"Sebentar,," Kata Dave pada Davina. Pria itu beranjak dari meja makan setelah menatap layar ponselnya yang berdering.
Sekilas mengusap pucuk kepala Davina yang sedang mengupaskan mangga.
Davina hanya diam saja, menatap kepergian Dave dengan tatapan curiga. Pasalnya Dave sampai beranjak dari sampingnya hanya untuk mengangkat telfon yang entah dari siapa.
Kalau memang itu hanya telfon dari rekan bisnis atau bawahannya, harusnya Dave tak perlu beranjak dari sana. Dia masih bisa menerima telfon di samping Davina. Lagipula Davina juga pasti akan diam dan membiarkan Dave selesai menelfon, jadi Dave tidak akan merasa terganggu.
"Siapa yang menelfonnya." Gumam Davina lirih. Pikirannya jadi buruk pada Dave. Takut Dave kembali mengulangi kesalahannya yang masih berhubungan dengan cinta di masa lalu.
"Awas saja kalau dia berani macam-macam.!" Gerutunya kesal. Davina sampai memotong mangga dengan kasar, membayangkan seolah-olah mangga itu adalah bagian tubuh Dave yang perlu di hilangkan jika pria itu berbuat macam-macam lagi padanya.
"Nasib batangnya akan seperti ini.!" Ucapnya geram. Tapi beberapa detik kemudian langsung berubah pikiran.
"Tidak, tidak,,," Davina menggelengkan kepalanya membayangkan hal yang tidak dia inginkan.
"Kalau jadi pendek, aku juga nanti yang rugi." Ujarnya.
Aset Dave yang satu itu sangat berharga untuknya. Kalau benda itu tidak bisa berfungsi, maka tidak akan ada adik untuk bayi yang masih di dalam perutnya.
"Lalu apa yang harus aku lakukan kalau dia macam-macam lagi.?" Davina berfikir keras.
...****...
"Aku belum sempat mencari Farrel. Davina sedang bersamaku." Ucap Dave setelah mengangkat panggilan telfon dan sang Kakak. Dia belum bisa mencari keberadaan Farrel karna takut membuat Davina ikut cemas. Apalagi dengan permasalahan yang ada antara mereka bertiga. Sudah pasti Davina akan merasa bersalah seandainya Farrel menghilang karna ingin menghindar darinya.
"Aku akan menyuruh orang untuk melacak keberadaannya."
"Kakak tidak perlu khawatir, Farrel pasti menjaga dirinya sendiri." Dave kemudian mematikan sambungan telfonnya.
Dia langsung menghubungi seseorang untuk melacak keberadaan Farrel.
Meski yakin kalau keponakannya itu tidak akan berbuat macam-macam di luar sana, tapi Dave tetap cemas. Dia juga merasa bersalah karna sempat menegur Farrel dengan cara yang kasar, bahkan mendiamkan keponakannya itu hanya karna mengungkapkan perasaan cintanya untuk Davina.
"Anak itu benar-benar menyusahkan.!" Dave menggerutu kesal. Dia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana setelah mematikan sambungan telfonnya.
"Siapa yang menyusahkan.?" Suara Davina mengagetkan Dave.
"Karyawanku,," Jawab Dave cepat. Dia mendekat pada Davina dan merangkul pinggangnya dengan mesra.
"Apa mangganya sudah selesai di potong.?" Dave mengalihkan pembicaraan, lalu menggiring Davina menuju ruang makan.
"Jangan bohong.! Kamu pasti menyembunyikan sesuatu dariku.!" Davina melotot tajam. Dia menyingkirkan tangan Dave yang sudah nyaman memeluk pinggangnya.
"Ingat baik-baik ya Mas,! Kalau sampai ada sesuatu yang di tutupi dariku, jangan harap aku mau maafin kamu.!" Davina melengos kesal. Dia lantas buru-buru pergi ke kamar.
"Shi -itt.!! Salah lagi aku.!" Gerutu Dave yang hanya bisa melongo melihat Davina marah-marah dan pergi ke kamar.
Tak mau membuat Davina salah paham dan mendiamkannya seperti yang sudah-sudah, Dave bergegas menyusul ke kamar. Beruntung Davina tidak mengunci kamarnya.
"Sayang,, aku tidak menyembunyikan apapun darimu." Seru Dave begitu masuk ke dalam kamar.
Dilihatnya Davina yang tengah duduk di sofa dan sedang mengganti channel pada layar televisi di depannya.
