Hueekkk,,, Hueekkk,,,
Suara berisik itu membangunkan Davina dari tidurnya. Dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya, Davina menyingkap selimut dan turun perlahan dari ranjang.
Dia ingin menghampiri pemilik suara itu di dalam kamar mandi. Suara yang selalu dia dengar setiap pagi sejak mereka di perintahkan untuk tinggal bersama di rumah Mama Sandra.
"Om baik-baik saja.?" Kepala Davina sedikit menyembul dari balik pintu yang dia buka sedikit.
Di dalam sana, Dave tampak lemas berdiri di depan wastafel sembari mencuci mulutnya.
Dia menoleh sekilas dan memberikan anggukan kecil pada Davina sebagai jawaban kalau dia baik-baik saja.
"Syukurlah,," Davina menghela nafas lega. Dia baru akan beranjak dari kamar mandi namun Dave memanggilnya.
"Kamu mau kemana.?" Tanya Dave. Laki-laki itu berdiri di depan pintu kamar mandi. Dave memberikan tatapan sendu, seakan tidak rela Davina beranjak meninggalkannya di kamar mandi.
"Mau tidur lagi. Sekarang baru jam setengah 6 Om." Jawabnya. Davina menguap, matanya bahkan masih sayu karna belum puas tidurnya.
Dave mengulum senyum sembari menghampiri Davina. Dia punya keinginan yang kemarin sempat tertunda karna mendengar kabar bahagia dari Davina.
Sekarang Dave akan memanfaatkan waktu agar bisa melanjutkannya keinginannya yang sempat tertunda itu.
"Om mau apa.?!" Davina langsung menodong pertanyaan dengan nada curiga.
Melihat senyum dan tatapan Dave padanya, membuat Davina yakin jika Dave akan meminta sesuatu darinya.
Dave tak langsung menjawab, dia mendekati Davina perlahan dan merangkul mesra pinggangnya.
"Sepertinya aku tidak bisa jauh-jauh dari kamu." Ucap Dave lembut. Dia semakin menempelkan badannya pada Davina dan berakhir dengan memeluknya.
"Aku tidak merasa mual lagi kalau seperti ini." Tuturnya.
Tapi semua itu memang benar adanya. Dave sudah merasa ingin selalu berada di dekat Davina dan tidak bisa jauh darinya, bahkan jauh sebelum mengetahui kehamilan Davina.
"Jangan mulai,, aku tau Om Dave ada maunya,,!" Seru Davina acuh. Dia melepaskan pelukan Dave dan berjalan ke arah ranjang.
Dia mengabaikan Dave yang terus membuntutinya bagaikan itik yang mengikuti induknya.
"Ayolah Davina,, sekali saja. Aku janji akan hati-hati dan selembut mungkin." Bujuk Dave.
Rasanya tidak tahan lagi jika harus menunggu lebih lama untuk menuntaskan keinginannya sejak beberapa hari yang lalu.
"Tapi aku masih mengantuk Om. Bagaimana kalau kita tidur lagi sebentar." Tawar Davina.
Dia tidak tega menolak permintaan Dave, jadi memutuskan untuk menundanya setelah dia tidur lagi.
"Tapi tidak bisa di tunda lagi Davina." Sahut Dave.
"Aku ingin sekarang, tidak masalah kalau kamu melakukannya sembari tidur."
Ucapan Dave sontak membuat Davina melongo.
Entah kegilaan apa yang ada di kepala Dave sampai berfikir untuk melakukannya sembari tertidur.
Sekalipun sangat mengantuk, Davina tidak akan mau tidur sembari di tiduri oleh Dave.
"Jangan gila Om, mana bisa melakukannya sambil tidur." Tegur Davina.
"Kalau begitu jangan tidur, kita main dulu sebentar." Dave mengarahkan Davina untuk duduk di sisi ranjang. Meski awalnya tidak ingin melakukannya, tapi Davina tetap memenuhi permintaan Dave.
"Om, Mama Sandra ada di luar,," Davina menahan dada bidang Dave agar laki-laki itu menghentikan gerakannya.
"Sebentar lagi sayang, tanggung." Jawab Dave. Dia kembali bergerak pelan dan teratur.
Sebenernya sudah sejak tadi Dave mendengar Sandra mengetuk pintu dan memanggil namanya berulang kali. Tapi tidak mungkin dia menjawabnya, apalagi keluar untuk membukakan pintu dalam keadaan sedang mencari kepuasan.
...****...
"Kenapa lama sekali buka pintunya.?!" Sandra menggerutu saat adiknya keluar dari kamar
"Kak Sandra datang di waktu yang tidak tepat.!" Sahut Dave sewot.
"Lagipula masih pagi kenapa sudah menggedor pintu kamarku.," Protesnya.
