Bab 4

Dave menelan ludah. Kepalanya menengadah ke atas, memperhatikan pohon mangga yang menjulang tinggi. Hanya dengan mengamati pohon tinggi itu, sudah membuat Dave pesimis. Dia tidak yakin bisa memanjat pohon mangga setinggi itu untuk pertama kalinya dalam hidup.

Di usianya yang hampir menginjak 33 tahun, sekalipun dia tidak pernah memanjat pohon.

Jadi begitu melihat pohon mangga setinggi itu, nyalinya langsung ciut.

"Bilang aja Mas takut, iya kan.?" Cibiran Davina membuyarkan lamunan Dave.

Dia menyangkal dengan menggelengkan kepala karna malu pada Davina. Tidak mungkin kalau dia mengaku takut untuk memanjat pohon mangga itu. Mau di taruh dimana mukanya sebagai laki-laki.

"Jangankan memanjat pohon, terjun dari atas pohon saja aku tidak takut." Jawab Dave sombong.

Davina menatap tak yakin, apalagi raut wajah Dave mengatakan kalau saat ini dia sedang menahan takut.

"Benarkah.? Kalau begitu cepat naik sekarang dan petik mangga yang paling tinggi." Tantang Davina. Dia berkacak pinggang, sudah siap untuk melihat Dave memanjat pohon mangga yang menjulang tinggi. Pohon yang kurang lebih memilih ketinggian 5 meter itu.

Mungkin tak seberapa bagi orang yang sudah pernah atau pandai memanjat pohon, tapi bagi Dave yang seumur hidupnya belum pernah memanjat pohon, hanya melihat tingginya saja sudah membuatnya ketakutan.

"Tenang saja, aku akan memetik mangga itu." Jawab Dave. Dia kemudian menghampiri laki-laki paruh baya sebagai pemilik pohon mangga itu.

Ya, pohon mangga yang akan di ambil buahnya oleh Dave adalah pohon mangga yang tumbuh di halaman rumah warga sekitar. Karna hanya pohon mangga itu yang sudah berbuah cukup banyak dan besar, sedangkan pohon mangga lainnya baru berbunga.

Davina menajamkan pandangan serta pendengarnya untuk mengetahui apa yang sedang di bisikan oleh Dave pada pemilik pohon mangga itu. Sayangnya karna jarak lumayan jauh, Davina jadi tidak bisa mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Dave.

"Ada Pak, sebentar saya ambilkan dulu." Ucap s

laki-laki paruh baya itu. Kali ini suara dia bisa di dengar oleh davina.

"Apa yang dia minta.?" Gumam Davina lirih. Dia jadi penasaran apa yang akan di ambilkan oleh pemilik mangga itu untuk Dave.

Sementara itu, Dave masih berdiam diri menunggu si pemilik mangga datang membawakan apa yang dia minta. Sesekali Dave melirik ke arah Davina dan melempar senyum padanya.

"Ini Pak tangganya.!" Seru si pemilik mangga yang datang dari kejauhan sembari membawa tangga.

Kedatangannya yang membawa alat bantu untuk memanjat pohon, membuat Davina bengong. Dia melongo, dibuat tak habis pikir dengan kepintaran Dave. Entah harus di bilang kepintaran atau kelicikan.

Kalau sudah menggunakan tangga seperti itu, maka tidak ada tantangan yang akan memacu adrenalin. Tentu saja Dave dengan mudahnya bisa sampai di atas pohon tanpa susah payang.

"Terimakasih banyak Pak." Kata Dave yang tersenyum senang. Dia buru-buru membantu Bapak itu untuk meletakkan tangga dengan posisi yang pas.

"Jadi pakai tangga naik pohonnya.?" Davina bertanya dengan nada kecewa.

Padahal dia sudah membayangkan keseruannya menyaksikan Dave kesulitan memanjat pohon tanpa alat bantu apapun. Pasti sangat menyenangkan melihat Dave susah payah untuk bisa sampai di atas pohon.

"Iya sayang,," Jawab Dave yang kemudian menyengir kuda.