Istrinya itu hanya melirik sekilas, pengakuan yang dia lontarkan tidak di hiraukan oleh Davina.
"Sayang aku,,,
"Ambilkan mangga di meja makan, aku ingin mencobanya." Ucap Davina yang memotong perkataan Dave. Dia menyuruh suaminya itu untuk mengambilkan mangga yang sudah dia kupas dan potong-potong.
"Iya sayang, aku,,,
"Buruan.!" Tegur Davina dengan menaikan suaranya. Dave langsung bergegas pergi tanpa pikir panjang, dia tidak mau melihat Davina semakin menjadi-jadi.
Davina terkekeh kecil begitu Dave keluar dari kamar. Merasa lucu saat melihat raut wajah Dave yang ketakutan padanya.
"Dasar Om tua,," Gumamnya sambil menahan tawa.
...****...
"Jadi kak Farrel tidak kabar selama 3 hari.?" Seketika kepanikan tergambar di wajah cantik Davina. Dia juga kaget mendengar penuturan dari Dave.
Davina tidak menyangka kalau selama 3 hari itu Farrel menghilang. Dia pikir Farrel baik-baik saja tinggal di apartemen.
"Sebaiknya kita cari Kak Farrel sekarang,,!" Davina buru-buru beranjak dari sofa. Dia ingin mencari keberadaan Farrel dan memastikan kalau kakak tirinya itu baik-baik saja saat ini.
"Sayang,,," Tegur Dave lembut. Dia menahan tangan istrinya dan menyuruhnya untuk duduk kembali.
"Aku sudah menyuruh orang untuk mencari Farrel."
"Kamu tidak perlu khawatir. Lagipula kamu sedang hamil, jangan sampai terjadi sesuatu pada kandungan kamu karna memaksa pergi mencari Farrel." Tutur Dave lembut. Dia bukannya tidak suka melihat Davina mencemaskan Farrel dan ingin mencarinya, tapi Dave mengkhawatirkan kandungan istrinya itu.
"Lebih baik kamu tetap disini. Kalau ingin membantu mencarinya, kamu bisa menghubungi teman Farrel atupun seseorang yang mungkin dekat dengan Farrel,,"
Dengan lembut dan hati-hati, Dave berusaha untuk menenangkan Davina dan mengarahkan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu mencari Farrel.
"Mas Dave benar, aku harus menghubungi teman Kak Farrel dan Nabila."
"Ponselku,, dimana ponselku.?" Davina kembali berdiri dari duduknya untuk mencari ponselnya.
"Tenang sayang,, jangan panik seperti ini." Ucap Dave lembut.
"Duduk saja, biar aku ambilkan ponselmu."
"Tadi masih ada di atas meja makan."
Davina menurut, dia kembali duduk dan membiarkan Dave mengambilkan ponselnya.
"Ada apa dengan kak Farrel.? Apa dia masih,,,"
Davina menghela nafas berat. Dia tidak tau menau perihal Farrel yang ternyata menyimpan perasaan padanya. Kalau saja waktu itu Dave tidak mengatakan padanya, mungkin Davina akan kebingungan melihat sikap Farrel yang selama ini berubah padanya.
...****...
"Bagaimana.? Apa dia tau dimana Farrel.?" Tanya Dave pada istrinya yang barus saja menghubungi salah satu teman Farrel.
Davina menggelengkan kepala tanpa mengatakan apapun.
Dia kemudian mencoba menghubungi salah satu teman Farrel yang lainnya. Tapi lagi-lagi jawabannya tetap sama. Mereka tidak tau keberadaan Farrel dan mereka bilang sudah 2 hari Farrel tidak ke kampus.
"Teman Kak Farrel yang aku kenal sudah aku hubungi semua." Ucap Davina lesu.
Dia semakin khawatir saja karna teman-teman Farrel tidak ada yang tau dimana keberadaan kakaknya itu.
"Kamu bilang mau menghubungi Nabila. Siapa tau,,,
"Ya ampun,, aku sampai lupa,,!" Seru Davina yang memotong ucapan Dave. Dia kemudian buru-buru mencari kontak Nabila dan langsung menghubunginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Sivak Elyana
aku baru baca yg ini...pingin tahu yg dulu apa... sepertinya ini ada awalnya... jdi penasaran
2022-10-21
0
Kirey Aning Setra
davina sensi nih... kata ajaib keluar lagi"om tua"
2022-10-14
0
uĽîĻ🍀⃝⃟🐛🌽
kmna kamu rel, kok ilang2 an.
masi ngambek ya,
2022-10-10
0