Akibat ulah kakaknya itu, dia harus buru-buru menyelesaikan permainan panasnya bersama Davina. Momen yang seharusnya dia nikmat bersama, justru membuatnya tidak konsentrasi.
"Apa di pikiranmu hanya soal urusan ranjang saja.!" Tegur Sandra.
"Ingat istrimu sedang hamil. Tidak baik kalau terlalu sering melakukannya.!" Ucapnya memperingatkan.
"Kalau soal itu aku sudah mengerti kak. Tentu saja aku hati-hati agar istri dan calon anakku baik-baik saja di dalam kandungan." Jawab Dave.
Sandra terlihat menghela nafas. Laki-laki memang sama saja, paling cepat dan sigap kalau sudah menyangkut urusan nikmat dunia. Apapun kondisinya, bagaimanapun cara dan tempatnya, tak akan menjadi penghalang untuk melampiaskan hasrat.
"Sekarang bantu kakak cari Farrel. Anak itu sudah menghilang sajak 3 hari yang lalu." Tutur Sandra cemas. Sejak tadi malam dia di buat khawatir karna memikirkan keberadaan putranya yang entah ada di mana.
"Hilang.? Bagaimana bisa.?" Dave mengerutkan dahi. Rasa tidak pantas jika laki-laki berusia 20 tahun itu di nyatakan menghilang.
Farrel bisa menjaga dirinya sendiri, terbukti dia bisa aman dan tidak terjadi sesuatu saat kuliah di luar negeri.
"Dia bilang akan tinggal di apartemen 3 hari yang lalu."
"Tapi semalam kakak datang ke apartemennya tapi kosong. Petugas keamanan di sana juga mengatakan kalau apartemen itu tidak pernah di datangi siapapun akhir-akhir ini."
Nomor ponsel Farrel juga tidak bisa di hubungi sejak semalam."
Mata Sandra berkaca-kaca. Dia terlihat akan menangis karna memikirkan keberadaan putranya itu. Dia takut terjadi sesuatu pada Farrel sekalipun putranya itu sudah dewasa.
"Kakak tidak usah khawatir, mungkin Farrel menginap di rumah temannya."
"Aku akan mencoba mencarinya setelah sarapan."
Ujar Dave.
"Mencari siapa.?" Tanya Davina yang baru saja keluar dari kamar. Dia menatap Mama Sandra dan Dave bergantian. Raut wajah Mama Sandra yang terlihat cemas, membuat Davina penasaran.
"Far,,
"Mencari mangga muda yang petik langsung dari pohonnya." Potong Dave cepat. Dia memberikan kode dengan lirikan mata pada sang Kakak agar tidak mengatakan apapun tentang Farrel. Karna Dave yakin Davina akan ikut cemas dan memikirkan keberadaan Farrel.
Dia tidak mau kalau sampai kehamilan Davina bermasalah jika Davina terlalu banyak pikiran.
"Mangga muda.? Untuk siapa.?" Davina menautkan alisnya. Antara percaya dan tidak dengan ucapan Dave.
"Untuk aku dan Papa mu. Sepertinya dia juga sedang mengidam karna tiba-tiba ingin makan mangga muda yang di petik langsung dari pohonnya." Sahut Dave asal. Sontak ucapannya membuat Sandra membulatkan matanya lebar-lebar. Adik laki-laki itu tidak punya akhlak karna sudah bicara sembarangan.
Di usia Sandra yang sudah kepala 4, mana mungkin dia mau menimang anaknya sendiri. Yang ada dia hanya akan malu di depan teman-temannya yang rata sudah menggendong cucu.
"Benarkah.??!!" Seru Davina. Dia langsung menatap Sandra di bagian perut, seolah percaya dengan jawaban asal yang keluar dari mulut Dave.
"Tentu saja."
"Aku rasa bayinya juga kembar 3, karna Papa kamu ingin mangga 3 buah." Sahut Dave.m sembari menahan tawa
"Dasar adik kurang ajar.!!" Sandra langsung menjewer telinga Dave, menariknya kencang hingga membuat telinganya memerah dan Dave meringis kesakitan.
"Awww,, ampun kak,," Dave melepaskan tangan Sandra dari telinganya, dia kemudian menggandeng Davina dan membawanya pergi dari hadapan Sandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
miss cilcen
Kalo novel farrel terbit kabarin ya
2022-10-20
0
uĽîĻ🍀⃝⃟🐛🌽
lah makin kesini om dave malah kocak, apa bawaan bayi ny ya🤭🤭🤭
2022-10-09
0
uĽîĻ🍀⃝⃟🐛🌽
katanya kyak niduri gedebong pisang, gak bergerak 🤣🤣🤣🤣
2022-10-09
1