Awalnya dia ingin memanjat langsung, tapi setelah di pikir-pikir dengan resiko yang akan dia dapatkan jika memanjat pohon tanpa alat bantu, Dave memutuskan untuk naik menggunakan tangga.

"Aku tidak mau membuatmu sedih kalau sampai aku terjatuh dari pohon, jadi lebih baik aku naik pakai tangga saja." Ujarnya beralasan.

Davina tampak berdecak kesal.

"Alasan.! Bilang aja takut dan tidak bisa naik pohon." Cibirnya.

Davina yang sudah terlanjur kecewa, memilih untuk duduk di kursi taman.

Dia sudah tidak tertarik lagi menyaksikan Dave memanjat pohon, bahkan sibuk memainkan ponselnya di banding melihat Dave yang sudah mulai menaiki tangga.

Beberapa menit kemudian, Dave datang menghampiri Davina. Dia membawa 3 buah mangga beserta tangkai dan beberapa daun yang masih menempel pada tangkainya.

Senyum di wajah Dave terlihat merekah sempurna. Agaknya buah mangga itu membuat Dave sangat bahagia.

Davina ikut mengulum senyum. Kebahagiaan di wajah Dave jadi menular padanya.

Entah kenapa merasa ikut senang melihat Dave berhasil memetik mangga muda itu walaupun menggunakan alat bantu.

"Aku sudah memetik mangganya, ayo pulang,," Ajak Dave.

Setelah keinginannya terpenuhi untuk memanjat pohon mangga, sekarang dia ingin buru-buru mencicipi mangga yang sudah hampir matang itu.

Dave berubah haluan, tiba-tiba saja melirik buah mangga yang sedikit memiliki corak kekuningan di bagian pangkalnya. Membuat mangga muda yang sudah lebih dulu dia petik, dia pasangkan lagi di pohonnya.

...*****...

"Katanya mangga muda.?" Tanya Davina setelah masuk ke dalam mobil dan memperhatikan mangga di tangannya.

"Bukannya mangga yang ini hampir matang.?"

Dave mengiyakan dengan anggukan.

"Sepertinya yang hampir matang lebih enak." Jawabnya. Dave bergegas melajukan mobilnya menuju apartemen. Dia sengaja pulang ke apartemen karna ingin menikmati buah mangga itu sambil menghabiskan waktu berdua dengan Davina tanpa ada gangguan dari siapapun.

Davina tak berkomentar lagi. Dia kembali meletakkan buah mangga itu ke tempat semula.

"Aku rasa kita perlu mencari tempat tinggal baru."

"Bagaimana kalau lusa kita mencari rumah untuk tempat tinggal kita dan anak-anak.?" Usul Dave.

Dia sudah mulai berfikir untuk menempati hunian yang lebih layak untuk istri dan anak-anaknya kelak.

Walaupun apartemen miliknya tidak sempit, Dave merasa jika rumah yang megah dan luas adalah tempat tinggal paling ideal untuk keluarga kecilnya.

Davina menatap serius ke arah Dave. Jujur saja, dia belum memikirkan sampai sejauh itu untuk menata keluarga kecilnya.

Belum pernah memikirkan akan menetap dimana bersama suami dan anak-anaknya kelak.

Mungkin karna sekarang masih bisa bebas tinggal bersama orang tuanya, Davina jadi tidak berfikir untuk mandiri dalam menjalani hidup bersama keluarga kecilnya.

"Bagaimana kalau kita menempati rumah Papa saja.? Tidak perlu mencari rumah baru."

"Lagipula rumah Papa juga tidak ada yang menempati." Usul Davina.

Selain tidak perlu repot-repot mencari rumah yang cocok, dia juga tidak perlu menyesuaikan diri karna sudah pasti nyaman tinggal dirumahnya sendiri.

Terpopuler

Comments

uĽîĻ🍀⃝⃟🐛🌽

uĽîĻ🍀⃝⃟🐛🌽

usul davina bgus tuh, dri pada beli rumh bru harus penyesuaian sama org baru juga, kadang-kadang tetangga bru suka kepo an bikin risih🤣🤣🤣

2022-10-10

3

3 semprul

3 semprul

like tanpa komen....👍

2022-09-25

0

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

semangat thor

2022-09-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!