mas pada suaminya."
"Baiklah,," Ucap Davina pasrah. Dia juga tidak mungkin menolak lagi karna sudah berkali-kali Dave memintanya untuk tidak memanggil dengan sebutan Om.
...****...
"Stop,,,!! Stop,,,!!" Seru Davina.
"Itu ada pohon mangga beserta buahnya." Davina mengarahkan jari telunjuknya ke sisi kanan jalan.
Dave menelan mobil dan menepi untuk memastikan ucapan Davina.
"Yang mana sayang.?" Tanya Dave lembut.
"Di sana O,,mm,,, eh Mas maksudnya. Di sana pohonnya,," Davina kembali mengarahkan jari telunjuknya agar Dave bisa melihat pohon mangga yang dia maksud.
"Di situ.?" Tanya Dave memastikan. Ekspresi wajahnya tidak meyakinkan setelah melihat pohon mangga yang di tunjuk oleh Davina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
uĽîĻ🍀⃝⃟🐛🌽
pasti om dave mikir 2x mau manjat ny tuh🤭🤭🤭
2022-10-10
0
3 semprul
like tanpa komen...👍
2022-09-25
0
Siti Aisah
gk tau cerita sebelumnya tpi seru kok
2022-09-24
1